Kadang rasa cemas dan gelisah yang dialami seseorang, disebabkan ia lupa bahwa nikmat yang diperolehnya sejatinya merupakan anugerah Allah SWT semata. Kemudian yang lebih memprihatinkan lagi, Banyak diantara manusia yang menduga bahwa nikmat itu akan abadi selamanya.
Padahal kekayaan dunia yang dibanggakan, kedudukan yang terhormat, pendidikan yang tinggi, dan kecantikan yang menawan akan pudar ditelan bumi.
Disaat ruh berpisah dengan badan yang terbujur kaku, tentu pada waktu itu tak ada lagi yang bisa dibanggakan. Seperti halnya kegelisahan yang membayangi Khalifah Harun Ar-Rasyid sepanjang hari. Harun memerintahkan pengawalnya untuk mengundang seorang Alim Ulama yang bisa mengatasi kegelisahannya.
Ketika sampai di istana megah milik sang Khalifah, ulama tersebut disuguhi jamuan, hidangan, dan minuman yang sangat luar biasa nikmatnya. Selang beberapa waktu kemudian, terjadilah dialog antara Khalifah Harun Ar-Rasyid dengan Ulama tersebut.
“Wahai ulama, sekarang ini hidup saya sedang berada dalam kegelisahan. Mohon arahan dan nasehatnya agar pikiran saya jernih, jiwa saya tenang, dan jasmani saya kembali bugar,” pinta Khalifah.
“Sebelum saya menyampaikan nasehat, saya berterima kasih atas sambutan yang akrab, persahabatan, dan jamuan tuan ini. Bolehkah saya bertanya sesuatu kepada Tuan,” tanya sang ulama.
“Silakan,” jawab Khalifah Harun.
“Begini, tuan Khalifah. Segelas air putih ini kira-kira berapa harganya?”
“Harga segelas air putih ini mungkin tak kurang dari 1 dirham. Jika Anda mau, nanti saya kirim air yang banyak ke rumah Anda,” jawab Harun Ar-Rasyid.
“Terima kasih atas kemurahan hatinya, tuan Khalifah. Kalau diperkenankan saya ingin bertanya lagi. Apakah Baginda percaya bahwa Allah Maha Kuasa?” Khalifah menjawab, “Oh tentu saja saya percaya Allah Maha Kuasa dan memiliki segala sesuatu.”
“Baginda, seandainya Allah SWT menjadikan tahun ini musim kemarau panjang. Sehingga kerajaan Tuan yang megah ini mengalami kekeringan. Kemudian hanya tersisa satu gelas air putih saja, yang dapat diminum. Pertanyaannya, Baginda mau membeli segelas air ini dengan harga berapa?” tanya ulama tersebut.
sang Khalifah terdiam sejenak. Ia tampak berpikir serius mencari jawaban atas pertanyaan Ulama tersebut. Kemudian Khalifah Harun Ar-Rasyid pun menjawab.
“Tuan Ulama, kalau memang itu yang dikehendaki Allah SWT. Tentunya, demi keberlangsungan hidup, saya akan membeli segelas air putih itu berapapun harganya, bahkan dengan menjual seluruh isi kerajaan ini.”
Kemudian ulama tersebut melanjutkan nasehatnya, “Tuan Khalifah, ternyata seluruh kerajaan yang tuan miliki, setara dengan segelas air putih. Kenyataan ini menunjukkan Allah SWT Maha Kaya. Sebaliknya, sedangkan kita makhluknya sangat lemah.”
Mendengar nasehat ulama tersebut, Khalifah Harun Ar-Rasyid menangis sambil berkata, “Terima kasih atas nasihatnya Tuan Ulama. Apa yang anda katakan tadi, menyadarkan pada saya bahwa semua yang kita miliki di dunia ini milik Allah SWT. Sebagaimana yang dipertegas Allah SWT, “Milik Allah SWT segala apa yang ada di langit dan di bumi. (QS. Al-Baqarah [2]: 284).
Ketika seseorang menyadari bahwa semuanya miliki Allah SWT, ia tidak akan gelisah, bersedih, dan berduka. Ketika kekayaan yang dimiliki, kedudukan yang tinggi, dan keindahan fisik memudar, ia akan bertasbih, “Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS Al-An’am [6]: 162).
Wallahu A'lam.
Padahal kekayaan dunia yang dibanggakan, kedudukan yang terhormat, pendidikan yang tinggi, dan kecantikan yang menawan akan pudar ditelan bumi.
Disaat ruh berpisah dengan badan yang terbujur kaku, tentu pada waktu itu tak ada lagi yang bisa dibanggakan. Seperti halnya kegelisahan yang membayangi Khalifah Harun Ar-Rasyid sepanjang hari. Harun memerintahkan pengawalnya untuk mengundang seorang Alim Ulama yang bisa mengatasi kegelisahannya.
Ketika sampai di istana megah milik sang Khalifah, ulama tersebut disuguhi jamuan, hidangan, dan minuman yang sangat luar biasa nikmatnya. Selang beberapa waktu kemudian, terjadilah dialog antara Khalifah Harun Ar-Rasyid dengan Ulama tersebut.
“Wahai ulama, sekarang ini hidup saya sedang berada dalam kegelisahan. Mohon arahan dan nasehatnya agar pikiran saya jernih, jiwa saya tenang, dan jasmani saya kembali bugar,” pinta Khalifah.
“Sebelum saya menyampaikan nasehat, saya berterima kasih atas sambutan yang akrab, persahabatan, dan jamuan tuan ini. Bolehkah saya bertanya sesuatu kepada Tuan,” tanya sang ulama.
“Silakan,” jawab Khalifah Harun.
“Begini, tuan Khalifah. Segelas air putih ini kira-kira berapa harganya?”
“Harga segelas air putih ini mungkin tak kurang dari 1 dirham. Jika Anda mau, nanti saya kirim air yang banyak ke rumah Anda,” jawab Harun Ar-Rasyid.
“Terima kasih atas kemurahan hatinya, tuan Khalifah. Kalau diperkenankan saya ingin bertanya lagi. Apakah Baginda percaya bahwa Allah Maha Kuasa?” Khalifah menjawab, “Oh tentu saja saya percaya Allah Maha Kuasa dan memiliki segala sesuatu.”
“Baginda, seandainya Allah SWT menjadikan tahun ini musim kemarau panjang. Sehingga kerajaan Tuan yang megah ini mengalami kekeringan. Kemudian hanya tersisa satu gelas air putih saja, yang dapat diminum. Pertanyaannya, Baginda mau membeli segelas air ini dengan harga berapa?” tanya ulama tersebut.
sang Khalifah terdiam sejenak. Ia tampak berpikir serius mencari jawaban atas pertanyaan Ulama tersebut. Kemudian Khalifah Harun Ar-Rasyid pun menjawab.
“Tuan Ulama, kalau memang itu yang dikehendaki Allah SWT. Tentunya, demi keberlangsungan hidup, saya akan membeli segelas air putih itu berapapun harganya, bahkan dengan menjual seluruh isi kerajaan ini.”
Kemudian ulama tersebut melanjutkan nasehatnya, “Tuan Khalifah, ternyata seluruh kerajaan yang tuan miliki, setara dengan segelas air putih. Kenyataan ini menunjukkan Allah SWT Maha Kaya. Sebaliknya, sedangkan kita makhluknya sangat lemah.”
Mendengar nasehat ulama tersebut, Khalifah Harun Ar-Rasyid menangis sambil berkata, “Terima kasih atas nasihatnya Tuan Ulama. Apa yang anda katakan tadi, menyadarkan pada saya bahwa semua yang kita miliki di dunia ini milik Allah SWT. Sebagaimana yang dipertegas Allah SWT, “Milik Allah SWT segala apa yang ada di langit dan di bumi. (QS. Al-Baqarah [2]: 284).
Ketika seseorang menyadari bahwa semuanya miliki Allah SWT, ia tidak akan gelisah, bersedih, dan berduka. Ketika kekayaan yang dimiliki, kedudukan yang tinggi, dan keindahan fisik memudar, ia akan bertasbih, “Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” (QS Al-An’am [6]: 162).
Wallahu A'lam.