Kerajaan Arab Saudi ingin mengembangkan haji dan umroh sebagai salah satu sumber pendapatan negara seiring krisis berkepanjangan harga minyak dunia.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Ahmad Dumyathi Bashori, Ahad kemarin (4/9), usai mengikuti pembukaan seminar haji Kementerian Haji dan Umroh Arab Saudi di Gedung Adz Dikra al Khalidah, Rusaifah, Makkah.
"Tahun ini terasa penting ketika Saudi Arabia berusaha merealisasikan visinya. Karena ada krisis minyak, Saudi berusaha untuk mengembangkan pendapatan di luar migas. Salah satu pendapatan yang paling berpotensi adalah ibadah haji dan umrah," katanya.
Menurut Dumyathi, Arab Saudi ke depan ingin menjadikan umrah dan haji sebagai salah satu potensi pendapatan negara sehingga kalau selama ini visa gratis, maka ke depan tidak lagi.
"Bagi yang haji pertama, kedua, masing-masing punya tarif sendiri. Umroh juga demikian," ujarnya.
Nama kementerian, kata Dumyathi, juga berubah dari Kementerian Haji saja menjadi Kementerian Haji dan Umrah.
Di masa datang, menurutnya, perjalanan umroh juga akan dibuka untuk seluruh kota yang punya situs bersejarah dan tujuan wisata, seperti Taif, Riyadh, Tabuk, Jabal Magnet di Madinah, dan Madain Saleh.
"Ini merupakan potensi sejarah yang punya nilai tersendiri bagi para wisatawan muslim di dunia. Dan ini akan menjadi salah satu sumber pendapatan Saudi Arabia," terangnya.
Masa untuk umroh juga tidak ada jeda lagi, setelah haji langsung dibuka. Untuk mengakomodasi wisatawan, saat ini sudah dibangun hotel terbesar yang ada di Makkah serta mensinergikan pembangunan infrastruktur untuk mendukung visi tersebut.
Dalam sambutanya pada seminar yang mengangkat tema "Haji Masa Lalu dan Sekarang" itu Menteri Haji Arab Saudi Muhammad Soleh bin Thahir Banten menggambarkan perjalanan jamaah haji zaman dahulu yang sangat sulit, rawan, dan banyak terjadi masalah.
Sekarang, menurut dia, perjalanan haji bisa dilakukan dalam waktu singkat, hanya beberapa jam.
Jamaah haji saat ini, tambahnya, juga bisa berkomunikasi dengan keluarga mereka melalui media internet, baik suara maupun gambar.
Menteri yang masih berdarah Indonesia ini mengatakan bahwa kementerian yang dipimpinnya saat ini terus melakukan pembaharuan dengan sistem e hajj.
Semua paket ditawarkan secara elektronik sehingga setiap negara bisa memesan program yang diinginkan sesuai kemampuan masing-masing. Seminar ini lanjut Soleh, juga mengagendakan sejumlah pembahasan mengenai pengembangan- pengembangan masa depan sesuai dengan visi Arab Saudi 2030.
Editor: Tasrief Tarmizi/ANTARA
Hal ini disampaikan oleh Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Ahmad Dumyathi Bashori, Ahad kemarin (4/9), usai mengikuti pembukaan seminar haji Kementerian Haji dan Umroh Arab Saudi di Gedung Adz Dikra al Khalidah, Rusaifah, Makkah.
"Tahun ini terasa penting ketika Saudi Arabia berusaha merealisasikan visinya. Karena ada krisis minyak, Saudi berusaha untuk mengembangkan pendapatan di luar migas. Salah satu pendapatan yang paling berpotensi adalah ibadah haji dan umrah," katanya.
Menurut Dumyathi, Arab Saudi ke depan ingin menjadikan umrah dan haji sebagai salah satu potensi pendapatan negara sehingga kalau selama ini visa gratis, maka ke depan tidak lagi.
"Bagi yang haji pertama, kedua, masing-masing punya tarif sendiri. Umroh juga demikian," ujarnya.
Nama kementerian, kata Dumyathi, juga berubah dari Kementerian Haji saja menjadi Kementerian Haji dan Umrah.
Di masa datang, menurutnya, perjalanan umroh juga akan dibuka untuk seluruh kota yang punya situs bersejarah dan tujuan wisata, seperti Taif, Riyadh, Tabuk, Jabal Magnet di Madinah, dan Madain Saleh.
"Ini merupakan potensi sejarah yang punya nilai tersendiri bagi para wisatawan muslim di dunia. Dan ini akan menjadi salah satu sumber pendapatan Saudi Arabia," terangnya.
Masa untuk umroh juga tidak ada jeda lagi, setelah haji langsung dibuka. Untuk mengakomodasi wisatawan, saat ini sudah dibangun hotel terbesar yang ada di Makkah serta mensinergikan pembangunan infrastruktur untuk mendukung visi tersebut.
Dalam sambutanya pada seminar yang mengangkat tema "Haji Masa Lalu dan Sekarang" itu Menteri Haji Arab Saudi Muhammad Soleh bin Thahir Banten menggambarkan perjalanan jamaah haji zaman dahulu yang sangat sulit, rawan, dan banyak terjadi masalah.
Sekarang, menurut dia, perjalanan haji bisa dilakukan dalam waktu singkat, hanya beberapa jam.
Jamaah haji saat ini, tambahnya, juga bisa berkomunikasi dengan keluarga mereka melalui media internet, baik suara maupun gambar.
Menteri yang masih berdarah Indonesia ini mengatakan bahwa kementerian yang dipimpinnya saat ini terus melakukan pembaharuan dengan sistem e hajj.
Semua paket ditawarkan secara elektronik sehingga setiap negara bisa memesan program yang diinginkan sesuai kemampuan masing-masing. Seminar ini lanjut Soleh, juga mengagendakan sejumlah pembahasan mengenai pengembangan- pengembangan masa depan sesuai dengan visi Arab Saudi 2030.
Editor: Tasrief Tarmizi/ANTARA