Warniati, tetap mengajar meski kanker menggerogoti tubuhnya (Mega Retno Wulandari/Radar Tarakan) |
Mengidap Kanker Sejak 10 Tahun Lalu, Guru Ini Tetap Semangat Mengajar Murid-Muridnya
Perjuangan seorang guru untuk mendidik murid-muridnya memang perlu diapresiasi. Pasalnya banyak guru yang rela terus memberikan pendidikan kepada anak didiknya di tengah kondisinya yang tidak memungkinkan.
Seperti itu juga yang dialami oleh seorang guru bernama Warniati. Meski mengalami kanker semenjak 10 tahun yang lalu, keinginannya untuk terus memberikan pendidikan tetap dilakukannya hingga saat ini.
Dilansir dari Radar Tarakan, saat ditemui di rumahnya, sosok guru ini nampak berbeda dari kesehariannya sebagai pengajar. Tubuhnya seakan tidak berisi lagi akibat penyakit kanker stadium tiga yang dideritanya. Selain kondisinya yang begitu terlihat lemah, ia pun harus sering pergi bolak balik ke Surabaya untuk menjalani pengobatan.
“Saya baru saja dari Surabaya hari minggu lalu. Minggu depan saya harus kembali lagi ke sana,” ucapnya.
Memang pengobatan tersebut harus terus dilakukannya lantaran penyakit tersebut sudah menggerogoti tubuhnya. Alhasil guru di SMAN 2 Tarakan Kalimantan Utara ini harus kehilangan satu payud4ranya.
Pengabdian dan baktinya sebagai seorang guru membuat ia banyak dicintai oleh orang di sekitarnya. Terlebih lagi sosoknya yang ramah dan tidak mudah putus asa.
Selain menjadi pengajar, wanita yang meraih gelar master di STIE Surabaya ini juga merupakan seorang penulis.
“Doakan saja saya cepat sembuh. Jadi saya bisa menyelesaikan tulisan-tulisan itu,” tuturnya.
Kondisi Warniati memang sangat memprihatikan karena hampir seluruh rambutnya rontok akibat menjalani kemoterapi. Bahkan alis matanya pun juga rontok. Meski mengalami rasa sakit atas kanker yang dideritanya, Warniati tetap tersenyum dan menyembunyikan rasa sakitnya.
Kegigihannya di sekolah tidak membuat ia lupa mengurus anak-anaknya di rumah. Istri dari Lanning Basir ini dikaruniai empat orang anak dimana tiga putranya telah lulus sarjana dan membina rumah tangga. Sementara anak gadisnya yang bungsu masih sekolah di SMA.
Meski kondisinya sudah sangat lemah, Warniati tetap ingin mengajar. Selain keinginannya untuk mendidik para siswa, ia pun ingin agar anaknya yang bungsu bisa memperoleh pendidikan tinggi.
“Waktu pensiun saya masih lama, tapi keadaan penyakit saya membuat saya harus mempercepat pensiun. Kalau sembuh nanti, saya tidak akan pernah berhenti mengajar,” pungkasnya.
Baca Juga:
- Guru Ini Ikhlas Mengajar Anak Kelas 1 Hingga 6 Seorang Diri
- Meski Harus Berbaring, Kakek Berusia 100 Tahun Ini Tetap Mengajar Ngaji Para Santrinya
- Meski Tak Punya 2 Tangan, Ustadz Ini Mampu Mengajar Di Dua Madrasah Dalam Sehari
Semoga Allah mengangkat penyakit guru tersebut. Aamiin