Bukan merupakan rahasia lagi, Bahwa Ibadah haji adalah impian bagi semua umat Islam di seluruh dunia. Tidak terkecuali bagi pasangan Bardi Syafii (53) dan Rumiyati (49).
Bardi adalah seorang tukang parkir sekaligus penjual koran di sekitar Jalan Mangkubumi, Yogyakarta. Usaha dan doa tak kenal lelah yang dilakukan selama puluhan tahun akhirnya membuat Bardi dan Istrinya mampu pergi haji pada tahun 2016 ini.
Di tahun 1985, Ia pernah mengutarakan niat ingin berhaji kepada sang istri, hingga akhirnya gayung bersambut karena Rumiyati mendukung rencana mulia tersebut.
Setiap hari penghasilannya disisihkan sebesar Rp.500 hingga Rp.1000. Untuk ukuran saat itu cukup besar bagi penjual kecil seperti dirinya. Namun, niatnya yang tulus membuatnya terus bertekad untuk menjalankan rukun islam Ke-5 ini.
Kendati menabung untuk berhaji, ia juga tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai orangtua untuk menghidupi dan menyekolahkan anaknya. Bahkan, kedua anaknya saat ini mampu menyelesaikan kuliah di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.
Dalam hal mendidik anak, Bardi memang cukup keras dan disiplin. Ia mengaku anaknya tidak pernah dibelikan sepeda motor atau ponsel. Jika mereka ingin punya, maka dengan bekerja dan rajin dalam belajar. “Mereka sudah bekerja, beli ponsel dan motor sendiri sekarang,” ungkapnya.
Bardi menuturkan, untuk membantu perekonomian keluarga, termasuk menambah menabung, istrinya lantas membuka warung lotek di Jalan Mangkubumi.
Dari penghasilan istrinya, jumlah tabungan naik haji semakin bertambah. Teman-teman dan kerabatnya banyak yang menicibir terkait keinginan bardi dan Istri berhaji ke tanah suci. bahkan tidak sedikit dari mereka yang menertawakan keinginannya.
"Sempat ada yang tanya, kerja siang malam untuk apa? Saya jawab untuk naik haji malah mereka tertawa," katanya.
Uangnya disimpang di kaleng, mulai dari pecahan Rp.5000 hingga Rp.10 ribu. Namun, di tahun 2005 ia sempat ingin memutar uang hasil tabungan hajinya sebesar Rp.40 juta untuk modal bisnis. Tetapi bukannya untung malah rugi.
"Tapi mungkin karena sudah mengingkari janji malah jatuh rugi," katanya.
Tekad kembali muncul untuk mengganti uang yang habis, akhirnya uang terkumpul dan dirinya masuk asrama haji pada 17 Agustus 2016. Pasangan ini akhirnya bisa mewujudkan mimpinya.
"Terharu akhirnya bisa berangkat haji bersama istri," tandasnya.
Bardi adalah seorang tukang parkir sekaligus penjual koran di sekitar Jalan Mangkubumi, Yogyakarta. Usaha dan doa tak kenal lelah yang dilakukan selama puluhan tahun akhirnya membuat Bardi dan Istrinya mampu pergi haji pada tahun 2016 ini.
Bardi Syafii (53), Tukang Parkir Naik Haji |
Di tahun 1985, Ia pernah mengutarakan niat ingin berhaji kepada sang istri, hingga akhirnya gayung bersambut karena Rumiyati mendukung rencana mulia tersebut.
Setiap hari penghasilannya disisihkan sebesar Rp.500 hingga Rp.1000. Untuk ukuran saat itu cukup besar bagi penjual kecil seperti dirinya. Namun, niatnya yang tulus membuatnya terus bertekad untuk menjalankan rukun islam Ke-5 ini.
Kendati menabung untuk berhaji, ia juga tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai orangtua untuk menghidupi dan menyekolahkan anaknya. Bahkan, kedua anaknya saat ini mampu menyelesaikan kuliah di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.
Dalam hal mendidik anak, Bardi memang cukup keras dan disiplin. Ia mengaku anaknya tidak pernah dibelikan sepeda motor atau ponsel. Jika mereka ingin punya, maka dengan bekerja dan rajin dalam belajar. “Mereka sudah bekerja, beli ponsel dan motor sendiri sekarang,” ungkapnya.
Bardi menuturkan, untuk membantu perekonomian keluarga, termasuk menambah menabung, istrinya lantas membuka warung lotek di Jalan Mangkubumi.
Dari penghasilan istrinya, jumlah tabungan naik haji semakin bertambah. Teman-teman dan kerabatnya banyak yang menicibir terkait keinginan bardi dan Istri berhaji ke tanah suci. bahkan tidak sedikit dari mereka yang menertawakan keinginannya.
"Sempat ada yang tanya, kerja siang malam untuk apa? Saya jawab untuk naik haji malah mereka tertawa," katanya.
Uangnya disimpang di kaleng, mulai dari pecahan Rp.5000 hingga Rp.10 ribu. Namun, di tahun 2005 ia sempat ingin memutar uang hasil tabungan hajinya sebesar Rp.40 juta untuk modal bisnis. Tetapi bukannya untung malah rugi.
"Tapi mungkin karena sudah mengingkari janji malah jatuh rugi," katanya.
Tekad kembali muncul untuk mengganti uang yang habis, akhirnya uang terkumpul dan dirinya masuk asrama haji pada 17 Agustus 2016. Pasangan ini akhirnya bisa mewujudkan mimpinya.
"Terharu akhirnya bisa berangkat haji bersama istri," tandasnya.