Selalu ada keajaiban yang dirasakan oleh para jamaah haji ketika menginjakkan kaki di tanah suci. Salah satunya yang dialami oleh seorang jamaah haji asal Kota Bogor bernama Muhamad Waladan Mardzia (50 tahun). Karena pengalamannya tersebut, membuat ia tak henti-henti mengucap syukur sekaligus memuji kebesaran Allah.
Sebelum keberangkatan menuju tanah suci, Waladan mengalami kondisi syaraf kejepit, tepatnya enam hari sebelum keberangkatan.
“Waktu itu enam hari sebelum keberangkatan, Allah Akbar, saya terserang penyakit syaraf kejepit. Ketika itu saya tidak bisa berjalan,” ucapnya sebagaimana dilansir dari Tribun Bogor, Senin (26/9/2016)
Dari keterangan dokter diketahui bahwa syaraf yang terjepit tersebut berada di bagian tulang ekor. Agar penyakit tersebut tidak berlarut-larut, pihak kedokteran menyuruh Waladan agar segera dioperasi.
“Nah dokter memberikan pilihan untuk dioperasi, tapi hasilnya 50:50,” lanjutnya.
Setelah berpikir dan memantapkan hati, Waladan pun lebih memilih untuk berangkat ke tanah suci meskipun dengan kondisi yang tak mampu berjalan.
“Dan saya pun berdoa kepada Allah yang memiliki kuasa, Laa ilaaha illallaah, saya terus menyebut-nyebut kebesaran Allah,” tuturnya.
Waladan terus berdoa agar diberi kekuatan dan kemudahan untuk menjalani ibadah rukun kelima tersebut.
“Karena niat saya, saya ingin berangkat ke tanah suci karena Allah, saya pun berdoa, ya Allah berilah kekuatan untuk saya, hingga walaupun sakit saya masih bisa berangkat, dari situ saya terus doa,” tambahnya.
Selama di dalam pesawat, Waladan tidak boleh duduk atau melakukan posisi tubuh yang menekuk. Hal tersebut memang sebelumnya telah diingatkan oleh dokter ahli syaraf dan Waladan harus mengikuti anjurannya.
“Waktu itu dokter bilang seperti itu, jadi yang paling bagus adalah berbaring di tempat yang keras,” ungkapnya.
Dengan dibantu oleh pihak maskapai pesawat, Waladan kemudian meminta disiapkan tempat untuk bisa berbaring atau selonjor di pesawat. Alhasil pihak kru pesawat pun memberikannya tempat di bagasi.
“Nah saya dikasih di bagian tempat barang di situ saya bisa melonjor, selama lebih dari 9 jam saya di sana dan terus saya ucap doa sama Allah,” ujarnya.
Setelah pesawat berhasil mendarat di bandara Arab Saudi, Waladan lantas dibantu oleh beberapa rekannya untuk naik ke sebuah kendaraan khusus dimana ia pun bisa selonjoran di bangku belakang.
“Alhamdulillah teman teman saya pada baik, nah saya dibantu sama teman, barang dibawakan terus dituntun sama teman,” kenang Waladan.
Selain membantu Waladan untuk berjalan, sejumlah rekan-rekan sesama jamaah haji pun seringkali memintanya untuk menjadi imam sholat. Namun karena kondisinya yang terbilang parah, Waladan meminta agar ada yang menggantikannya sebagai imam.
“Saya terus berdoa memohon kepada Allah hingga akhirnya diberi kekuatan dan saya bisa ke Masjidil Haram, Masjid Nabawi dengan lengkap dan saya itikaf di Masjid Nabawi Masjidil Haram, karena saya ingin ditolong oleh Allah,” katanya.
Pada waktu berada di Arafah, jamaah haji lainnya meminta agar Waladan memimpin sholat di sana. Namun ia merasa tidak sanggup dan ia hanya mampu memberikan tausiyah serta doa saja.
“Sambil terduduk kita di sana menangis bersama para rombongan meminta ampun pada Allah atas semua dosa-dosa kita yang banyak. Saat itu kita menangis memohon ampunan Allah,” ucapnya.
Maka ketika selesai berdoa, sebuah keajaiban mendadak dirasakan oleh Waladan. Ia tiba-tiba mampu berjalan kembali tanpa merasakan sakit seperti yang ia rasakan sebelumnya.
Tak hanya itu saja, ia juga sudah mampu membantu jamaah haji lainnya yang kelelahan dengan membawakan barang-barang mereka.
Setelah kejadian tersebut, ia kemudian kembali menjadi imam sholat dan memberikan tausiyah.
“Dan saya yakin inilah janji Allah, makhluk tidak mempunyai kuasa dan Allah yang Maha besar yang memiliki kuasa. Saya pun berterima kasih kepada ibu saya yang mendoakan, istri saya yang mendoakan, anak dan teman yang mendoakan,” pungkasnya.
Baca Juga:
Muhamad Waladan Mardzia bersama ibu dan istrinya (Lingga Arvian Nugroho/Tribunnewsbogor.com) |
“Waktu itu enam hari sebelum keberangkatan, Allah Akbar, saya terserang penyakit syaraf kejepit. Ketika itu saya tidak bisa berjalan,” ucapnya sebagaimana dilansir dari Tribun Bogor, Senin (26/9/2016)
Dari keterangan dokter diketahui bahwa syaraf yang terjepit tersebut berada di bagian tulang ekor. Agar penyakit tersebut tidak berlarut-larut, pihak kedokteran menyuruh Waladan agar segera dioperasi.
“Nah dokter memberikan pilihan untuk dioperasi, tapi hasilnya 50:50,” lanjutnya.
Setelah berpikir dan memantapkan hati, Waladan pun lebih memilih untuk berangkat ke tanah suci meskipun dengan kondisi yang tak mampu berjalan.
“Dan saya pun berdoa kepada Allah yang memiliki kuasa, Laa ilaaha illallaah, saya terus menyebut-nyebut kebesaran Allah,” tuturnya.
Waladan terus berdoa agar diberi kekuatan dan kemudahan untuk menjalani ibadah rukun kelima tersebut.
“Karena niat saya, saya ingin berangkat ke tanah suci karena Allah, saya pun berdoa, ya Allah berilah kekuatan untuk saya, hingga walaupun sakit saya masih bisa berangkat, dari situ saya terus doa,” tambahnya.
Selama di dalam pesawat, Waladan tidak boleh duduk atau melakukan posisi tubuh yang menekuk. Hal tersebut memang sebelumnya telah diingatkan oleh dokter ahli syaraf dan Waladan harus mengikuti anjurannya.
“Waktu itu dokter bilang seperti itu, jadi yang paling bagus adalah berbaring di tempat yang keras,” ungkapnya.
Dengan dibantu oleh pihak maskapai pesawat, Waladan kemudian meminta disiapkan tempat untuk bisa berbaring atau selonjor di pesawat. Alhasil pihak kru pesawat pun memberikannya tempat di bagasi.
“Nah saya dikasih di bagian tempat barang di situ saya bisa melonjor, selama lebih dari 9 jam saya di sana dan terus saya ucap doa sama Allah,” ujarnya.
Setelah pesawat berhasil mendarat di bandara Arab Saudi, Waladan lantas dibantu oleh beberapa rekannya untuk naik ke sebuah kendaraan khusus dimana ia pun bisa selonjoran di bangku belakang.
“Alhamdulillah teman teman saya pada baik, nah saya dibantu sama teman, barang dibawakan terus dituntun sama teman,” kenang Waladan.
Selain membantu Waladan untuk berjalan, sejumlah rekan-rekan sesama jamaah haji pun seringkali memintanya untuk menjadi imam sholat. Namun karena kondisinya yang terbilang parah, Waladan meminta agar ada yang menggantikannya sebagai imam.
“Saya terus berdoa memohon kepada Allah hingga akhirnya diberi kekuatan dan saya bisa ke Masjidil Haram, Masjid Nabawi dengan lengkap dan saya itikaf di Masjid Nabawi Masjidil Haram, karena saya ingin ditolong oleh Allah,” katanya.
Pada waktu berada di Arafah, jamaah haji lainnya meminta agar Waladan memimpin sholat di sana. Namun ia merasa tidak sanggup dan ia hanya mampu memberikan tausiyah serta doa saja.
“Sambil terduduk kita di sana menangis bersama para rombongan meminta ampun pada Allah atas semua dosa-dosa kita yang banyak. Saat itu kita menangis memohon ampunan Allah,” ucapnya.
Maka ketika selesai berdoa, sebuah keajaiban mendadak dirasakan oleh Waladan. Ia tiba-tiba mampu berjalan kembali tanpa merasakan sakit seperti yang ia rasakan sebelumnya.
Tak hanya itu saja, ia juga sudah mampu membantu jamaah haji lainnya yang kelelahan dengan membawakan barang-barang mereka.
Setelah kejadian tersebut, ia kemudian kembali menjadi imam sholat dan memberikan tausiyah.
“Dan saya yakin inilah janji Allah, makhluk tidak mempunyai kuasa dan Allah yang Maha besar yang memiliki kuasa. Saya pun berterima kasih kepada ibu saya yang mendoakan, istri saya yang mendoakan, anak dan teman yang mendoakan,” pungkasnya.
Baca Juga:
- Usai Shalat Ashar Di Mekkah, Pria Buta Ini Mampu Melihat Kembali
- Jamaah Haji Ini Pulih Dari Lumpuh Setelah Doa Di Depan Ka’bah