Aku selalu mencintainya, lebih dari 5 tahun aku menemani kehidupannya, saat sedih maupun bahagia, senang maupun susah, senantiasa kuberikan cintaku dan hidupku sepenuhnya.
5 tahun lebih telah berlalu, dan tiba saatnya kami membicarakan tentang rencana indah kami, tepatnya rencana pernikahan kami setelah lebaran nanti, masih kuingat dimana dan kapan sesuatu yang kutunggu itu dibicarakan olehnya.
Saya diajak berkeliling ke rumah saudaranya dan ia katakan dengan tegas pada mereka bahwa kita akan menikah dalam waktu dekat ini.
Namun Allah Maha merencanakan segalanya, takdir berkehendak lain, aku masih ingat saat terakhir dia katakan akan bekerja ke luar kota, dia berkata akan menabung untuk biaya pernikahan kami yang berlangsung tahun ini.
Dan akhirnya terjadilah sesuatu yang paling menyedihkan dalam hidupku.
Sekira tiga minggu setelah berada di kota lain, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba dia memutuskan hubungan silaturahim kami, semua media sosial yang biasa kami gunakan untuk berkomunikasi dia blokir, begitu juga dengan keluarganya, semua telah diblokir, beberapa hari sebelum mimpi buruk yang menjadi kenyataan itu terjadi, tak nampak sedikitpun ada masalah yang mencurigakan.
Semua tampak berjalan seperti biasanya, kami saling mengirim pesan di sosial media untuk menceritakan aktifitas masing-masing. Ketika kutelusuri beberapa pesan terakhirnya, kalimatnya tak nampak seperti biasanya, karena bertahun-tahun kami arungi hubungan ini bersama, tak pernah meninggalkan satu sama lain, aku sangat mengenalinya dan kuyakin dia juga telah mengenaliku.
Hal yang paling menyakitkan itu akhirnya tiba juga, Dalam pesannya ia berkata tak mungkin menikahi saya, Dengan berdalih, saya membawa hal buruk kepadanya, karena selama bertahun-tahun dengan saya hidupnya tak menjadi lebih baik.
Tubuh ini, hati ini, terasa terhempas saat kubaca pesan tersebut. Seakan gravitasi tak menahanku berdiri, seakan tubuh ini jatuh, fikiran ini linglung, badan terasa lemas dan dada terasa sakit seperti ditusuk pisau.
Bagaimana tidak, sehari sebelumnya tak ada masalah apa-apa, tiba-tiba malam itu dia kirim pesan yang menyakitkan. Dia bahkan mengancamku jika aku menanyakan ini kepada keluarganya dia tak akan pulang ke kota kami dan tak akan memaafkanku.
Sempat terpikir dalam benakku, apa salahku sehingga dia menganggap remeh hubungan yang telah berjalan selama 5 tahun ini, dia menganggapku layaknya barang yang bisa kapan saja dibuang seenaknya, menghinakanku sedemikian rupa.
Semestinya, jika pernikahan ini batalpun dia harus mengkonfirmasi kepada keluargaku dengan cara yang baik, bukan cara seperti ini.
Tak pernah terpikir olehku, kejadian mengenaskan seperti ini akan menimpa pada diriku. 5 tahun telah berjalan, keseharian kami begitu romantis dan penuh cinta.
Jangankan menangis, bersedihpun dia tak akan membiarkanku, kupikir hal mengenaskan seperti ini hanya ada di sinetron-sinetron saja, dan jikapun ada pasti hanya 1 banding 1000 yang tega melakukan hal ini, dan tenyata angka 1 itu adalah aku.
Aku masih ingat, ketika aku bertanya pada dia, apakah dia telah mencintai wanita lain?
Dia menjawab jika aku mencintai wanita lain dia hanya sadar diri siapa dia. Dalam pikiranku, mungkin dia telah mencintai wanita lain hanya dalam waktu 3 minggu tersebut, mungkin dia telah mencintai orang lain yang lebih baik dari diriku.
Terakhir aku berkata jika kau benar-benar ingin menjadi lebih baik menikahlah kita besok, karena aku mempunyai tabungan kalau hanya untuk ijab dan syukuran, agar Allah memudahkan rezeki kami, agar Allah memudahkan jalan kami, tapi apa mau dikata, jika hati tak lagi mencinta jika hati mudah tergoda, impian bertahun-tahun pun akan sirna.
Ah sudahlah, mungkin ini yang namanya tidak berjodoh, sedekat apapun dengan pernikahan yang sudah ditetapkan jika tak jodoh mau dikata apa. Mungkin Allah sedang merencanakanku menikah dengan laki-laki yang tak merendahkanku, mungkin Allah sedang merencanakan agar aku mampu bersabar, Dengan ini Allah memperlihatkan pada diriku bahwa dia adalah lelaki yang lari dari kenyataan dan tak mau bertanggungjawab.
Dan semestinya aku patut bersyukur, hal ini terjadi sebelum pernikahan kami yang akan berlangsung dalam hitungan bulan. Untukmu yang meninggalkanku, aku baik-baik saja.
5 tahun lebih telah berlalu, dan tiba saatnya kami membicarakan tentang rencana indah kami, tepatnya rencana pernikahan kami setelah lebaran nanti, masih kuingat dimana dan kapan sesuatu yang kutunggu itu dibicarakan olehnya.
Saya diajak berkeliling ke rumah saudaranya dan ia katakan dengan tegas pada mereka bahwa kita akan menikah dalam waktu dekat ini.
Namun Allah Maha merencanakan segalanya, takdir berkehendak lain, aku masih ingat saat terakhir dia katakan akan bekerja ke luar kota, dia berkata akan menabung untuk biaya pernikahan kami yang berlangsung tahun ini.
Dan akhirnya terjadilah sesuatu yang paling menyedihkan dalam hidupku.
Sekira tiga minggu setelah berada di kota lain, tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba dia memutuskan hubungan silaturahim kami, semua media sosial yang biasa kami gunakan untuk berkomunikasi dia blokir, begitu juga dengan keluarganya, semua telah diblokir, beberapa hari sebelum mimpi buruk yang menjadi kenyataan itu terjadi, tak nampak sedikitpun ada masalah yang mencurigakan.
Semua tampak berjalan seperti biasanya, kami saling mengirim pesan di sosial media untuk menceritakan aktifitas masing-masing. Ketika kutelusuri beberapa pesan terakhirnya, kalimatnya tak nampak seperti biasanya, karena bertahun-tahun kami arungi hubungan ini bersama, tak pernah meninggalkan satu sama lain, aku sangat mengenalinya dan kuyakin dia juga telah mengenaliku.
Hal yang paling menyakitkan itu akhirnya tiba juga, Dalam pesannya ia berkata tak mungkin menikahi saya, Dengan berdalih, saya membawa hal buruk kepadanya, karena selama bertahun-tahun dengan saya hidupnya tak menjadi lebih baik.
Tubuh ini, hati ini, terasa terhempas saat kubaca pesan tersebut. Seakan gravitasi tak menahanku berdiri, seakan tubuh ini jatuh, fikiran ini linglung, badan terasa lemas dan dada terasa sakit seperti ditusuk pisau.
Bagaimana tidak, sehari sebelumnya tak ada masalah apa-apa, tiba-tiba malam itu dia kirim pesan yang menyakitkan. Dia bahkan mengancamku jika aku menanyakan ini kepada keluarganya dia tak akan pulang ke kota kami dan tak akan memaafkanku.
Sempat terpikir dalam benakku, apa salahku sehingga dia menganggap remeh hubungan yang telah berjalan selama 5 tahun ini, dia menganggapku layaknya barang yang bisa kapan saja dibuang seenaknya, menghinakanku sedemikian rupa.
Semestinya, jika pernikahan ini batalpun dia harus mengkonfirmasi kepada keluargaku dengan cara yang baik, bukan cara seperti ini.
Tak pernah terpikir olehku, kejadian mengenaskan seperti ini akan menimpa pada diriku. 5 tahun telah berjalan, keseharian kami begitu romantis dan penuh cinta.
Jangankan menangis, bersedihpun dia tak akan membiarkanku, kupikir hal mengenaskan seperti ini hanya ada di sinetron-sinetron saja, dan jikapun ada pasti hanya 1 banding 1000 yang tega melakukan hal ini, dan tenyata angka 1 itu adalah aku.
Aku masih ingat, ketika aku bertanya pada dia, apakah dia telah mencintai wanita lain?
Dia menjawab jika aku mencintai wanita lain dia hanya sadar diri siapa dia. Dalam pikiranku, mungkin dia telah mencintai wanita lain hanya dalam waktu 3 minggu tersebut, mungkin dia telah mencintai orang lain yang lebih baik dari diriku.
Terakhir aku berkata jika kau benar-benar ingin menjadi lebih baik menikahlah kita besok, karena aku mempunyai tabungan kalau hanya untuk ijab dan syukuran, agar Allah memudahkan rezeki kami, agar Allah memudahkan jalan kami, tapi apa mau dikata, jika hati tak lagi mencinta jika hati mudah tergoda, impian bertahun-tahun pun akan sirna.
Ah sudahlah, mungkin ini yang namanya tidak berjodoh, sedekat apapun dengan pernikahan yang sudah ditetapkan jika tak jodoh mau dikata apa. Mungkin Allah sedang merencanakanku menikah dengan laki-laki yang tak merendahkanku, mungkin Allah sedang merencanakan agar aku mampu bersabar, Dengan ini Allah memperlihatkan pada diriku bahwa dia adalah lelaki yang lari dari kenyataan dan tak mau bertanggungjawab.
Dan semestinya aku patut bersyukur, hal ini terjadi sebelum pernikahan kami yang akan berlangsung dalam hitungan bulan. Untukmu yang meninggalkanku, aku baik-baik saja.