Mendekati hari raya Idul Fitri, putri khalifah Umar bin Abdul Aziz yang masih gadis meminta kepadanya untuk dibelikan baju baru. Putri kesayangannya tersebut merasa iri dengan teman-temannya yang sudah membeli baju baru untuk Lebaran.
"Ayah, teman-temanku memakai baju baru pada saat hari raya, tentunya aku juga ingin mengenakannya. Berilah aku uang untuk membeli baju baru," pintanya kepada ayahnya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Ketika itu, sang khalifah memang tak mempunyai uang sepeserpun. Namun melihat putrinya merengek terus, Umar bin Abdul Aziz tidak tega, segera dia memanggil ajudannya untuk pergi ke baitul maal.
"Bilang kepada penjaga Baitul Maal, jika saya ingin meminjam gaji bulan depanku sekarang. Aku ingin menggunakannya untuk membeli baju putriku," perintah Umar.
Namun ajudan tersebut hanya terdiam, dia sama sekali tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Sang Khalifah merasa heran kemudian mendekati dan bertanya kepada ajudan tersebut.
Ternyata, ajudannya tak menyetujui rencana Umar. Menurutnya, siapa yang mampu menjamin seseorang bisa hidup hingga besok, dan membayar segala hutang atau tanggungan yang dimiliki.
Mendengar nasihat ajudannya, Umar terdiam beberapa saat. Kemudian ia menyadari bahwa perkataan orang kepercayaannya itu ada benarnya juga. Umar pun mengurungkan niatnya itu, hatinya membenarkan jika Allah SWT saja yang bisa memberikan jaminan kehidupan pada dirinya.
"Anakku, maafkan ayahmu.. urungkanlah keinginanmu untuk memakai pakaian baru. Apa kamu mau mengenakan pakaian baru, sementara ayahmu nanti masuk neraka?" tanya Umar kepada putrinya dengan nada lembut.
Putri umar menyadari keadaan ayahnya, dia memahami jika ayahnya berusaha untuk selalu menjadi pemimpin yang menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Dalam benak putrinya, Umar bukanlah sosok ayah yang bakhil kepadanya. Namun, semua itu dilakukan oleh ayahnya semata-mata ketakwaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
* Dikutip dari buku 365 kisah teladan Islam tulisan Ariany Syurfah.
Ilustrasi |
"Ayah, teman-temanku memakai baju baru pada saat hari raya, tentunya aku juga ingin mengenakannya. Berilah aku uang untuk membeli baju baru," pintanya kepada ayahnya, Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Ketika itu, sang khalifah memang tak mempunyai uang sepeserpun. Namun melihat putrinya merengek terus, Umar bin Abdul Aziz tidak tega, segera dia memanggil ajudannya untuk pergi ke baitul maal.
"Bilang kepada penjaga Baitul Maal, jika saya ingin meminjam gaji bulan depanku sekarang. Aku ingin menggunakannya untuk membeli baju putriku," perintah Umar.
Namun ajudan tersebut hanya terdiam, dia sama sekali tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Sang Khalifah merasa heran kemudian mendekati dan bertanya kepada ajudan tersebut.
Ternyata, ajudannya tak menyetujui rencana Umar. Menurutnya, siapa yang mampu menjamin seseorang bisa hidup hingga besok, dan membayar segala hutang atau tanggungan yang dimiliki.
Mendengar nasihat ajudannya, Umar terdiam beberapa saat. Kemudian ia menyadari bahwa perkataan orang kepercayaannya itu ada benarnya juga. Umar pun mengurungkan niatnya itu, hatinya membenarkan jika Allah SWT saja yang bisa memberikan jaminan kehidupan pada dirinya.
"Anakku, maafkan ayahmu.. urungkanlah keinginanmu untuk memakai pakaian baru. Apa kamu mau mengenakan pakaian baru, sementara ayahmu nanti masuk neraka?" tanya Umar kepada putrinya dengan nada lembut.
Putri umar menyadari keadaan ayahnya, dia memahami jika ayahnya berusaha untuk selalu menjadi pemimpin yang menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya. Dalam benak putrinya, Umar bukanlah sosok ayah yang bakhil kepadanya. Namun, semua itu dilakukan oleh ayahnya semata-mata ketakwaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
* Dikutip dari buku 365 kisah teladan Islam tulisan Ariany Syurfah.