Tatkala Allah berkehendak untuk melimpah ruahkan segenap rahmat kepada hamba yang di kasihiNya, maka tiada seorang pun yang sanggup menghalang – halangi maupun mencegahnya lagi. Ia Maha Berkehendak untuk menurunkan percikan hidayah kepada sesiapa saja yang Ia kehendaki.
Apapun status dan profesinya, bagaimanapun lelaku dan akhlaknya, dan darimanapun ia berasal. Merekalah umat manusia yang beruntung. Sebagaimana yang terjadi dan menimpa kepada para pesepak bola kelas dunia. Tersebutlah Philippe Sylvain Senderos dan Frederic Kanoute, kedua itu pemain sepak bola yang telah mengikrarkan dirinya menjadi muslim/mualaf, berikut kisahnya :
Philippe Sylvain Senderos
Philippe Sylvain Senderos lahir di Jenewa, Swiss pada tanggal 14 Februari 1985. Pesepak bola asal Swiss ini juga berkiprah di Fulham liga Primer Inggris sebagai bek tengah. Ayahnya berdarah Spanyol sementara Ibunya berdarah Serbia. Ia mengawali karirnya sebagai pemain yunior Servette, lantas bermain di Arsenal, AC Milan dan Everton.
Sebagai pesepak bola profesional, hari – harinya begitu sibuk dan senantiasa di penuhi dengan segala aktivitas padat. Mulai dari rutinitas latihan hingga menjalani pertandingan – pertandingan internasional berkenaan dengan keanggotaan dirinya di Timnas Swiss. Meskipun demikian, di tengah kepadatan rutinitasnya itu, Senderos masih gemar mempelajari dan mengkaji berbagai persoalan agama. Bahkan sebelumnya, ia di klaim telah banyak mengkaji berbagai pelajaran agama yang tersebar di seluruh dunia.
“Saya sangat tertarik pada agama – agama di dunia. Saya banyak membaca buku tentang subyek itu,” ujarnya pada Arsenal Magazine.
Pada saat itulah, lantaran ia sering mengkaji berbagai ajaran agama dan termasuk di antaranya agama islam, ia pun tertarik untuk memilih islam karena ia merasa segenap ajaran yang di bawanya meresap dalam lubuk hati dan nalarnya, hingga suatu hari syahadat pun mengalun merdu memenuhi langit – langit gedung Islamic Centre, kota Manchester Inggris. Demikianlah cara Allah mengaruniakan secercah hidayahnya kepada hamba yang di kehendakiNya.
Senderos mengaku meneguk banyak ilmu dan pedoman hidup dari Islam. Oleh sebab itu ia memutuskan dirinya untuk menjadi seorang muslim. “Jika saya tidak menjadi pemain sepak bola mungkin saya akan menjadi pendeta.”tegasnya.
Setelah resmi menjadi seorang muslim, ia akan berkomitmen pada dirinya untuk mengubah kehidupan gelap yang semula merundung hari - harinya. Minum alkohol, seks bebas dan kehidupan glamor sebagaimana umumnya rutinitas pesepakbola Eropa akan ia tinggalkan demi meraih kedudukan sebagai seorang muslim yang sejati.
Frederic Kanoute
Siapa sih yang tidak mengenal pesepak bola yang tersohor karena keberaniannya ini. Kanoute mungkin satu – satunya pesepak bola yang secara terang – terangan berani membela islam, secara tegas ia juga menolak untuk memakai seragam klub yang di sponsori oleh rumah judi. Ia mendedikasikan wujud protes kepada clubnya yang masih mau di sponsori oleh rumah judi dengan cara menutupinya menggunakan plester warna hitam pada suatu pertandingan.
Kanoute lahir di Perancis pada 2 September 1977, kendati lahir di Prancis, rupanya Kanoute lebih dekat dengan negara asal kedua orang tuanya, Mali. Hal ini di karenakan ikatan islam yang mendarah daging pada dirinya.
Kanoute sama sekali tidak pernah merasa malu ataupun sungkan untuk menunjukkan identitas keislamannya. Pada saat mencetak gol, misalnya ia acapkali menunjukkan rasa gembira dan rasa syukurnya dengan cara besujud atau gerak tangan seperti orang Islam yang tengah berdoa.
Dalam situasi apapun, Kanoute masih mau menyempatkan diri untuk melaksanakan segala kewajibannya sebagai seorang muslim, untuk shalat, ia acapkali melaksanakannya di ruang ganti dengan di saksikan oleh rekan – rekan pesepak bolanya yang notabene nya non muslim. Hal itupun seringkali menjadikan mereka menatap heran, namun lama kelamaan, kebiasaan Kanoute pun menjadi suatu pemandangan yang lumrah dan biasa. Bahkan rekan – rekannya di Sevilla memberikan rasa toleran yang besar kepada Kanoute untuk menjalankan keyakinannya.
Jikalau bulan Ramadhan tiba, Kanoute tetap menjalankan ibadah puasa sebagaimana halnya seorang muslim, baik pada saat latihan maupun bertanding. Namun khusus ketika berlatih, ia di berikan kelonggaran untuk berlatih tidak secara penuh oleh pelatih fisik Sevilla. Namun untuk pertandingan, Kanoute tetap profesional dan totalitas kendati ia tidak minum ataupun makan.
Simpati Kanoute
Tatkala media ramai memberitakan pengobrak – abrikan bumi Gaza oleh zionis Israel, Kanoute merupakan salah satu pesepakbola yang menyampaikan rasa simpatinya dan dukungannya kepada Palestina, dengan cara membuka bajunya dan memperlihatkan kaos dalamnya bertuliskan “Palestine”.
Aksinya tersebut menuai banyak kontra dari berbagai pihak, Federasi Sepak Bola Spanyol (REF) memberikan denda kepada Kanoute sebanyak 3000 euro atau sekitar Rp 45 juta. Keputusan tersebut meraih banyak kontra dari berbagai penjuru, peraturan Federasi Spanyol melarang para pemain menunjukkan berbagai publishitas maupun slogan selama pertandingan berlangsung. Menurut Federasi, hukuman dasar tersebut tidak mempermasalahkan sifat dasar politik dari pesan itu. Tetapi mereka menyoroti fakta bahwa sang pemain telah menunjukkan suatu pesan yang di nilai melanggar peraturan. Pep Guadiola, pelatih Barcelona membela Kanoute untuk aksinya itu.
Kanoute memang masyhur sebagai pesepakbola muslim yang taat, pada yahun 2007, pemain terbaik Afrika ini pernah menyumbangkan gajinya selama setahun untuk menyelamatkan masjid terakhir yang berada di Sevilla sebanyak Rp 7 miliar. Karena masjid tersebut hendak di jual dengan alasan populasi muslim di kota tersebut semakin punah. Pemerintah setempat pun pada akhirnya memberikan nama kepada masjid itu sesuai dengan nama pembelinya.
“Jika tidak ada Kanoute, kami tidak akan beribadah pada hari Jum’at lagi, di mana itu adalah hari yang suci bagi umat muslim,”ujar wakil dari komunitas Islam Spanyol sebagaimana yang di lansir dari AFP.
Apapun status dan profesinya, bagaimanapun lelaku dan akhlaknya, dan darimanapun ia berasal. Merekalah umat manusia yang beruntung. Sebagaimana yang terjadi dan menimpa kepada para pesepak bola kelas dunia. Tersebutlah Philippe Sylvain Senderos dan Frederic Kanoute, kedua itu pemain sepak bola yang telah mengikrarkan dirinya menjadi muslim/mualaf, berikut kisahnya :
Philippe Sylvain Senderos
Philippe Sylvain Senderos lahir di Jenewa, Swiss pada tanggal 14 Februari 1985. Pesepak bola asal Swiss ini juga berkiprah di Fulham liga Primer Inggris sebagai bek tengah. Ayahnya berdarah Spanyol sementara Ibunya berdarah Serbia. Ia mengawali karirnya sebagai pemain yunior Servette, lantas bermain di Arsenal, AC Milan dan Everton.
Philippe Sylvain Senderos |
Sebagai pesepak bola profesional, hari – harinya begitu sibuk dan senantiasa di penuhi dengan segala aktivitas padat. Mulai dari rutinitas latihan hingga menjalani pertandingan – pertandingan internasional berkenaan dengan keanggotaan dirinya di Timnas Swiss. Meskipun demikian, di tengah kepadatan rutinitasnya itu, Senderos masih gemar mempelajari dan mengkaji berbagai persoalan agama. Bahkan sebelumnya, ia di klaim telah banyak mengkaji berbagai pelajaran agama yang tersebar di seluruh dunia.
“Saya sangat tertarik pada agama – agama di dunia. Saya banyak membaca buku tentang subyek itu,” ujarnya pada Arsenal Magazine.
Pada saat itulah, lantaran ia sering mengkaji berbagai ajaran agama dan termasuk di antaranya agama islam, ia pun tertarik untuk memilih islam karena ia merasa segenap ajaran yang di bawanya meresap dalam lubuk hati dan nalarnya, hingga suatu hari syahadat pun mengalun merdu memenuhi langit – langit gedung Islamic Centre, kota Manchester Inggris. Demikianlah cara Allah mengaruniakan secercah hidayahnya kepada hamba yang di kehendakiNya.
Senderos mengaku meneguk banyak ilmu dan pedoman hidup dari Islam. Oleh sebab itu ia memutuskan dirinya untuk menjadi seorang muslim. “Jika saya tidak menjadi pemain sepak bola mungkin saya akan menjadi pendeta.”tegasnya.
Setelah resmi menjadi seorang muslim, ia akan berkomitmen pada dirinya untuk mengubah kehidupan gelap yang semula merundung hari - harinya. Minum alkohol, seks bebas dan kehidupan glamor sebagaimana umumnya rutinitas pesepakbola Eropa akan ia tinggalkan demi meraih kedudukan sebagai seorang muslim yang sejati.
Frederic Kanoute
Siapa sih yang tidak mengenal pesepak bola yang tersohor karena keberaniannya ini. Kanoute mungkin satu – satunya pesepak bola yang secara terang – terangan berani membela islam, secara tegas ia juga menolak untuk memakai seragam klub yang di sponsori oleh rumah judi. Ia mendedikasikan wujud protes kepada clubnya yang masih mau di sponsori oleh rumah judi dengan cara menutupinya menggunakan plester warna hitam pada suatu pertandingan.
Frederic Kanoute |
Kanoute lahir di Perancis pada 2 September 1977, kendati lahir di Prancis, rupanya Kanoute lebih dekat dengan negara asal kedua orang tuanya, Mali. Hal ini di karenakan ikatan islam yang mendarah daging pada dirinya.
Kanoute sama sekali tidak pernah merasa malu ataupun sungkan untuk menunjukkan identitas keislamannya. Pada saat mencetak gol, misalnya ia acapkali menunjukkan rasa gembira dan rasa syukurnya dengan cara besujud atau gerak tangan seperti orang Islam yang tengah berdoa.
Dalam situasi apapun, Kanoute masih mau menyempatkan diri untuk melaksanakan segala kewajibannya sebagai seorang muslim, untuk shalat, ia acapkali melaksanakannya di ruang ganti dengan di saksikan oleh rekan – rekan pesepak bolanya yang notabene nya non muslim. Hal itupun seringkali menjadikan mereka menatap heran, namun lama kelamaan, kebiasaan Kanoute pun menjadi suatu pemandangan yang lumrah dan biasa. Bahkan rekan – rekannya di Sevilla memberikan rasa toleran yang besar kepada Kanoute untuk menjalankan keyakinannya.
Jikalau bulan Ramadhan tiba, Kanoute tetap menjalankan ibadah puasa sebagaimana halnya seorang muslim, baik pada saat latihan maupun bertanding. Namun khusus ketika berlatih, ia di berikan kelonggaran untuk berlatih tidak secara penuh oleh pelatih fisik Sevilla. Namun untuk pertandingan, Kanoute tetap profesional dan totalitas kendati ia tidak minum ataupun makan.
Simpati Kanoute
Tatkala media ramai memberitakan pengobrak – abrikan bumi Gaza oleh zionis Israel, Kanoute merupakan salah satu pesepakbola yang menyampaikan rasa simpatinya dan dukungannya kepada Palestina, dengan cara membuka bajunya dan memperlihatkan kaos dalamnya bertuliskan “Palestine”.
Aksinya tersebut menuai banyak kontra dari berbagai pihak, Federasi Sepak Bola Spanyol (REF) memberikan denda kepada Kanoute sebanyak 3000 euro atau sekitar Rp 45 juta. Keputusan tersebut meraih banyak kontra dari berbagai penjuru, peraturan Federasi Spanyol melarang para pemain menunjukkan berbagai publishitas maupun slogan selama pertandingan berlangsung. Menurut Federasi, hukuman dasar tersebut tidak mempermasalahkan sifat dasar politik dari pesan itu. Tetapi mereka menyoroti fakta bahwa sang pemain telah menunjukkan suatu pesan yang di nilai melanggar peraturan. Pep Guadiola, pelatih Barcelona membela Kanoute untuk aksinya itu.
Kanoute memang masyhur sebagai pesepakbola muslim yang taat, pada yahun 2007, pemain terbaik Afrika ini pernah menyumbangkan gajinya selama setahun untuk menyelamatkan masjid terakhir yang berada di Sevilla sebanyak Rp 7 miliar. Karena masjid tersebut hendak di jual dengan alasan populasi muslim di kota tersebut semakin punah. Pemerintah setempat pun pada akhirnya memberikan nama kepada masjid itu sesuai dengan nama pembelinya.
“Jika tidak ada Kanoute, kami tidak akan beribadah pada hari Jum’at lagi, di mana itu adalah hari yang suci bagi umat muslim,”ujar wakil dari komunitas Islam Spanyol sebagaimana yang di lansir dari AFP.