Musibah banjir bandang di Garut masih menyisakan kepedihan dan duka yang mendalam bagi masyarakat yang rumahnya hancur maupun keluarganya meninggal dunia. Meski demikian, Allah menunjukkan kekuasaan-Nya dalam musibah tersebut agar umat Islam bisa merenungkan kembali tujuan hidup di dunia ini.
Salah satunya dari kekuasaan Allah tersebut adalah sebuah pesantren yang tetap berdiri kokoh meski berada di pinggiran sungai Cimanuk yang saat itu meluap dan mengakibatkan banjir bandang.
Setelah ditelusuri ternyata pemilik sekaligus pengasuh dari pesantren Al Qadar tersebut bernama KH Abdul Qadar Rusman. Ia telah membangun pesantren tersebut sejak tahun 2000 dan pembangunannya merupakan amanat dari sang guru yakni Alm KH Mashudi Ali di Ponpes Tebu Ireng Jombang.
Seperti yang diketahui bersama bahwa banjir bandang yang terjadi beberapa hari lalu memang sangat ganas dan memporak porandakan berbagai fasilitas maupun bangunan yang ada di sekitar sungai Cimanuk. Namun atas izin Allah, luapan banjir tersebut tidak merusak sedikit pun bangunan pesantren yang berdindingkan kayu meski jaraknya sekitar 10 meter dari bibir sungai.
“Berkat pertolongan Allah Ta’ala, pesantren kami tidak tersentuh bencana banjir bandang sungai Cimanuk,” ucapnya, sebagaimana dikutip dari Poros Garut, Rabu (21/9/2016).
Suami dari Hj Wesi Irianti ini menceritakan bahwa awal pembangunan, pesantren yang terletak di Kampung Lebak Siuh Kelurahan Muara Sanding Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut tersebut hanya beralaskan tanah dan ditutupi terpal. Sementara untuk penerangan, para santri mengandalkan lampu cempor yang berbahan bakar minyak tanah.
“Keseharian saya, belajar ngaji, zikir dan ibadah di ponpes. Pokoknya selama 15 tahun saya bolak balik antara rumah dan ponpes, tidak pernah kemana-mana,” tuturnya.
Ia mengisahkan bahwa di tahun 1999, dirinya bermimpi bertemu dengan KH Mashudi dan berpesan untuk menemuinya di Jombang.
“Padahal saat itu saya belum kenal dengan beliau,” kenangnya.
“Saya berangkat dengan keyakinan pasti ketemu, padahal saya belum pernah ke sana. Setelah bertanya ke sana sini, akhirnya selepas Isya, saya ketemu pondok pesantrennya. Dan sama santri beliau saya disuruh istirahat dan Kyai akan menemui dirinya saat subuh,” tambah ayah dari Siti Alzena dan Siti Nurabidah tersebut.
Ketika subuh menjelang, KH Abdul pun tampak kaget karena orang yang ada di dalam mimpinya tersebut sama persis dengan sosok yang ada di hadapannya.
“Saat itu guru saya berpesan agar mendirikan pondok pesantren di pinggir kali dan belajar ngaji ke dia sebulan sekali, istilahnya santri ngalong,” pungkasnya menutup pembicaraan.
Baca Juga:
Salah satunya dari kekuasaan Allah tersebut adalah sebuah pesantren yang tetap berdiri kokoh meski berada di pinggiran sungai Cimanuk yang saat itu meluap dan mengakibatkan banjir bandang.
KH Abdul Qadar Rusman, pemilik pesantren Al Qadar Garut (Porosgarut.com) |
Seperti yang diketahui bersama bahwa banjir bandang yang terjadi beberapa hari lalu memang sangat ganas dan memporak porandakan berbagai fasilitas maupun bangunan yang ada di sekitar sungai Cimanuk. Namun atas izin Allah, luapan banjir tersebut tidak merusak sedikit pun bangunan pesantren yang berdindingkan kayu meski jaraknya sekitar 10 meter dari bibir sungai.
“Berkat pertolongan Allah Ta’ala, pesantren kami tidak tersentuh bencana banjir bandang sungai Cimanuk,” ucapnya, sebagaimana dikutip dari Poros Garut, Rabu (21/9/2016).
Suami dari Hj Wesi Irianti ini menceritakan bahwa awal pembangunan, pesantren yang terletak di Kampung Lebak Siuh Kelurahan Muara Sanding Kecamatan Garut Kota Kabupaten Garut tersebut hanya beralaskan tanah dan ditutupi terpal. Sementara untuk penerangan, para santri mengandalkan lampu cempor yang berbahan bakar minyak tanah.
“Keseharian saya, belajar ngaji, zikir dan ibadah di ponpes. Pokoknya selama 15 tahun saya bolak balik antara rumah dan ponpes, tidak pernah kemana-mana,” tuturnya.
Ia mengisahkan bahwa di tahun 1999, dirinya bermimpi bertemu dengan KH Mashudi dan berpesan untuk menemuinya di Jombang.
“Padahal saat itu saya belum kenal dengan beliau,” kenangnya.
“Saya berangkat dengan keyakinan pasti ketemu, padahal saya belum pernah ke sana. Setelah bertanya ke sana sini, akhirnya selepas Isya, saya ketemu pondok pesantrennya. Dan sama santri beliau saya disuruh istirahat dan Kyai akan menemui dirinya saat subuh,” tambah ayah dari Siti Alzena dan Siti Nurabidah tersebut.
Ketika subuh menjelang, KH Abdul pun tampak kaget karena orang yang ada di dalam mimpinya tersebut sama persis dengan sosok yang ada di hadapannya.
“Saat itu guru saya berpesan agar mendirikan pondok pesantren di pinggir kali dan belajar ngaji ke dia sebulan sekali, istilahnya santri ngalong,” pungkasnya menutup pembicaraan.
Baca Juga:
- Pesantren Di Garut Ini Tetap Berdiri Kokoh Meski Berada Di Pinggir Sungai Luapan Banjir Bandang
- Luput Dari Pemberitaan Media, FPI Bantu Korban Banjir Bandang Di Garut
- Ini Teguran Basarnas Terhadap Masyarakat Yang Selfie Di Lokasi Banjir Bandang Garut