Sebagaimana lazimya kaum muslimin di belahan mana pun, menggenapkan rukun Islam dengan naik haji adalah salah satu impian terindah dalam hidup.
Banyak kisah dan pengalaman orang yang berhasil naik haji. Diantaranya adalah kisah pasangan suami istri Kiai Abdul Manan dan Ibu Munawaroh.
“Saya sudah pernah berhaji, tapi istri saya belum, waktu itu,” tutur Kiai Manan.
Karena tidak cukup untuk membayar ongkos haji secara kontan, Kiai Manan menganjurkan untuk menabung. Istrinya pun melakukan anjuran suaminya itu.
Kiai Manan menganjurkan untuk menabung di sebuah bank. Jaraknya sekitar 1 kilometer dari rumahnya. Ia menganjurkan tiap kali menabung harus ditempuh dengan jalan kaki. Istrinya selalu melaksanakan saran suaminya tersebut.
“Dan saya menganjurkan sambil jalan kaki membaca kalimat talbiyah,” katanya.
Bacaan talbiyah yang dimaksud adalah, “Labbaikallaahumma labbaika, labbaika laa syariika laka labbarika, innal hamda wan-ni’mata laka wal-mulka laa syariika laka”.
Artinya: “Aku datang memenuhi panggilan-Mu ya Allah, aku datang memuhi panggilan-Mu tidak ada sekutu bagi-Mu, aku dating memenuhi panggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat dan segenap kekuasaan adalah milik-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu.”
Menurut Kiai Manan, bacaan talbiyah tersebut dibacakan sejak berangkat dari rumah, di perjalanan, antre di bank, sampai kembali lagi ke rumah. Hal itu terus dilakukan istrinya. Nominal menabungnya tidak tentu, sesuai uang tersedia.
Alhamdulillah di tahun 2002, Munawaroh akhirnya bisa berhaji. Tadinya dia menduga uang itu hanya cukup untuk sendirian. Tapi ternyata lebih dari cukup untuk naik haji berdua.
Menurut penuturan Kiai Manan, tabungan istrinya itu ternyata sampai sisa-sisa, bahkan bisa dibuat untuk syukuran dan uang saku ketika di tanah suci. Padahal ia sudah merelakan istrinya pergi sendirian.
“Karena istri saya tidak mau naik haji sendirian, akhirnya kita berangkat berdua sehingga saya kembali berhaji untuk kedua kalinya,” kenangnya.