Salut! Dua Tentara Ini Pilih Jalan Halal Untuk Mencari Penghasilan Tambahan
Seorang anggota pasukan pertahanan negara tidak selalu identik dengan kehidupan yang penuh kekerasan. Tak jarang sering kita saksikan sejumlah oknum tentara yang menjadi anggota keamanan suatu tempat hiburan agar tidak diganggu, baik oleh pihak preman ataupun pemerintah. Aparat pengaman negara ini pun seringkali menjadikan hal tersebut sebagai lahan mencari penghasilan tambahan.
Namun dua tentara ini justru memberikan pandangan yang berbeda tentang sosok berseragam loreng tersebut. Salah satunya adalah prajurit Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat bernama Sersan Mayor Priyo Widodo. Bersama dengan istrinya, ia begitu cekatan memilah tumpukan botol plastik serta membersihkannya dari label yang menempel.
Ya, tentara ini lebih memilih menjadi seorang pemulung untuk menutupi kebutuhan dapurnya yang semakin membengkak. Usahanya tersebut senantiasa ia lakukan usai bertugas. Terlihat ia kerap menghabiskan waktu di rumahnya yang berada di Jalan Dharma Bakti 21/03 Kelurahan Srimulya Kecamatan Sematang Borang Palembang untuk memilah botol plastik.
Usahanya tersebut telah dilakukan sejak tahun 2013. Terlebih lagi ketika istri pertamanya meninggal, ia pun berusaha mencari usaha tambahan. Sebelumnya ia sempat mencoba usaha peternakan dan pembuatan kolam ikan. Akan tetapi kedua usahanya tersebut kandas.
Keresahan itu pun terdengar oleh temannya dan keduanya kemudian membuat bisnis barang bekas. Lambat laun usahanya mulai memperlihatkan hasil. Tak jarang ia menyempatkan datang ke warung-warung untuk mencari rongsokan. Ia pun membelinya seharga 1500 per kilogram.
Meski mendapat sejumlah ejekan dan hinaan dari berbagai pihak, Priyo merasa tidak terganggu sedikit pun. Baginya olok-olokan itu membuatnya lebih termotivasi terhadap usaha sampingannya tersebut.
“Kalau ada yang mengejek ya biar. Saya cuma cari nafkah buat keluarga,” ucapnya.
Yang penting bagi Priyo, usahanya tersebut halal dan tidak melalaikan tugasnya sebagai seorang tentara.
Kini ia pun menjadi kebanggaan keluarga karena telah berpenghasilan 10 juta setiap bulannya.
Lain halnya dengan Kopral Agus (bukan nama sebenarnya) yang lebih memilih menjadi tukang ojek sebagai sampingan usahanya. Memang ia tidak ingin nama aslinya diketahui oleh orang banyak supaya tidak menjadi masalah di kesatuannya.
Dilansir dari Merdeka, Kopral Agus mengatakan bahwa ia tidak ingin terkenal karena menjadi tukang ojek.
“Ya ini buat cerita saja. Nanti aku terkenal gara-gara sampeyan, bukan gara-gara prestasi tapi karena ngojek. Malu nanti disorakin.”
Ia senantiasa melaksanakan usaha sampingannya tersebut usai bertugas yakni sekitar pukul 4 sore hingga 8 malam dikarenakan paginya ia bertugas di kesatuan TNI AD.
Bagi tentara tersebut, menjadi tukang ojek lebih aman dibandingkan menjadi anggota keamanan tempat hiburan atau pekerjaan yang menimbulkan korupsi.
“Enak ngojek mas, tidak ada resikonya. Selain halal juga membantu orang yang mau bepergian. Kalau jadi beking, malu-maluin nama tentara,” ungkapnya.
Dirinya mengakui bahwa penghasilan sebagai anggota TNI AD tidaklah mencukupi kebutuhan sehari-hari. Bahkan gajinya seringkali kepotong oleh cicilan dan pinjaman. Tak heran jika ia hanya bisa menyetorkan uang kurang dari 1 juta untuk keluarganya. Sebuah nafkah yang tidak mencukupi di Jakarta.
Setelah menjadi tukang ojek, Agus bisa mendapatkan tambahan setiap harinya sekitar 50 ribu hingga 150 ribu.
“Lumayan nambah-nambah,” tuturnya.
Ternyata tak hanya dirinya saja yang berprofesi sampingan sebagai pengantar penumpang. Teman-temannya pun ada yang menjadi tukang ojek dan sopir angkot.
“Teman saya ada yang kalau malam bawa angkot. Nyupirin angkot punya orang gitu. Ya buat tambah-tambah saja,” pungkasnya.
Baca Juga: Salut! Polisi Ini Rela Jadi Pemulung Sampah Demi Mencari Tambahan Nafkah HalalSemoga para tentara ini bisa menjadi inspirasi para penegak hukum dan pengaman negara lainnya untuk mencari tambahan penghasilan dari jalan yang halal. Wallahu A’lam