Umur yang sudah renta tidak menjadi halangan seseorang untuk berkhidmat dalam agama. Terlebih menjadi seorang hafidz yang memerlukan kecerdasan berpikir dan menghafal. Salah satunya seperti nenek bernama Ummu Saad ini yang tidak pernah sedikit pun lupa bagian dari Al Qur’an meski usianya sudah tidak muda lagi.
Lahir di Desa Bandariyah, sebelah utara Kota Kairo Mesir, Ummu Saad sudah kehilangan penglihatannya sejak muda karena mengalami salah pengobatan oleh keluarganya. Akibatnya Ummu Saad pun buta permanen dan tidak bisa disembuhkan.
Meski tak mampu melihat, Ummu Saad saat muda mendapatkan keberkahan karena setiap orang buta di desa Bandariyah harus mempelajari Al Qur’an lebih dalam. Hal itu sudah menjadi tradisi warga di desa tersebut. Karenanya Ummu Saad senantiasa dibesarkan hatinya oleh ayat-ayat Al Qur’an dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Tepat pada usia 15 tahun, Ummu Saad telah mampu menghafal Al Qur’an secara keseluruhan. Dengan kecerdasannya tersebut, wanita yang kemudian berpindah ke Kota Iskandariyah Mesir itu pun semakin menambah pengetahuannya tentang Al Qur’an.
Ummu Saad kemudian belajar kepada seorang ulama wanita bernama Nafisah binti Abu Ala untuk belajar Qiraah 10. Namun tidak semua orang mampu mempelajarinya lantaran sang ulama memberi syarat yang cukup berat yakni tidak boleh menikah selama-lamanya. Alasannya karena ketika telah menikah maka wanita akan disibukkan dengan urusan rumah tangga dan melupakan segala hal yang telah dipelajari.
Tentu saja syarat tersebut tidak mendasar dan tidak sesuai dengan syariat. Meski begitu, syarat yang diajukan Syaikhah Nafisah diterima oleh Ummu Saad. Ia dengan teguh menghilangkan keinginannya untuk menikah dan menggantinya dengan menjaga 10 riwayat Al Qur’an.
Tepat pada usia 23 tahun, Ummu Saad sudah bisa menghafal 10 riwayat bacaan Qur’an. Bahkan Syaikhah Nafisah memberikan ijazah sebagai bukti bahwa Ummu Saad memang sudah mahir.
Dikatakan oleh Ummu Saad bahwa selama 60 tahun ia sudah menghafal, mengulang dan membaca Al Qur’an hingga tak lupa sedikit pun bagian dari isi Al kitab tersebut. Baginya menghafal Al Qur’an sama dengan menghafalkan namanya sendiri. Selain itu ia hanya fokus mempelajari Al Qur’an dan qiraatnya tanpa sedikit pun tercampur dengan ilmu-ilmu lainnya.
Baca Juga:
Lahir di Desa Bandariyah, sebelah utara Kota Kairo Mesir, Ummu Saad sudah kehilangan penglihatannya sejak muda karena mengalami salah pengobatan oleh keluarganya. Akibatnya Ummu Saad pun buta permanen dan tidak bisa disembuhkan.
Meski tak mampu melihat, Ummu Saad saat muda mendapatkan keberkahan karena setiap orang buta di desa Bandariyah harus mempelajari Al Qur’an lebih dalam. Hal itu sudah menjadi tradisi warga di desa tersebut. Karenanya Ummu Saad senantiasa dibesarkan hatinya oleh ayat-ayat Al Qur’an dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Tepat pada usia 15 tahun, Ummu Saad telah mampu menghafal Al Qur’an secara keseluruhan. Dengan kecerdasannya tersebut, wanita yang kemudian berpindah ke Kota Iskandariyah Mesir itu pun semakin menambah pengetahuannya tentang Al Qur’an.
Ummu Saad kemudian belajar kepada seorang ulama wanita bernama Nafisah binti Abu Ala untuk belajar Qiraah 10. Namun tidak semua orang mampu mempelajarinya lantaran sang ulama memberi syarat yang cukup berat yakni tidak boleh menikah selama-lamanya. Alasannya karena ketika telah menikah maka wanita akan disibukkan dengan urusan rumah tangga dan melupakan segala hal yang telah dipelajari.
Tentu saja syarat tersebut tidak mendasar dan tidak sesuai dengan syariat. Meski begitu, syarat yang diajukan Syaikhah Nafisah diterima oleh Ummu Saad. Ia dengan teguh menghilangkan keinginannya untuk menikah dan menggantinya dengan menjaga 10 riwayat Al Qur’an.
Tepat pada usia 23 tahun, Ummu Saad sudah bisa menghafal 10 riwayat bacaan Qur’an. Bahkan Syaikhah Nafisah memberikan ijazah sebagai bukti bahwa Ummu Saad memang sudah mahir.
Dikatakan oleh Ummu Saad bahwa selama 60 tahun ia sudah menghafal, mengulang dan membaca Al Qur’an hingga tak lupa sedikit pun bagian dari isi Al kitab tersebut. Baginya menghafal Al Qur’an sama dengan menghafalkan namanya sendiri. Selain itu ia hanya fokus mempelajari Al Qur’an dan qiraatnya tanpa sedikit pun tercampur dengan ilmu-ilmu lainnya.
Baca Juga:
- Kisah Inspiratif: Kakek Ini Hafal Quran Di Usia 70 Tahun, Bagaimana Dengan Kita?
- Hafidzah Cilik Yang Tunanetra Ini Membuat Seisi Studio Menangis Tersedu-Sedu
- Subhanallah, Walau Buta, Anak Ini Mampu Hafal 30 Juz Al Qur’an