Hidayah bisa datang darimana saja, meskipun berasal dari ketidaktahuan. Seperti halnya seorang pria bernama Joel Underwood yang menyangka bahwa Al Qur’an adalah buku panduan wisata.
Saat itu ia berencana untuk mengunjungi Maroko dan berusaha untuk menggali lebih dalam tentang budaya atau silsilah yang terdapat di daerah tersebut.
“Awalnya aku tidak tahu Al Qur’an itu sesuatu yang agung. Aku membacanya karena berpikir di dalamnya ada pengetahuan tentang budaya Arab. Itu terjadi sebelum aku melakukan perjalanan ke Maroko,” ucapnya.
Pria yang tinggal di Manchester ini memang kurang mengetahui seperti apa bentuk dari kitab suci umat islam. Kala itu ia menyangka bahwa Al Qur’an adalah buku panduan wisata sehingga membacanya tanpa beban sedikit pun. Meski demikian, kebodohannya justru membawa kepada jalan hidayah keislaman.
Ketika itu ia sibuk mencari referensi yang tepat untuk mengetahui tentang seluk beluk Maroko. Ia pun malah memilih Al Qur’an terjemah sebagai buku panduannya. Ternyata setelah membacanya, ada rasa ketertarikan yang membuatnya terus ingin membaca.
Barulah setelah 6 bulan lamanya, Joel mengetahui jika buku yang dibacanya adalah kitab suci umat Islam.
“Saya tahu itu buku agama, tapi saya tidak menyangka bahwa itu adalah kitab suci umat islam karena saya tidak pernah melihat sebelumnya. Aku juga tidak tahu bahwa Al Qur’an ternyata ‘nyambung’ dengan sejarah Kristen dan yahudi. Aku tidak tahu bagaimana semuanya berkaitan,” tuturnya.
Ketika berada di Maroko bersama dengan sang istri, Joel merasa terus ingin membaca. Entah apa penyebabnya, namun yang pasti ia langsung terpesona saat pertama kali membacanya mengingat isinya yang sangat kaya dengan ilmu.
Maka ketika pulang dari Maroko, Joel kemudian berusaha mencari tempat yang bisa mengajarkannya Al Qur’an dan islam. Bertemulah ia dengan salah satu yayasan islam yang melakukan penggalangan dana di New Hampshire dan disitulah ia dibawa untuk mengenal islam lebih dalam.
“Saya tidak tahu yayasan itu, tapi saya pikir ini adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui tentang islam,” lanjutnya.
Dari situ ia kemudian bisa bertemu dengan para ulama terkemuka dan dituntun untuk belajar agama di Masjid yang berada di New Hampshire. Joel pun begitu bahagia ketika berada di masjid tersebut karena sikap ramah yang ditampakkan oleh para muslim lainnya.
“Tak ada orang berkata, ‘apa yang kau lakukan disini? Atau anda tidak cocok disini.” Kenang Joel.
Justru para muslim tersebut menunjukkan sikap dan akhlak yang baik dengan menawarkan bantuan dan menyapanya dengan hangat. Setelah beberapa pertemuan, Joel pun mengucapkan kalimat syahadat dan resmi menjadi seorang muslim.
Baca Juga:
Saat itu ia berencana untuk mengunjungi Maroko dan berusaha untuk menggali lebih dalam tentang budaya atau silsilah yang terdapat di daerah tersebut.
“Awalnya aku tidak tahu Al Qur’an itu sesuatu yang agung. Aku membacanya karena berpikir di dalamnya ada pengetahuan tentang budaya Arab. Itu terjadi sebelum aku melakukan perjalanan ke Maroko,” ucapnya.
Pria yang tinggal di Manchester ini memang kurang mengetahui seperti apa bentuk dari kitab suci umat islam. Kala itu ia menyangka bahwa Al Qur’an adalah buku panduan wisata sehingga membacanya tanpa beban sedikit pun. Meski demikian, kebodohannya justru membawa kepada jalan hidayah keislaman.
Ketika itu ia sibuk mencari referensi yang tepat untuk mengetahui tentang seluk beluk Maroko. Ia pun malah memilih Al Qur’an terjemah sebagai buku panduannya. Ternyata setelah membacanya, ada rasa ketertarikan yang membuatnya terus ingin membaca.
Barulah setelah 6 bulan lamanya, Joel mengetahui jika buku yang dibacanya adalah kitab suci umat Islam.
“Saya tahu itu buku agama, tapi saya tidak menyangka bahwa itu adalah kitab suci umat islam karena saya tidak pernah melihat sebelumnya. Aku juga tidak tahu bahwa Al Qur’an ternyata ‘nyambung’ dengan sejarah Kristen dan yahudi. Aku tidak tahu bagaimana semuanya berkaitan,” tuturnya.
Ketika berada di Maroko bersama dengan sang istri, Joel merasa terus ingin membaca. Entah apa penyebabnya, namun yang pasti ia langsung terpesona saat pertama kali membacanya mengingat isinya yang sangat kaya dengan ilmu.
Maka ketika pulang dari Maroko, Joel kemudian berusaha mencari tempat yang bisa mengajarkannya Al Qur’an dan islam. Bertemulah ia dengan salah satu yayasan islam yang melakukan penggalangan dana di New Hampshire dan disitulah ia dibawa untuk mengenal islam lebih dalam.
“Saya tidak tahu yayasan itu, tapi saya pikir ini adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui tentang islam,” lanjutnya.
Dari situ ia kemudian bisa bertemu dengan para ulama terkemuka dan dituntun untuk belajar agama di Masjid yang berada di New Hampshire. Joel pun begitu bahagia ketika berada di masjid tersebut karena sikap ramah yang ditampakkan oleh para muslim lainnya.
“Tak ada orang berkata, ‘apa yang kau lakukan disini? Atau anda tidak cocok disini.” Kenang Joel.
Justru para muslim tersebut menunjukkan sikap dan akhlak yang baik dengan menawarkan bantuan dan menyapanya dengan hangat. Setelah beberapa pertemuan, Joel pun mengucapkan kalimat syahadat dan resmi menjadi seorang muslim.
Baca Juga:
- Menjadi Mualaf, Marcell Siahaan Lebih Banyak Belajar Dan Bisa Berkomunikasi Dengan Banyak Orang
- Pria Ini Menjadi Mualaf Tanpa Pernah Bertemu Dengan Satu Muslim Pun
- Ikut Puasa Penuh 2 Kali Ramadhan, Gadis Asal Tionghoa Ini Putuskan Menjadi Mualaf