Imam Suhandri bin Towo Rejo, 50 tahun, tak pernah patah semangat mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk bisa menunaikan ibadah haji. Tekad calon jamaah haji kloter 35 asal Kabupaten Mojokerto itu sudah bulat meski matanya tak bisa lagi melihat. Ia menjadi penyandang tunanetra sejak berusia 5 tahun.
Perjuangan untuk berangkat haji bukanlah hal mudah bagi Imam. Ia pernah batal berangkat naik haji gara-gara ditipu KBIH (kelompok bimbingan ibadah haji). Uang pendaftaran haji yang ia setor pada tahun 2009 raib dibawa kabur pimpinan KBIH Roudloh Mojokerto.
“Akhirnya, saya mengurus lagi tahun 2013. Alhamdulillah, saya bisa pergi berhaji tahun ini,” katanya saat ditemui di Asrama Haji Sukolilo, Selasa, 23 Agustus 2016.
Imam yang lahir di Bolorejo, Desa Mojojajar, Kecamatan Kemlaki, Kabupaten Mojokerto ini mengidap kebutaan disebabkan oleh demam tinggi atau dalam bahasa lokal disebut gabak. Penyakit itu menyerang saraf matanya sejak balita.
Namun Imam tak pernah patah semangat dalam menuntut ilmu agama. Ia mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, hingga mampu membaca Al-Quran di usia 19 tahun.
"Saya belajar selama enam tahun sampai akhirnya hafal Al-Quran," ucapnya.
Karena pernah ditipu KBIH, ia kembali berusaha keras menyisihkan uang untuk naik haji. Sehari-hari, ia berprofesi sebagai tukang pijat dengan metode alternatif. Selain itu ia juga sering dipanggil untuk mengisi ceramah dalam acara hajatan tetangga.
"Uang dari hasil memijat saya tabung ke KBIH Armina di Mojokerto,” ujar Imam, yang kini tinggal di Desa Beton, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik.
Selama berhaji nanti, Imam akan didampingi H Suyono dan Hj Ayu, pasiennya yang sudah dianggap saudara sendiri. Ia mengaku tak membawa tongkat atau kursi roda untuk mobilitasnya. Namun dia akan dituntun ke mana saja oleh pasangan suami-istri tersebut.
“Yang penting ikhlas dan niat tidak boleh setengah-setengah untuk menjadi tamu Allah. Insya Allah berangkat,” tuturnya.
Imam Suhandri bin Towo Rejo, 50 tahun |
Perjuangan untuk berangkat haji bukanlah hal mudah bagi Imam. Ia pernah batal berangkat naik haji gara-gara ditipu KBIH (kelompok bimbingan ibadah haji). Uang pendaftaran haji yang ia setor pada tahun 2009 raib dibawa kabur pimpinan KBIH Roudloh Mojokerto.
“Akhirnya, saya mengurus lagi tahun 2013. Alhamdulillah, saya bisa pergi berhaji tahun ini,” katanya saat ditemui di Asrama Haji Sukolilo, Selasa, 23 Agustus 2016.
Imam yang lahir di Bolorejo, Desa Mojojajar, Kecamatan Kemlaki, Kabupaten Mojokerto ini mengidap kebutaan disebabkan oleh demam tinggi atau dalam bahasa lokal disebut gabak. Penyakit itu menyerang saraf matanya sejak balita.
Namun Imam tak pernah patah semangat dalam menuntut ilmu agama. Ia mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, hingga mampu membaca Al-Quran di usia 19 tahun.
"Saya belajar selama enam tahun sampai akhirnya hafal Al-Quran," ucapnya.
Karena pernah ditipu KBIH, ia kembali berusaha keras menyisihkan uang untuk naik haji. Sehari-hari, ia berprofesi sebagai tukang pijat dengan metode alternatif. Selain itu ia juga sering dipanggil untuk mengisi ceramah dalam acara hajatan tetangga.
"Uang dari hasil memijat saya tabung ke KBIH Armina di Mojokerto,” ujar Imam, yang kini tinggal di Desa Beton, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik.
Selama berhaji nanti, Imam akan didampingi H Suyono dan Hj Ayu, pasiennya yang sudah dianggap saudara sendiri. Ia mengaku tak membawa tongkat atau kursi roda untuk mobilitasnya. Namun dia akan dituntun ke mana saja oleh pasangan suami-istri tersebut.
“Yang penting ikhlas dan niat tidak boleh setengah-setengah untuk menjadi tamu Allah. Insya Allah berangkat,” tuturnya.