Salah satu dai yang dikenal masyarakat dan kini telah tiada adalah Ustadz Jeffry Al Buchory atau yang kerap disapa Uje. Ada banyak kisahnya yang bisa dijadikan pembelajaran untuk kita semua, termasuk caranya dalam berdakwah.
Salah satunya adalah ketika Uje hendak makan siang di sebuah restoran pinggir jalan. Karena lokasinya yang berada di pinggir jalan, tak heran jika banyak pengamen baik mereka yang normal ataupun yang menyimpang seperti waria misalnya.
Salah satunya seperti seorang waria ini yang mendapati Uje tengah makan di restoran tersebut. Dengan nada dan logat khas seorang waria, ia pun berkata, “Idih, ada Uje disini brow.”
Memang Uje sudah dikenal luas oleh masyarakat. Tak hanya mereka yang berada di dalam masjid, namun juga oleh mereka yang hidup di jalanan.
“Ayo sini duduk, duduk di sini,” ucap Uje.
Melihat sikap Uje, waria atau bencong itu pun kebingungan. Namun Uje tetap mengajaknya untuk masuk dan duduk bersamanya.
“Ayo masuk, duduk disini sama saya. Kamu belum makan siang kan? Ayo duduk makan sama saya,” lanjut Uje.
Karena merasa malu, waria itu pun berkata, “Maaf Uje, saya tadi sudah makan.”
Uje yang mengetahui bahwa waria tersebut berbohong kemudian menjawab, "Udah deh, sama Ustadz jangan coba-coba bohong. Itu dosa namanya.”
Karena memang belum makan siang dan ajakan Uje yang terus menerus, waria itu pun mengiyakan ajak Uje dan makan bersamanya.
Setelah makan, Waria yang tampak terharu itu bertanya kepada Uje, “Uje, saya mau tanya kenapa Uje tidak malu mengajak saya makan bersama?”
Sambil tersenyum, Uje menjawab, “Kenapa saya mesti malu? Kamu kan sama dengan saya, sama-sama makhluk ciptaan Allah. Saya wajib menghargai kamu apa adanya.”
Waria yang sedari tadi memperhatikan ucapan Uje langsung terdiam dan terharu. Maka ketika keesokan harinya, waria itu pun masuk ke dalam masjid dan melaksanakan sholat berjamaah dengan berpakaian layaknya seorang muslim laki-laki. Masya Allah.
Salah satunya adalah ketika Uje hendak makan siang di sebuah restoran pinggir jalan. Karena lokasinya yang berada di pinggir jalan, tak heran jika banyak pengamen baik mereka yang normal ataupun yang menyimpang seperti waria misalnya.
Salah satunya seperti seorang waria ini yang mendapati Uje tengah makan di restoran tersebut. Dengan nada dan logat khas seorang waria, ia pun berkata, “Idih, ada Uje disini brow.”
Memang Uje sudah dikenal luas oleh masyarakat. Tak hanya mereka yang berada di dalam masjid, namun juga oleh mereka yang hidup di jalanan.
“Ayo sini duduk, duduk di sini,” ucap Uje.
Melihat sikap Uje, waria atau bencong itu pun kebingungan. Namun Uje tetap mengajaknya untuk masuk dan duduk bersamanya.
“Ayo masuk, duduk disini sama saya. Kamu belum makan siang kan? Ayo duduk makan sama saya,” lanjut Uje.
Karena merasa malu, waria itu pun berkata, “Maaf Uje, saya tadi sudah makan.”
Uje yang mengetahui bahwa waria tersebut berbohong kemudian menjawab, "Udah deh, sama Ustadz jangan coba-coba bohong. Itu dosa namanya.”
Karena memang belum makan siang dan ajakan Uje yang terus menerus, waria itu pun mengiyakan ajak Uje dan makan bersamanya.
Setelah makan, Waria yang tampak terharu itu bertanya kepada Uje, “Uje, saya mau tanya kenapa Uje tidak malu mengajak saya makan bersama?”
Sambil tersenyum, Uje menjawab, “Kenapa saya mesti malu? Kamu kan sama dengan saya, sama-sama makhluk ciptaan Allah. Saya wajib menghargai kamu apa adanya.”
Waria yang sedari tadi memperhatikan ucapan Uje langsung terdiam dan terharu. Maka ketika keesokan harinya, waria itu pun masuk ke dalam masjid dan melaksanakan sholat berjamaah dengan berpakaian layaknya seorang muslim laki-laki. Masya Allah.
Baca Juga: Mengenang Kembali Alm Uje, Dari Maksiat Menjadi Ustadz