Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam sama sekali tak pernah marah atas nama pribadi. Beliau hanya marah jika ada syariat Allah yang dilanggar.
Dalam sebuah riwayat, Beliau pernah marah dan langsung berpidato karena kesalahan yang dilakukan oleh imam shalat jamaah di masjid. Beliau marah karena bacaan surat imam tersebut terlalu panjang dan lama.
“Aku sengaja terlambat shalat berjamaah karena bacaan al-Qur’an si Fulan.” tutur salah satu kaum Muslimin.
“Karena,” lanjutnya sampaikan pengaduan, “jika si Fulan yang mengimami, bacaan suratnya sangat panjang.”
Mendengar penuturan salah satu sahabat tersebut, wajah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam terlihat serius. Beliau langsung mengumpulkan kaum Muslimin dan menyampaikan pidatonya.
“Hai segenap manusia, sesungguhnya di antara kalian ada sikap yang membuat banyak orang menjauhi kebaikan (munaffir). Maka siapa saja yang menjadi imam dalam shalat, hendaklah dia memendekkan bacaan. Sebab di belakangnya ada orang tua renta, anak kecil, dan orang yang terdesak keperluan.”
Hadits yang diriwayatkan Imam BUkhari dan Muslim ini dikutip oleh Dr ‘Ali Hasyimi dalam buku Membentuk Kepribadian Muslim Ideal menurut al-Qur’an dan as-Sunnah.
***
Siapa pun kita adalah muballigh. Kita sebagai muslim dituntut untuk mengajak sebanyak mungkin umat manusia lain agar bisa merasakan indahnya Islam dan manisnya iman.
Jangan sampai kita malah menjadi sebab bagi sebanyak mungkin orang hingga menghindar, menjauh, bahkan takut dengan Islam yang sejatinya sangat mulia.
Bersikap bijaklah. Jangan sampai salah dalam bertindak tanduk. Sebab apa pun tindakan yang kita lakukan, akan dinisbatkan kepada Islam sebagai agama yang kita peluk dan kita amalkan dalam keseharian.
Membaca surat dalam shalat hukumnya adalah sunnah. Sedangkan mengajak orang agar mau berjamaah dan istiqamah dalam Islam hukumnya wajib.
Jangan sampai karena sunnah malah meninggalkan yang wajib, Jangan sampai bacaan shalat kita yang terlalu panjang malah menyebabkan orang-orang menghindar, bahkan kaum Muslimin turut menjauh.
Sebab, dalam shalat berjamaah memiliki keperluan dan karakternya masing-masing. Ada jamaah yang sudah tua, ada yang menderita penyakit, atau memiliki jadwal kerja yang padat sehingga harus bergegas, tidak bisa berlama-lama di masjid untuk shalat berjamaah.
Namun, jika disepakati di sebuah masjid dan jamaah sudah mengetahuinya, memanjangkan bacaan tidaklah mengapa. Sebab hal itu bisa menjadi sarana pembelajaran untuk menggapai shalat yang khusyuk.
Dan jika masjid di sekitar rumah kita membiasakan bacaan pendek atau sedang dalam shalat berjamaah, hendaknya kita berusaha sungguh-sungguh untuk tetap menikmati shalat dengan memanjangkan bacaan dalam shalat sunnah. Baik rawatib, Tahajjud, Dhuha atau shalat sunnah lainnya
Jangan sampai terburu-buru saat shalat sunnah sendirian, namun berlama-lama tatkala menjadi imam shalat berjamaah. Semoga bermanfaat.
Wallahu A'lam.
Ilustrasi |
Dalam sebuah riwayat, Beliau pernah marah dan langsung berpidato karena kesalahan yang dilakukan oleh imam shalat jamaah di masjid. Beliau marah karena bacaan surat imam tersebut terlalu panjang dan lama.
“Aku sengaja terlambat shalat berjamaah karena bacaan al-Qur’an si Fulan.” tutur salah satu kaum Muslimin.
“Karena,” lanjutnya sampaikan pengaduan, “jika si Fulan yang mengimami, bacaan suratnya sangat panjang.”
Mendengar penuturan salah satu sahabat tersebut, wajah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam terlihat serius. Beliau langsung mengumpulkan kaum Muslimin dan menyampaikan pidatonya.
“Hai segenap manusia, sesungguhnya di antara kalian ada sikap yang membuat banyak orang menjauhi kebaikan (munaffir). Maka siapa saja yang menjadi imam dalam shalat, hendaklah dia memendekkan bacaan. Sebab di belakangnya ada orang tua renta, anak kecil, dan orang yang terdesak keperluan.”
Hadits yang diriwayatkan Imam BUkhari dan Muslim ini dikutip oleh Dr ‘Ali Hasyimi dalam buku Membentuk Kepribadian Muslim Ideal menurut al-Qur’an dan as-Sunnah.
***
Siapa pun kita adalah muballigh. Kita sebagai muslim dituntut untuk mengajak sebanyak mungkin umat manusia lain agar bisa merasakan indahnya Islam dan manisnya iman.
Jangan sampai kita malah menjadi sebab bagi sebanyak mungkin orang hingga menghindar, menjauh, bahkan takut dengan Islam yang sejatinya sangat mulia.
Bersikap bijaklah. Jangan sampai salah dalam bertindak tanduk. Sebab apa pun tindakan yang kita lakukan, akan dinisbatkan kepada Islam sebagai agama yang kita peluk dan kita amalkan dalam keseharian.
Membaca surat dalam shalat hukumnya adalah sunnah. Sedangkan mengajak orang agar mau berjamaah dan istiqamah dalam Islam hukumnya wajib.
Jangan sampai karena sunnah malah meninggalkan yang wajib, Jangan sampai bacaan shalat kita yang terlalu panjang malah menyebabkan orang-orang menghindar, bahkan kaum Muslimin turut menjauh.
Sebab, dalam shalat berjamaah memiliki keperluan dan karakternya masing-masing. Ada jamaah yang sudah tua, ada yang menderita penyakit, atau memiliki jadwal kerja yang padat sehingga harus bergegas, tidak bisa berlama-lama di masjid untuk shalat berjamaah.
Namun, jika disepakati di sebuah masjid dan jamaah sudah mengetahuinya, memanjangkan bacaan tidaklah mengapa. Sebab hal itu bisa menjadi sarana pembelajaran untuk menggapai shalat yang khusyuk.
Dan jika masjid di sekitar rumah kita membiasakan bacaan pendek atau sedang dalam shalat berjamaah, hendaknya kita berusaha sungguh-sungguh untuk tetap menikmati shalat dengan memanjangkan bacaan dalam shalat sunnah. Baik rawatib, Tahajjud, Dhuha atau shalat sunnah lainnya
Jangan sampai terburu-buru saat shalat sunnah sendirian, namun berlama-lama tatkala menjadi imam shalat berjamaah. Semoga bermanfaat.
Wallahu A'lam.