Rumah sempit itu terlihat sangat sederhana. Rumah beratap genteng lawas tersebut tak banyak memiliki perabot di dalamnya. Hanya ada dipan dan kasur serta sepasang kursi plastik berwarna merah. Disanalah, Karto duduk untuk menemui para tamu.
Kakek berusia 67 tahun itu memang bukan siapa-siapa di mata penduduk Jombang. Hanya seorang pria tua pengayuh becak yang berpenghasilan sekitar 30 ribu per hari.
Namun, di mata Allah, bisa jadi Karto adalah sosok istimewa yang diundang untuk datang ke Baitullah di Makkah. Di tahun 2016 ini ia tercatat sebagai salah satu calon jamaah haji (CJH) yang akan diberangkatkan bulan Agustus mendatang.
Karto yang merupakan penduduk Dusun Klubuk, Sukodadi, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang memang hanya mengandalkan profesinya sebagai tukang becak untuk menafkahi keluarganya. Namun harapan untuk bisa menunaikan ibadah haji yang merupakan rukun Islam yang kelima sudah diidamkan kakek dua cucu ini sejak puluhan tahun lalu.
Lembar demi lembar pecahan rupiah hasil membanting tulang dari mengayuh becak selalu ia sisihkan hari demi hari di bawah bantal tempat tidurnya.
"Saya selalu kumpulkan di bawah bantal. Ketika sudah terkumpul banyak, selanjutnya saya simpan di salah satu Bank di Jombang. Sebelum saya jadi tukang becak, Dusun Klubuk merupakan tempat lokalisasi. Saya dan istri bekerja sebagai tukang parkir, dan dulu sering kena razia," urainya.
Menjadi tukang becak bagi Karto memang tak mudah, Karena usianya yang tak lagi muda. Saingan yang ada juga semakin banyak. Dia pun lalu berusaha memodifikasi becaknya dengan motor. hal itu bisa memudahkannya bekerja sekaligus terus mewujudkan impian menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
Hari berganti hari, Tahun berganti Tahun, Karto pun tetap tak pernah lelah mengumpulkan sedikit demi sedikit hasil keringatnya.
“Di awal – awal, memang sangat sulit mengumpulkan uang sambil membaginya untuk kebutuhan belanja keluarga. Bahkan, saya pernah suatu hari tidak memberikan uang belanja kepada istri karena sama sekali tak ada penumpang” tuturnya sambil tak terasa air mata menetes membasahi pipinya.
Ia melanjutkan, dari waktu ke waktu dengan usaha dan doa maksimal, akhirnya ia sudah terbiasa dengan menabung. Tak banyak yang bisa dia sisihkan, hanya mampu menabung 5 ribu per hari. Bahkan, dulu pernah hanya bisa menyisihkan 1500 rupiah sehari.
“Keberangkatan ini tak lepas dari izin Allah untuk saya berangkat ke tanah suci Makkah. Karena Sang Pengeran (Tuhan) mengizinkan, ya inilah karunia yang diberikan-Nya,” katanya dengan penuh syukur.
Kisah Karto ini merupakan bukti nyata dimana niat yang baik pasti akan dikabulkan, bahkan segala kemudahan akan diturunkan oleh Yang Maha Kuasa. Labaik allahuma labaik…!
Selamat menunaikan ibadah haji pak Karto! Semoga diberikan kemudahan dan menjadi haji mabrur. Aamiin.
Bapak Karto, Tukang Becak Yang Menabung 5 Ribu Perhari Di Bawah Bantal Demi Menunaikan Ibadah Haji |
Kakek berusia 67 tahun itu memang bukan siapa-siapa di mata penduduk Jombang. Hanya seorang pria tua pengayuh becak yang berpenghasilan sekitar 30 ribu per hari.
Namun, di mata Allah, bisa jadi Karto adalah sosok istimewa yang diundang untuk datang ke Baitullah di Makkah. Di tahun 2016 ini ia tercatat sebagai salah satu calon jamaah haji (CJH) yang akan diberangkatkan bulan Agustus mendatang.
Karto yang merupakan penduduk Dusun Klubuk, Sukodadi, Kecamatan Kabuh, Kabupaten Jombang memang hanya mengandalkan profesinya sebagai tukang becak untuk menafkahi keluarganya. Namun harapan untuk bisa menunaikan ibadah haji yang merupakan rukun Islam yang kelima sudah diidamkan kakek dua cucu ini sejak puluhan tahun lalu.
Lembar demi lembar pecahan rupiah hasil membanting tulang dari mengayuh becak selalu ia sisihkan hari demi hari di bawah bantal tempat tidurnya.
"Saya selalu kumpulkan di bawah bantal. Ketika sudah terkumpul banyak, selanjutnya saya simpan di salah satu Bank di Jombang. Sebelum saya jadi tukang becak, Dusun Klubuk merupakan tempat lokalisasi. Saya dan istri bekerja sebagai tukang parkir, dan dulu sering kena razia," urainya.
Menjadi tukang becak bagi Karto memang tak mudah, Karena usianya yang tak lagi muda. Saingan yang ada juga semakin banyak. Dia pun lalu berusaha memodifikasi becaknya dengan motor. hal itu bisa memudahkannya bekerja sekaligus terus mewujudkan impian menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci.
Hari berganti hari, Tahun berganti Tahun, Karto pun tetap tak pernah lelah mengumpulkan sedikit demi sedikit hasil keringatnya.
“Di awal – awal, memang sangat sulit mengumpulkan uang sambil membaginya untuk kebutuhan belanja keluarga. Bahkan, saya pernah suatu hari tidak memberikan uang belanja kepada istri karena sama sekali tak ada penumpang” tuturnya sambil tak terasa air mata menetes membasahi pipinya.
Ia melanjutkan, dari waktu ke waktu dengan usaha dan doa maksimal, akhirnya ia sudah terbiasa dengan menabung. Tak banyak yang bisa dia sisihkan, hanya mampu menabung 5 ribu per hari. Bahkan, dulu pernah hanya bisa menyisihkan 1500 rupiah sehari.
“Keberangkatan ini tak lepas dari izin Allah untuk saya berangkat ke tanah suci Makkah. Karena Sang Pengeran (Tuhan) mengizinkan, ya inilah karunia yang diberikan-Nya,” katanya dengan penuh syukur.
Kisah Karto ini merupakan bukti nyata dimana niat yang baik pasti akan dikabulkan, bahkan segala kemudahan akan diturunkan oleh Yang Maha Kuasa. Labaik allahuma labaik…!
Selamat menunaikan ibadah haji pak Karto! Semoga diberikan kemudahan dan menjadi haji mabrur. Aamiin.