Tim SAR tengah melakukan pencarian terhadap penumpang lainnya (Batampos.co.id) |
Teriakan Takbir Menggema Sesaat Sebelum Kapal Pompong Tenggelam Di Perairan Tanjungpinang
Sebuah kapal kayu jenis pompong tenggelam pada hari Minggu (21/8/2016) di perairan Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Kapal yang hendak menuju Pulau Penyengat tersebut membawa 17 penumpang dan yang bisa diselamatkan hanya 2 orang saja.
Dilansir dari Batam Pos, Senin (22/8/2016) 10 penumpang dinyatakan sudah tidak bernyawa dan 5 orang lainnya masih dalam pencarian. Selain itu sebelum kapal pompong tenggelam, terdengar teriakan takbir dari sejumlah penumpang yang menggema di perairan tersebut.
Awalnya 17 penumpang tersebut membeli tiket di Pelantar Penyengat, Tanjungpinang dengan tujuan menuju Pulau Penyengat. Sebelum keberangkatan, beberapa orang sempat menanyakan kondisi lautan lantaran melihat cuaca saat itu sedang mendung. Keterangan ini disampaikan oleh Resti Rindasari (26 tahun) yang selamat dari musibah tersebut.
“Kita lihat langit sudah gelap, memang sebelumnya belum hujan,” ucap Resti yang masih dirawat di RSUD Kota Tanjungpinang.
Kapal pompong berukuran 7x1,5 meter itu pun tetap berangkat dan meninggalkan dermaga Pelantar Penyengat. Namun ketika berada di tengah perjalanan, langit menjadi mendung dan turun hujan deras disertai dengan angin yang cukup kencang. Alhasil tekong pompong Said Amrullah mencoba menurunkan terpal di sebelah kanan kapal agar penumpang tidak kebasahan.
Masalah lain bermunculan ketika mesin tempel tiba-tiba mati sehingga membuat para penumpang menjadi panik. Belum lagi bagian lambung kapal pompong bocor dan air laut masuk perlahan hingga mencapai ketinggian betis orang dewasa.
Melihat kenyataan tersebut, sejumlah penumpang tidak dapat menyembunyikan kepanikannya. Mereka mulai histeris, menangis dan berteriak ‘Allahu Akbar’.
“Sudah macam-macamlah, mas. Mulai teriak, menangis, sampai ada yang berpekik Allahu Akbar. Tapi tekong pompong masih saja bilang jangan panik, kami diminta untuk memegang pompong kuat-kuat. Saya sendiri telepon abang saya, minta tolong karena kapal mau tenggelam,” tuturnya.
Karena kapal pompong sudah miring ke sebelah kanan dan angin kencang berhembus dari barat daya, kapal pun langsung terbalik.
“Saya dengar sepintas teriakan Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Tak sampai 5 menit sejak mesin kami mati, kapal miring ke kanan lalu tenggelam,” tambahnya.
Beberapa dari penumpang terperangkap di dalam kapal yang terbalik dan berusaha untuk keluar dari celah sebelah kiri kapal.
“Saya orang ketiga di dalam pompong yang terperangkap itu. Pas mau keluar, saya menarik seorang bapak-bapak agar dapat keluar, sebab pompong itu sangat sempit,” lanjutnya.
Setelah bisa keluar, Resti kemudian melihat sebuah kapal yang melintas dan berusaha untuk melambaikan tangan berharap kapal tersebut bisa melihatnya.
Resti yang menjadi korban selamat saat itu mencoba berenang mengikuti arah gelombang. Sementara yang lainnya sudah terkulai lemas.
“Ini kuasa Allah bang, saya berenang ikut arah gelombang, karena saya pikir gelombang pasti menuju ke pantai,” jelasnya.
Resti yang bertubuh cukup besar tersebut kini hanya bisa terbaring lemas di ruang Mawar RSUD Tanjungpinang dengan penjagaan yang cukup ketat dari kepolisian.
Sementara Nahkoda MV Oceana 13, Mahmud mengatakan bahwa dirinya saat itu melihat penumpang yang melambaikan tangan di tengah laut dan berusaha memberikan pertolongan.
“Kita lihat ada dua penumpang yang melambaikan tangan. Kami terus mendekat. Tapi takut kapal kandas, satu penumpang yang tenggelam kita kasih pelampung,” ucapnya.
Dituturkannya bahwa hanya satu orang yang mendapatkan pelampung. Sementara korban lainnya hanya bisa berpegangan pada kapal yang karam.
“Kalau pakai pelampung saya yakin selamat. Dua yang memang di kapal yang karam, saya juga merasa selamat karena kapal lama-lama menepi ke darat, karena terbawa angin dan ombak,” pungkasnya.