Pernikahan merupakan sebuah peristiwa yang sakral dan sebisa mungkin harus berlangsung dengan istimewa agar terus berkesan hingga tutup usia. Kebahagiaan tersebut tak hanya untuk dua mempelai saja, namun juga melibatkan dua keluarga besar, saudara dan sejumlah tamu undangan.
Mempelai pengantin pun tentu berharap agar momen tersebut bisa berlangsung dengan sukses dan tanpa ada hambatan atau hal yang sekiranya tidak nyaman di hati.
Salah satu kisah yang tidak berkesan baik bagi kedua mempelai dan keluarganya datang dari ungkapan seorang pengantin wanita bernama Amila Baszelan. Ia berani mengungkapkan kejadian tersebut ke khalayak ramai setelah mendapatkan ancaman dari MC dan penyedia Wedding Organizer yang akan menyebarkan identitas Amila beserta pasangan jika tidak membayar lunas biaya pernikahan.
Alasan mengapa Amila berbuat demikian karena ia merasa ditipu oleh pihak Wedding Organizer milik seseorang bernama Nora asal Kuantan. Berawal dari percakapan lewat Whatsapp, Amila kemudian menyepakati jasa yang ditawarkan Nora untuk mengatur pernikahannya dengan biaya sebesar 14.900 ringgit atau setara 47 juta.
Hal tersebut terbilang murah mengingat fasilitas yang akan didapatkannya mulai dari 500 paket hidangan, paket dekorasi, MC dan sewa gedung. Selain itu Amila dan pasangan akan mendapatkan paket gratis spa sebelum dan sesudah pesta, menginap di hotel, berinai dan counter es krim.
Meski sang ibunda merasa harga itu tidak logis, namun Amila tetap bersikeras menggunakan jasa Wedding Organizer tersebut.
“Aku sudah percaya dia karena telah lama bekerja di bidang bridal. Cuma dia tak punya butik saja. Perlengkapan pesta dia simpan di rumahnya. Tak mengapa, aku hanya ingin tolong dia saja,” ucap Amila, sebagaimana dikutip dari Oh Bulan.
Namun menjelang pesta pernikahan, Nora mulai menunjukkan perlakuan yang tidak nyaman bagi Amila dan pasangan. Yang pertama dirasakannya ketika Amila disuruh untuk memilih busana pengantin sewaan dari sejumlah salon orang lain. Semua tak ada yang berkenan di hatinya, kecuali satu salon namun jaraknya sangat jauh dari rumah.
Nora kemudian meminta Amila untuk memilih jenis kain yang akan dipakai dalam pernikahan agar nantinya segera diantar ke tukang jahit. Karena disebutkan tak ada biaya tambahan, Amila pun memilih desain yang menjadi keinginannya.
Hari berikutnya Nora mengirim pesan bahwa penyedia katering yang sebelumnya telah ditentukan diganti dengan yang lebih bagus dan enak. Ia juga menuturkan bahwa meja VIP akan diberikan dua buah saja. Amila yang mendapatkan pesan tersebut mengiyakan mengingat ia tahu juga penyedia katering yang diusulkan oleh Nora.
Seminggu sebelum pernikahan dilangsungkan, Nora menanyakan perihal spa yang akan dilakukan oleh Amila. Amila kemudian menjawab bahwa dirinya akan melakukan hal tersebut pada hari Kamis pagi lantaran malamnya akan berinai dan besoknya akad nikah dilangsungkan.
“Nora bilang iya. Tiba hari Kamis, aku tanya kapan bisa pergi spa. Tapi dia jawab tak sempat untuk spa karena semua sibuk melakukan persiapan,” tutur Amila.
Justru Nora menyebutkan bahwa harusnya spa dilakukan seminggu sebelum pernikahan. Tentu saja Amila merasa geram atas ucapan tersebut, namun ia tetap mendiamkannya.
Amila pun akhirnya langsung berinai dan melupakan kejadian spa yang batal sepihak tersebut.
“Desainnya simple sekali macam orang tunangan. Tapi ini acara kawin,” lanjut Amila.
Esoknya setelah melakukan akad nikah, Amila langsung menuju gedung yang telah ditentukan dan terlihat kursi pelaminan baru saja dipasang.
“Saat itu Nora panggil aku sambil menyodorkan kwitansi yang menyatakan aku sudah bayar 7 ribu ringgit. Aku baca baik-baik dan ternyata tidak ada tulisan jumlah uang yang aku telah bayar. Tanggal yang menyatakan aku sudah bayar juga tidak ditulis,” ceritanya.
Ternyata dekorasi yang Amila inginkan tak sepadan dengan kenyataan dan terkesan sangat sederhana sekali untuk uang yang telah ia bayarkan.
“Simpel gila. Dekorasi pelaminan sangat tidak sepadan dengan harga paket yang ditawarkan. Kalau di Kuala Lumpur dekorasi 4000 ringgit sudah dapat yang ekslusif dan meriah. Aku sudah mulai down,” ungkapnya.
Meski demikian, ia masih sempat bersyukur karena yang menangani riasannya adalah saudaranya sendiri. Tentu ketidak puasan akan riasan pun akan ia rasakan jika menggunakan jasa Nora.
Ketika menjelang pernikahan, sebuah pesan dari Nora mengatakan bahwa mobilnya rusak dan ia sedang sibuk mencari alternatif lain mengirim katering yang sudah ditentukan. Amila yang sudah berada di gedung memperhatikan dengan seksama bahwa banyak meja buffet yang masih kosong. Meja makan juga hanya tersedia satu ekor ayam saja dengan nasi yang cukup keras.
Ketika rombongan suaminya datang dan acara makan-makan berlangsung, ternyata sebagian rombongan mengaku tidak mendapatkan makanan. Alhasil Amila pun menyuruh adiknya untuk membeli makanan di luaran.
Saat para tamu undangan telah datang dan katering pun sudah ada, ternyata makanan katering tersebut tidak cukup. Salah seorang kerabatnya bernama Umi Zira memang telah memperkirakan bahwa lauknya tidak akan cukup. Ia pun mau membantu berbelanja dan memasakkan hidangan untuk para tamu.
Setelah diselidiki tenyata katering tersebut kurang dari 300 orang. Padahal dalam perjanjian harusnya untuk 500 orang. Tak hanya itu saja, counter es krim yang dijanjikan juga tidak ada. Bahkan tisu, sendok, garpu dan air mineral pun tak disediakan oleh pihak Wedding Organizer.
Amila begitu malu dengan keluarga suaminya, teman maupun saudara. Bahkan beberapa dari mereka ada yang jauh-jauh datang namun justru ikut membantu sebagai pramusaji. Nora sendiri pun tak terlihat batang hidungnya ketika hari tersebut.
Setelah beberapa jam usai acara pernikahan, Nora justru mengirim sebuah pesan agar Amila segera melunasi sisa pembayaran. Namun Amila justru menjawab bahwa semua uangnya ada di ibunya karena yang membiayai semuanya adalah ibunya, termasuk berbagai kekurangan selama acara resepsi.
Merasa terus diabaikan telepon dan pesan singkatnya, Nora pun mengancam akan melaporkan hal tersebut kepada pihak kepolisian. Amila juga tidak takut dipidanakan karena ia merasa telah dipermalukan akibat ulah Nora yang melakukan penipuan.
Selain Nora, ternyata MC-nya pun meminta pembayaran ke Amila karena Nora belum membayarnya. Setelah dijelaskan, mereka kemudian berusaha mencari keberadaan Nora yang seakan tanpa jejak.
Mempelai pengantin pun tentu berharap agar momen tersebut bisa berlangsung dengan sukses dan tanpa ada hambatan atau hal yang sekiranya tidak nyaman di hati.
Salah satu kisah yang tidak berkesan baik bagi kedua mempelai dan keluarganya datang dari ungkapan seorang pengantin wanita bernama Amila Baszelan. Ia berani mengungkapkan kejadian tersebut ke khalayak ramai setelah mendapatkan ancaman dari MC dan penyedia Wedding Organizer yang akan menyebarkan identitas Amila beserta pasangan jika tidak membayar lunas biaya pernikahan.
Alasan mengapa Amila berbuat demikian karena ia merasa ditipu oleh pihak Wedding Organizer milik seseorang bernama Nora asal Kuantan. Berawal dari percakapan lewat Whatsapp, Amila kemudian menyepakati jasa yang ditawarkan Nora untuk mengatur pernikahannya dengan biaya sebesar 14.900 ringgit atau setara 47 juta.
Hal tersebut terbilang murah mengingat fasilitas yang akan didapatkannya mulai dari 500 paket hidangan, paket dekorasi, MC dan sewa gedung. Selain itu Amila dan pasangan akan mendapatkan paket gratis spa sebelum dan sesudah pesta, menginap di hotel, berinai dan counter es krim.
Meski sang ibunda merasa harga itu tidak logis, namun Amila tetap bersikeras menggunakan jasa Wedding Organizer tersebut.
“Aku sudah percaya dia karena telah lama bekerja di bidang bridal. Cuma dia tak punya butik saja. Perlengkapan pesta dia simpan di rumahnya. Tak mengapa, aku hanya ingin tolong dia saja,” ucap Amila, sebagaimana dikutip dari Oh Bulan.
Namun menjelang pesta pernikahan, Nora mulai menunjukkan perlakuan yang tidak nyaman bagi Amila dan pasangan. Yang pertama dirasakannya ketika Amila disuruh untuk memilih busana pengantin sewaan dari sejumlah salon orang lain. Semua tak ada yang berkenan di hatinya, kecuali satu salon namun jaraknya sangat jauh dari rumah.
Nora kemudian meminta Amila untuk memilih jenis kain yang akan dipakai dalam pernikahan agar nantinya segera diantar ke tukang jahit. Karena disebutkan tak ada biaya tambahan, Amila pun memilih desain yang menjadi keinginannya.
Hari berikutnya Nora mengirim pesan bahwa penyedia katering yang sebelumnya telah ditentukan diganti dengan yang lebih bagus dan enak. Ia juga menuturkan bahwa meja VIP akan diberikan dua buah saja. Amila yang mendapatkan pesan tersebut mengiyakan mengingat ia tahu juga penyedia katering yang diusulkan oleh Nora.
Seminggu sebelum pernikahan dilangsungkan, Nora menanyakan perihal spa yang akan dilakukan oleh Amila. Amila kemudian menjawab bahwa dirinya akan melakukan hal tersebut pada hari Kamis pagi lantaran malamnya akan berinai dan besoknya akad nikah dilangsungkan.
“Nora bilang iya. Tiba hari Kamis, aku tanya kapan bisa pergi spa. Tapi dia jawab tak sempat untuk spa karena semua sibuk melakukan persiapan,” tutur Amila.
Justru Nora menyebutkan bahwa harusnya spa dilakukan seminggu sebelum pernikahan. Tentu saja Amila merasa geram atas ucapan tersebut, namun ia tetap mendiamkannya.
Amila pun akhirnya langsung berinai dan melupakan kejadian spa yang batal sepihak tersebut.
“Desainnya simple sekali macam orang tunangan. Tapi ini acara kawin,” lanjut Amila.
Esoknya setelah melakukan akad nikah, Amila langsung menuju gedung yang telah ditentukan dan terlihat kursi pelaminan baru saja dipasang.
“Saat itu Nora panggil aku sambil menyodorkan kwitansi yang menyatakan aku sudah bayar 7 ribu ringgit. Aku baca baik-baik dan ternyata tidak ada tulisan jumlah uang yang aku telah bayar. Tanggal yang menyatakan aku sudah bayar juga tidak ditulis,” ceritanya.
Ternyata dekorasi yang Amila inginkan tak sepadan dengan kenyataan dan terkesan sangat sederhana sekali untuk uang yang telah ia bayarkan.
“Simpel gila. Dekorasi pelaminan sangat tidak sepadan dengan harga paket yang ditawarkan. Kalau di Kuala Lumpur dekorasi 4000 ringgit sudah dapat yang ekslusif dan meriah. Aku sudah mulai down,” ungkapnya.
Meski demikian, ia masih sempat bersyukur karena yang menangani riasannya adalah saudaranya sendiri. Tentu ketidak puasan akan riasan pun akan ia rasakan jika menggunakan jasa Nora.
Ketika menjelang pernikahan, sebuah pesan dari Nora mengatakan bahwa mobilnya rusak dan ia sedang sibuk mencari alternatif lain mengirim katering yang sudah ditentukan. Amila yang sudah berada di gedung memperhatikan dengan seksama bahwa banyak meja buffet yang masih kosong. Meja makan juga hanya tersedia satu ekor ayam saja dengan nasi yang cukup keras.
Ketika rombongan suaminya datang dan acara makan-makan berlangsung, ternyata sebagian rombongan mengaku tidak mendapatkan makanan. Alhasil Amila pun menyuruh adiknya untuk membeli makanan di luaran.
Saat para tamu undangan telah datang dan katering pun sudah ada, ternyata makanan katering tersebut tidak cukup. Salah seorang kerabatnya bernama Umi Zira memang telah memperkirakan bahwa lauknya tidak akan cukup. Ia pun mau membantu berbelanja dan memasakkan hidangan untuk para tamu.
Setelah diselidiki tenyata katering tersebut kurang dari 300 orang. Padahal dalam perjanjian harusnya untuk 500 orang. Tak hanya itu saja, counter es krim yang dijanjikan juga tidak ada. Bahkan tisu, sendok, garpu dan air mineral pun tak disediakan oleh pihak Wedding Organizer.
Amila begitu malu dengan keluarga suaminya, teman maupun saudara. Bahkan beberapa dari mereka ada yang jauh-jauh datang namun justru ikut membantu sebagai pramusaji. Nora sendiri pun tak terlihat batang hidungnya ketika hari tersebut.
Setelah beberapa jam usai acara pernikahan, Nora justru mengirim sebuah pesan agar Amila segera melunasi sisa pembayaran. Namun Amila justru menjawab bahwa semua uangnya ada di ibunya karena yang membiayai semuanya adalah ibunya, termasuk berbagai kekurangan selama acara resepsi.
Merasa terus diabaikan telepon dan pesan singkatnya, Nora pun mengancam akan melaporkan hal tersebut kepada pihak kepolisian. Amila juga tidak takut dipidanakan karena ia merasa telah dipermalukan akibat ulah Nora yang melakukan penipuan.
Selain Nora, ternyata MC-nya pun meminta pembayaran ke Amila karena Nora belum membayarnya. Setelah dijelaskan, mereka kemudian berusaha mencari keberadaan Nora yang seakan tanpa jejak.
Baca Juga: Memilukan! Pasangan Ini Harus Batalkan Pernikahan Lantaran Pihak Catering Kabur Entah KemanaSemoga kisah tersebut memberikan pelajaran bagi para pengantin yang hendak menggunakan jasa Wedding Organizer agar tidak tertipu dengan harga yang murah dan berbagai iming-iming kelengkapan pernikahan.