Sesungguhnya Allah akan memberikan ampunan kepada siapa saja yang Ia kehendaki, meskipun dosa yang telah diperbuat seluas samudera. Allah pun Maha Memaafkan kepada setiap hamba-Nya yang mau berserah diri dan berusaha memperbaiki kesalahannya sebelum ajal menjemput.
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa di jaman sesudah Rasulullah terdapat seorang pemabuk bernama Bishir a-Hafi yang senantiasa menghabiskan waktu di tempat maksiat dan berfoya-foya.
Pada suatu hari ketika berada dalam kondisi mabuk, ia menemukan sebuah kertas yang bertuliskan kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” di jalanan. Bishir kemudian mengambilnya dan menyimpannya di rumahnya dengan terlebih dahulu diberi wewangian. Hal ini ia lakukan sebagai bentuk penghormatan atas kalimat yang suci tersebut.
Pada malam harinya, seorang ulama kemudian bermimpi dimana dalam mimpi tersebut ia diperintahkan untuk menyampaikan sebuah kalimat kepada seseorang bernama Bishir.
“Engkau telah mengharumkan diri-Ku. Maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah mensucikan nama-Ku, maka Aku pun telah mensucikan dirimu. Demi kebesaran-Ku, niscaya Ku harumkan namamu, baik di dunia maupun di akhirat nanti.” Demikian seruan yang harus disampaikan kepada Bishir.
Ulama itu pun terbangun lantaran kaget dan tidak percaya, mengingat ia mengetahui betul siapa Bishir. Ia kemudian mengambil air wudhu dan shalat dua rakaat kemudian tertidur lagi. Namun setiap kali tertidur, mimpi itu pun kembali terulang hingga beberapa kali.
Maka ketika pagi harinya, ulama tersebut kemudian mencari Bishir dan mendapatinya di sebuah kedai minum. Kemudian ulama itu pun memanggilnya dan menjelaskan mimpi yang telah ia alami hingga beberapa kali.
Meski nampak mabuk, Bishir tetap berusaha memperhatikan ucapan ulama tersebut dengan cermat. Setelah itu Bishir mendatangi rekan-rekannya yang sedang mabuk dan berucap, “Aku sudah dipanggil. Aku akan meninggalkan tempat ini. Kalian tidak akan pernah bertemu denganku lagi.”
Sejak saat itu Bishir pun berubah dan mendalami agama islam dengan benar. Bahkan ia dikenal sebagai seorang yang shalih pada masanya.
Tatkala dirinya meninggal, umat muslim berbondong-bondong menyalatinya tak henti-henti sejak pagi hingga malam. Bahkan sampai berhari-hari lamanya mengingat kebaikan dan keshalihannya semasa hidup.
Menurut riwayat diketahui bahwa Imam Bishir juga pernah bermimpi bertemu dengan Rasulullah. Dalam mimpi tersebut Rasulullah bertanya kepada Bishir, “Mengapa engkau mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dari orang-orang yang semasa denganmu?”
Namun Bishir tidak mengetahuinya dan menjawab, “Tidak tahu wahai Rasulullah.”
Lantas Rasulullah menjawab, “Karena kamu mengikuti sunnahku, kamu berbakti pada orang-orang shalih, kamu memberi nasehat kepada sesama dan karena cintamu kepadaku, keluargaku serta sahabatku.”
Baca Juga:
Demikianlah bagaimana sebuah amalan yang kecil bahkan sepele bisa membawa seseorang yang terburuk menjadi yang terbaik dalam pandangan Allah. Maka sudah seharusnya untuk kita selalu melaksanakan segala amalan baik yang Allah perintahkan dan Rasulullah anjurkan dengan sekuat tenaga tanpa melihat besar kecilnya amalan tersebut. Wallahu A’lam
Dalam suatu riwayat disebutkan bahwa di jaman sesudah Rasulullah terdapat seorang pemabuk bernama Bishir a-Hafi yang senantiasa menghabiskan waktu di tempat maksiat dan berfoya-foya.
Pada suatu hari ketika berada dalam kondisi mabuk, ia menemukan sebuah kertas yang bertuliskan kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” di jalanan. Bishir kemudian mengambilnya dan menyimpannya di rumahnya dengan terlebih dahulu diberi wewangian. Hal ini ia lakukan sebagai bentuk penghormatan atas kalimat yang suci tersebut.
Pada malam harinya, seorang ulama kemudian bermimpi dimana dalam mimpi tersebut ia diperintahkan untuk menyampaikan sebuah kalimat kepada seseorang bernama Bishir.
“Engkau telah mengharumkan diri-Ku. Maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah mensucikan nama-Ku, maka Aku pun telah mensucikan dirimu. Demi kebesaran-Ku, niscaya Ku harumkan namamu, baik di dunia maupun di akhirat nanti.” Demikian seruan yang harus disampaikan kepada Bishir.
Ulama itu pun terbangun lantaran kaget dan tidak percaya, mengingat ia mengetahui betul siapa Bishir. Ia kemudian mengambil air wudhu dan shalat dua rakaat kemudian tertidur lagi. Namun setiap kali tertidur, mimpi itu pun kembali terulang hingga beberapa kali.
Maka ketika pagi harinya, ulama tersebut kemudian mencari Bishir dan mendapatinya di sebuah kedai minum. Kemudian ulama itu pun memanggilnya dan menjelaskan mimpi yang telah ia alami hingga beberapa kali.
Meski nampak mabuk, Bishir tetap berusaha memperhatikan ucapan ulama tersebut dengan cermat. Setelah itu Bishir mendatangi rekan-rekannya yang sedang mabuk dan berucap, “Aku sudah dipanggil. Aku akan meninggalkan tempat ini. Kalian tidak akan pernah bertemu denganku lagi.”
Sejak saat itu Bishir pun berubah dan mendalami agama islam dengan benar. Bahkan ia dikenal sebagai seorang yang shalih pada masanya.
Tatkala dirinya meninggal, umat muslim berbondong-bondong menyalatinya tak henti-henti sejak pagi hingga malam. Bahkan sampai berhari-hari lamanya mengingat kebaikan dan keshalihannya semasa hidup.
Menurut riwayat diketahui bahwa Imam Bishir juga pernah bermimpi bertemu dengan Rasulullah. Dalam mimpi tersebut Rasulullah bertanya kepada Bishir, “Mengapa engkau mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dari orang-orang yang semasa denganmu?”
Namun Bishir tidak mengetahuinya dan menjawab, “Tidak tahu wahai Rasulullah.”
Lantas Rasulullah menjawab, “Karena kamu mengikuti sunnahku, kamu berbakti pada orang-orang shalih, kamu memberi nasehat kepada sesama dan karena cintamu kepadaku, keluargaku serta sahabatku.”
Baca Juga:
- Hanya Dua Orang Ini Saja Yang Bisa Bertemu Rasul Dalam Mimpi
- Masya Allah, Inilah 15 Amalan Ringan Berpahala Besar
- Beginilah Amalan Penghuni Surga Saat Di Dunia
Demikianlah bagaimana sebuah amalan yang kecil bahkan sepele bisa membawa seseorang yang terburuk menjadi yang terbaik dalam pandangan Allah. Maka sudah seharusnya untuk kita selalu melaksanakan segala amalan baik yang Allah perintahkan dan Rasulullah anjurkan dengan sekuat tenaga tanpa melihat besar kecilnya amalan tersebut. Wallahu A’lam