Meski berada di tempat asalnya, keberadaan unta di Makkah kian langka. Hanya ada beberapa daerah saja yang menjadi tempat berkumpulnya hewan-hewan tersebut. Salah satunya seperti daerah Hudaibiyah yang dahulu digunakan oleh Rasulullah untuk membuat perjanjian dengan bangsa Makkah yang saat itu masih belum masuk Islam.
Daerah berpasir dan bergunung-gunung tersebut menjadi tempat penggembalaan sejumlah unta-unta oleh suku Badui. Di sepanjang jalan, terlihat kandang yang dibuat dengan ukuran yang sangat besar serta diberi kawat pembatas agar unta tersebut tidak kabur atau berada di jalan raya.
Sementara tak jauh dari kandang, terdapat sebuah gubuk yang menjadi tempat meneduh para penggembala yang setiap harinya harus menggembalakan ratusan unta.
Cara penanganan unta-unta itu pun berbeda-beda. Jika unta jantan sengaja diikat kakinya dengan tambang agar tidak sering kawin, maka unta betina dan anak-anaknya dibiarkan begitu saja. Biasanya unta betina akan duduk di bawah terik matahari sembari mengunyah rumput yang disediakan. Terkadang unta itu pun beranjak menuju bak yang berisi air untuk melepas dahaga.
Selain itu ternyata ada unta yang sedang berguling-guling di pasir dan membuat debu di sekitarnya berhamburan.
“Itu namanya unta mandi,” ucap seorang mukimin bernama Syamsul, sebagaimana dikutip dari Okezone, Senin (19/9/2016).
Nampak salah satu penggembala bernama Ali Ahmad tengah menyambut kedatangan para pengunjung yang datang dengan menggunakan bus maupun mobil. Tak lupa ia pun menawarkan susu maupun kencing unta yang diyakini menjadi sarana penyembuh.
“Susu unta, kencing unta,” teriaknya.
Memang musim haji menjadikan peternakan di Hudaibiyah semakin ramai dikunjungi, entah untuk sekedar melihat maupun membeli susu dan kencing unta yang ditawarkan oleh sang penggembala.
Ternyata penggembala itu juga sudah bisa berbahasa Indonesia, meski terbata-bata.
“Susu unta 5 riyal, kencing unta 30 riyal,” tuturnya.
Selain bisa menikmati susu unta, para pengunjung juga diperbolehkan mengabadikan dalam ponsel saat berada di peternakan tersebut bersama dengan unta-unta.
Baca Juga:
Peternakan unta di Hudaibiyah (M Saifullah/Okezone.com) |
Sementara tak jauh dari kandang, terdapat sebuah gubuk yang menjadi tempat meneduh para penggembala yang setiap harinya harus menggembalakan ratusan unta.
Cara penanganan unta-unta itu pun berbeda-beda. Jika unta jantan sengaja diikat kakinya dengan tambang agar tidak sering kawin, maka unta betina dan anak-anaknya dibiarkan begitu saja. Biasanya unta betina akan duduk di bawah terik matahari sembari mengunyah rumput yang disediakan. Terkadang unta itu pun beranjak menuju bak yang berisi air untuk melepas dahaga.
Unta digembalakan dalam jumlah ratusan (M Saifullah/Okezone.com) |
“Itu namanya unta mandi,” ucap seorang mukimin bernama Syamsul, sebagaimana dikutip dari Okezone, Senin (19/9/2016).
Nampak salah satu penggembala bernama Ali Ahmad tengah menyambut kedatangan para pengunjung yang datang dengan menggunakan bus maupun mobil. Tak lupa ia pun menawarkan susu maupun kencing unta yang diyakini menjadi sarana penyembuh.
“Susu unta, kencing unta,” teriaknya.
Memang musim haji menjadikan peternakan di Hudaibiyah semakin ramai dikunjungi, entah untuk sekedar melihat maupun membeli susu dan kencing unta yang ditawarkan oleh sang penggembala.
Ternyata penggembala itu juga sudah bisa berbahasa Indonesia, meski terbata-bata.
“Susu unta 5 riyal, kencing unta 30 riyal,” tuturnya.
Selain bisa menikmati susu unta, para pengunjung juga diperbolehkan mengabadikan dalam ponsel saat berada di peternakan tersebut bersama dengan unta-unta.
Baca Juga:
- Khasiat Air Kencing Dan Susu Unta
- Maka Apakah Mereka Tidak Memperhatikan Unta, Bagaimana Ia Diciptakan?
- Hendak Disembelih Oleh Syiah Bukan Atas Nama Allah, Unta Ini Langsung Mengamuk