Masih ingatkah dengan Dasrul, seorang guru yang menjadi korban penganiayaan orangtua murid beberapa minggu yang lalu? Guru SMKN2 Makassar ini secara mendadak mencabut keputusan damainya dengan siswa MAS yang sempat diajukan ke hadapan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Makassar pada hari Kamis, 8 September 2016.
Dari keterangan penasehat hukumnya yang bernama Azis Pangeran, diketahui bahwa pencabutan surat perdamaian tersebut lantaran adanya tekanan sekaligus ancaman dari guru-guru yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulsel.
“Ketua PGRI Sulsel datang dan menekan serta mengancam Pak Dasrul untuk mencabut keputusannya yang memaafkan anak siswanya itu,” ucap Azis, sebagaimana dikutip dari Liputan6, Jumat (9/9/2016).
Dituturkan oleh Azis bahwa perwakilan PGRI yang tak lain adalah Ketua bernama Wasir Thalib mendatangi kediaman Dasrul bersama dengan beberapa pengurus PGRI dan perwakilan LKBH PGRI. Azis pun hadir mendampingi Dasrul saat perwakilan guru tersebut datang pada hari Rabu (7/9/2016) pukul 5 sore.
Dalam pertemuan tersebut Wasir Thalib mengatakan bahwa jika Dasrul tidak mencabut keputusan damainya, maka guru-guru yang tergabung dalam PGRI tidak akan mendukungnya lagi.
“Jika pak Dasrul tidak mencabut putusan damainya itu, Wasir Thalib akan memerintahkan guru-guru untuk tidak lagi mendukung pak Dasrul,” tutur Azis.
Tentu saja ucapan yang dianggap semacam ancaman ini membuat pihak keluarga Dasrul menjadi ketakutan dan stress. Bahkan istri Dasrul kerap membenturkan kepalanya ke dinding karena kejadian tersebut.
Sesungguhnya apa yang dilakukan Dasrul terkait putusan damai terhadap siswanya semata-mata sebagai bentuk sifat yang harus diperlihatkan seorang guru. Adapun tentang masalah dengan orangtua siswa tersebut tetap masih dalam proses hukum.
Azis selaku kuasa hukum sangat kecewa sikap Wasir Thalib yang melakukan tindakan semena-mena dan tidak mendukung kebaikan Dasrul.
“Selama ini dia (WT) tak terlihat batang hidungnya saat pak Dasrul dihajar dan juga pada kasus kasus serupa yang menimpa kalangan guru di daerah-daerah, namun tiba-tiba muncul bak pahlawan kesiangan,” kata Azis.
Namun pihak PGRI Sulsel membantah telah menekan dan mengancam Dasrul serta membuatnya mencabut putusan damai yang telah diajukannya ke pengadilan.
Dari keterangan Wasir Thalib selaku Ketua PGRI Sulsel, tidak masalah jika Dasrul menganggap kedatangan dan ucapannya sebagai sebuah ancaman dan tekanan. Yang ia lakukan hanya bentuk penyampaian dari hasil keputusan rapat pleno DPD PGRI seluruh Indonesia.
“Apa yang saya sampaikan ke Dasrul itu adalah hasil rapat pleno DPD PGRI se Indonesia, jadi selaku Ketua saya hanya meneruskan dan menyampaikan putusan organisasi ke dia. Silakan jika ingin ditanggapi sebagai sebuah ancaman atau tekanan,” ucap Wasir Thalib via telepon.
Baca Juga:
Dari keterangan penasehat hukumnya yang bernama Azis Pangeran, diketahui bahwa pencabutan surat perdamaian tersebut lantaran adanya tekanan sekaligus ancaman dari guru-guru yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulsel.
“Ketua PGRI Sulsel datang dan menekan serta mengancam Pak Dasrul untuk mencabut keputusannya yang memaafkan anak siswanya itu,” ucap Azis, sebagaimana dikutip dari Liputan6, Jumat (9/9/2016).
Dituturkan oleh Azis bahwa perwakilan PGRI yang tak lain adalah Ketua bernama Wasir Thalib mendatangi kediaman Dasrul bersama dengan beberapa pengurus PGRI dan perwakilan LKBH PGRI. Azis pun hadir mendampingi Dasrul saat perwakilan guru tersebut datang pada hari Rabu (7/9/2016) pukul 5 sore.
Dalam pertemuan tersebut Wasir Thalib mengatakan bahwa jika Dasrul tidak mencabut keputusan damainya, maka guru-guru yang tergabung dalam PGRI tidak akan mendukungnya lagi.
“Jika pak Dasrul tidak mencabut putusan damainya itu, Wasir Thalib akan memerintahkan guru-guru untuk tidak lagi mendukung pak Dasrul,” tutur Azis.
Tentu saja ucapan yang dianggap semacam ancaman ini membuat pihak keluarga Dasrul menjadi ketakutan dan stress. Bahkan istri Dasrul kerap membenturkan kepalanya ke dinding karena kejadian tersebut.
Sesungguhnya apa yang dilakukan Dasrul terkait putusan damai terhadap siswanya semata-mata sebagai bentuk sifat yang harus diperlihatkan seorang guru. Adapun tentang masalah dengan orangtua siswa tersebut tetap masih dalam proses hukum.
Azis selaku kuasa hukum sangat kecewa sikap Wasir Thalib yang melakukan tindakan semena-mena dan tidak mendukung kebaikan Dasrul.
“Selama ini dia (WT) tak terlihat batang hidungnya saat pak Dasrul dihajar dan juga pada kasus kasus serupa yang menimpa kalangan guru di daerah-daerah, namun tiba-tiba muncul bak pahlawan kesiangan,” kata Azis.
Namun pihak PGRI Sulsel membantah telah menekan dan mengancam Dasrul serta membuatnya mencabut putusan damai yang telah diajukannya ke pengadilan.
Dari keterangan Wasir Thalib selaku Ketua PGRI Sulsel, tidak masalah jika Dasrul menganggap kedatangan dan ucapannya sebagai sebuah ancaman dan tekanan. Yang ia lakukan hanya bentuk penyampaian dari hasil keputusan rapat pleno DPD PGRI seluruh Indonesia.
“Apa yang saya sampaikan ke Dasrul itu adalah hasil rapat pleno DPD PGRI se Indonesia, jadi selaku Ketua saya hanya meneruskan dan menyampaikan putusan organisasi ke dia. Silakan jika ingin ditanggapi sebagai sebuah ancaman atau tekanan,” ucap Wasir Thalib via telepon.
Baca Juga:
- Guru Ini Dipukuli Oleh Orang Tua Siswa Lantaran Tak Terima Anaknya Ditegur Tidak Mengerjakan PR
- Begini Keadaan Terakhir Dari Guru SMK Di Makassar Yang Dipukul Oleh Orang Tua Siswa
- Siswa Yang Lakukan Pengeroyokan Pada Guru Ini Terancam Dikeluarkan Dari Sekolah