Masalah sepele seperti mengupas cangkang telur bisa memicu aksi protes. Penyebabnya sederhana, ada sekitar 155.200 butir telur yang harus dikupas untuk menu makan jamaah haji di Makkah. Perdebatan antara beberapa koki dari 23 perusahaan katering dengan tim pengawas katering PPIH Arab Saudi mencuat dalam pertemuan di Dar Al Hadi Hotel, yang terletak di kawasan Aziziyah Makkah, Selasa (16/8/2016) malam.
Dalam pertemuan tersebut, hadir juga para pemilik katering, Kasi Katering Evi Nuryanah, serta Kepala Daerah Kerja PPIH Makkah Arsyad Hidayat.
"Kami tak mau ada masakan memakai vet (minyak)," kata anggota tim pengawas katering PPIH Arab Saudi, Mandra Adityaputra, yang berasal dari Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.
Lontaran Mandra ketika membacakan hasil evaluasi pengawasan katering langsung diprotes beberapa koki dari 23 perusahaan katering yang mendapat jatah untuk melayani makanan para jamaah haji.
"Mohon untuk menu telur balado dipertimbangkan kembali, karena kami kesulitan untuk mengupas ribuan telur dalam waktu mepet," timpal salah seorang koki.
"Saya bisa kok masak seperti itu, kenapa anda tidak," jawab Mandra.
Tak disangka, jawaban Mandra tersebut memicu suara-suara tak jelas bernuansa ketidakpuasan. Keluhan ihwal keharusan mengupas telur sebelumnya memang sempat mengemuka kala tim PPIH melakukan sidak ke dapur katering beberapa waktu lalu.
Koki dari dapur Matbah Ragaib contohnya, mereka secara terus terang mengutarakan keberatannya, karena memang tak gampang mengupas ribuan telur dalam waktu singkat. Tak ingin berdebat soal mengupas cangkang telur berkepanjangan, Kadaker Makkah Arsyad Hidayat langsung angkat bicara.
"Untuk tahun ini saya minta semua melaksanakan dan harus bisa, tahun depan kita akan evaluasi kembali, jika dianggap menyulitkan akan kami sampaikan ke Jakarta untuk dievaluasi," tegasnya.
Dikonfirmasi usai acara pertemuan, Mandra mengakui memang ada beberapa perusahaan katering yang keberatan dengan menu telur balado.
"Ada beberapa katering yang memang mengaku kesulitan, namun dari awal (telur balado) dibuat agar ada bermacam menu untuk jamaah haji. Ada alat combi oven, steamer. Bisa memasak menggunakan air panas. Tinggal kreatifitas chef saja. Yang kita tekankan jangan sampai masak (telur) menggunakan vet (minyak)," tegasnya.
Dari 23 perusahaan katering di Makkah, kewajiban menyediakan jumlah menu untuk jamaah haji beragam. Ada yang harus menyediakan sekira 3.000 porsi, 7.500 porsi sampai yang terbesar 24.000 porsi. Nantinya para jamaah haji selama di Makkah mendapat jatah dua kali makan selama 12 hari.
Dalam pertemuan tersebut, hadir juga para pemilik katering, Kasi Katering Evi Nuryanah, serta Kepala Daerah Kerja PPIH Makkah Arsyad Hidayat.
"Kami tak mau ada masakan memakai vet (minyak)," kata anggota tim pengawas katering PPIH Arab Saudi, Mandra Adityaputra, yang berasal dari Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.
Lontaran Mandra ketika membacakan hasil evaluasi pengawasan katering langsung diprotes beberapa koki dari 23 perusahaan katering yang mendapat jatah untuk melayani makanan para jamaah haji.
"Mohon untuk menu telur balado dipertimbangkan kembali, karena kami kesulitan untuk mengupas ribuan telur dalam waktu mepet," timpal salah seorang koki.
"Saya bisa kok masak seperti itu, kenapa anda tidak," jawab Mandra.
Tak disangka, jawaban Mandra tersebut memicu suara-suara tak jelas bernuansa ketidakpuasan. Keluhan ihwal keharusan mengupas telur sebelumnya memang sempat mengemuka kala tim PPIH melakukan sidak ke dapur katering beberapa waktu lalu.
Koki dari dapur Matbah Ragaib contohnya, mereka secara terus terang mengutarakan keberatannya, karena memang tak gampang mengupas ribuan telur dalam waktu singkat. Tak ingin berdebat soal mengupas cangkang telur berkepanjangan, Kadaker Makkah Arsyad Hidayat langsung angkat bicara.
"Untuk tahun ini saya minta semua melaksanakan dan harus bisa, tahun depan kita akan evaluasi kembali, jika dianggap menyulitkan akan kami sampaikan ke Jakarta untuk dievaluasi," tegasnya.
Dikonfirmasi usai acara pertemuan, Mandra mengakui memang ada beberapa perusahaan katering yang keberatan dengan menu telur balado.
"Ada beberapa katering yang memang mengaku kesulitan, namun dari awal (telur balado) dibuat agar ada bermacam menu untuk jamaah haji. Ada alat combi oven, steamer. Bisa memasak menggunakan air panas. Tinggal kreatifitas chef saja. Yang kita tekankan jangan sampai masak (telur) menggunakan vet (minyak)," tegasnya.
Dari 23 perusahaan katering di Makkah, kewajiban menyediakan jumlah menu untuk jamaah haji beragam. Ada yang harus menyediakan sekira 3.000 porsi, 7.500 porsi sampai yang terbesar 24.000 porsi. Nantinya para jamaah haji selama di Makkah mendapat jatah dua kali makan selama 12 hari.