Kisah tentang kakek penjual koran yang wajahnya diperban telah beredar luas di media sosial setelah beberapa netizen maupun situs berita menayangkannya. Sudah 6 tahun kakek yang diketahui bernama Abdul Rahman ini menjalani profesinya di jalanan sekitaran SPBU Kasablanka Jakarta Selatan.
Usia yang senja tidak menyurutkan langkahnya untuk bisa mengais rezeki yang halal, meskipun hasilnya tak seberapa. Diketahui bahwa penyakit yang ada di wajah kakek berusia 77 tahun ini merupakan tumor. Meski demikian, ia tidak sedikit pun mengeluh dengan keadaannya dan tetap berusaha dengan tidak meminta belas kasihan orang lain.
Sehari-harinya, kakek Abdul Rahman tinggal bersama dengan anak dan cucunya yang berada di Bilangan Menteng Dalam Jakarta Selatan. Yang patut dikagumi dari sosok kakek penjual koran ini adalah rasa sosialnya yang tak segan membagi rezeki dengan anak yatim maupun janda miskin.
Apa yang dilakukannya tersebut merupakan rasa syukur atas rezeki yang diperoleh.
“Uang hasil jual koran saya bagikan ke cucu, anak yatim, janda miskin setiap hari. Kalau ketemu anak yatim di jalan, saya panggil, saya kasih uang, saya pegang kepalanya saya doain biar pintar,” ucapnya, sebagaimana dikutip dari Merdeka, Jum’at (28/10/2016).
Tak hanya secara sosial, namun secara individu, kakek Abdul Rahman juga merupakan seorang yang religius. Setiap hari ia bangun tengah malam untuk melakukan shalat tahajud. Setelah itu ia akan membaca Al Qur’an hingga subuh dan setelah shalat subuh, ia langsung menuju tempatnya berjualan.
“Saya jalan jual koran di SPBU jam 06.00 sampai jam 11.00 lalu jam 13.00, balik lagi jualan sampai jam 16.00 sore,” tuturnya.
Ketika selesai berjualan dan menunggu maghrib, kakek Abdul Rahman lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan mengaji Al Qur’an. Baru setelah Isya ia akan istirahat atau sekedar bermain dengan cucunya.
Atas kebaikan dan amal shalihnya, Abdul Rahman pun mendapatkan rezeki yang tak disangka-sangka. Bulan Januari 2017 mendatang ia akan berangkat umroh bersama dengan 9 orang lainnya setelah ada donatur yang baik hati.
“Saya insya Allah Januari mau umroh. Bukan uang sendiri tapi ada donatur yang membiayai. Kalau masih ada istri saya ingin berangkat sama istri saya. Tapi dia sudah meninggal 4 tahun yang lalu,” ungkapnya.
Sementara itu menurut Reza selaku cucu dari Baba (panggilan akrab Abdul Rahman), dirinya selalu merasa khawatir dengan sang kakek setiap kali mengisi bensin di tempat Abdul Rahman jualan dan mengajaknya untuk pulang ke rumah.
“Ada rasa khawatir, was-was Baba ketabrak atau apa, tapi Baba itu orangnya bandel, tidak bisa diam di rumah. Kalau ditegur kadang menyahut kadang tidak. Dia tidak mau diganggu kalau lagi jualan,” ucap Reza.
Meski demikian Reza mengaku bahwa sosok kakeknya sangatlah inspiratif. Selain tekun beribadah, sang kakek juga merupakan pribadi yang pantang menyerah dalam berusaha.
“Semangatnya bagus, tidak ada kata mengeluh, buat contoh kita anak cucunya. Kalau ada di rumah dia juga tidak bisa diam. Entah itu main sama cucunya, ngaji, ke musalah,” pungkas Reza.
Usia yang senja tidak menyurutkan langkahnya untuk bisa mengais rezeki yang halal, meskipun hasilnya tak seberapa. Diketahui bahwa penyakit yang ada di wajah kakek berusia 77 tahun ini merupakan tumor. Meski demikian, ia tidak sedikit pun mengeluh dengan keadaannya dan tetap berusaha dengan tidak meminta belas kasihan orang lain.
Kakek Abdul rahman berjualan koran (Nursita Sari/Kompas.com) |
Apa yang dilakukannya tersebut merupakan rasa syukur atas rezeki yang diperoleh.
“Uang hasil jual koran saya bagikan ke cucu, anak yatim, janda miskin setiap hari. Kalau ketemu anak yatim di jalan, saya panggil, saya kasih uang, saya pegang kepalanya saya doain biar pintar,” ucapnya, sebagaimana dikutip dari Merdeka, Jum’at (28/10/2016).
Tak hanya secara sosial, namun secara individu, kakek Abdul Rahman juga merupakan seorang yang religius. Setiap hari ia bangun tengah malam untuk melakukan shalat tahajud. Setelah itu ia akan membaca Al Qur’an hingga subuh dan setelah shalat subuh, ia langsung menuju tempatnya berjualan.
“Saya jalan jual koran di SPBU jam 06.00 sampai jam 11.00 lalu jam 13.00, balik lagi jualan sampai jam 16.00 sore,” tuturnya.
Ketika selesai berjualan dan menunggu maghrib, kakek Abdul Rahman lebih memilih untuk menghabiskan waktu dengan mengaji Al Qur’an. Baru setelah Isya ia akan istirahat atau sekedar bermain dengan cucunya.
Atas kebaikan dan amal shalihnya, Abdul Rahman pun mendapatkan rezeki yang tak disangka-sangka. Bulan Januari 2017 mendatang ia akan berangkat umroh bersama dengan 9 orang lainnya setelah ada donatur yang baik hati.
“Saya insya Allah Januari mau umroh. Bukan uang sendiri tapi ada donatur yang membiayai. Kalau masih ada istri saya ingin berangkat sama istri saya. Tapi dia sudah meninggal 4 tahun yang lalu,” ungkapnya.
Sementara itu menurut Reza selaku cucu dari Baba (panggilan akrab Abdul Rahman), dirinya selalu merasa khawatir dengan sang kakek setiap kali mengisi bensin di tempat Abdul Rahman jualan dan mengajaknya untuk pulang ke rumah.
“Ada rasa khawatir, was-was Baba ketabrak atau apa, tapi Baba itu orangnya bandel, tidak bisa diam di rumah. Kalau ditegur kadang menyahut kadang tidak. Dia tidak mau diganggu kalau lagi jualan,” ucap Reza.
Meski demikian Reza mengaku bahwa sosok kakeknya sangatlah inspiratif. Selain tekun beribadah, sang kakek juga merupakan pribadi yang pantang menyerah dalam berusaha.
“Semangatnya bagus, tidak ada kata mengeluh, buat contoh kita anak cucunya. Kalau ada di rumah dia juga tidak bisa diam. Entah itu main sama cucunya, ngaji, ke musalah,” pungkas Reza.
Baca Juga: Meski Sedang Sakit Dan Wajah Dibalut Perban, Kakek Ini Tetap Jual Koran Untuk Hidup Sehari-Hari