Memburu Jodoh yang tak perlu, seperti apa sih jodoh yang tak perlu itu? Banyak sekali hal yang kita buru dengan mengerahkan seluruh waktu dan tenaga, seolah orang lain tak boleh memilikinya. Padahal sebenarnya sesuatu tersebut tidak mendatangkan kebaikan dan tidak pula menambah ketakwaan kita kepada Allah SWT.
Salah satu dari hal yang tak perlu kita buru adalah perkara jodoh. Sah-sah saja kita memburu jodoh dengan kriteria yang disebutkan dalam buku catatan persyaratan calon mempelai. Misalnya adalah terkait dengan kekayaan, keecantikan, ataupun kedudukan, Kriteria seperti itu sah-sah saja dan boleh disyaratkan.
Sebagai manusia, kita diberi hak untuk memilih jodoh sesuai keinginan kita, Namun jangan memburunya dengan nafsu atau menjadikan sesuatu yang tak perlu itu sebagai patokan utama dalam proses pencarian pendamping hidup.
Bukankah Allah sudah pernah menjelaskan bahwa jodoh kita adalah cerminan dari diri kita, dan rezeki akan hadir tergantung dari cara kita mencarinya, seberapa kuat usaha dan ikhtiar yang kita lakukan untuk menggapai rezeki darinya yang melimpah dan berkah.
Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Barangsiapa yang menikahi seorang wanita karena kemuliaannya (martabat kedudukannya) maka Allah tidak menambahnya kecuali kehinaan, dan barangsiapa yang menikahi wanita karena hartanya, maka Allah tidak akan menambah baginya kecuali kefakiran. Dan barangsiapa yang menikahi seorang wanita karena keturunan nasabnya, maka Allah tidak akan menambah baginya kecuali kerendahan. Dan barangsiapa menikahi seorang wanita kecuali untuk menundukkan pandanganya, menjaga kemaluannya atau menyambung silaturahim maka Allah akan memberkahinya dalam (perkawinan dengan) dirinya.” (HR. Thabrani)
Memburu kekayaan, kecantikan, ketampanan, ataupun kedudukan tidak akan berpengaruh pada kehidupan rumah tangga ataupun menjamin kehidupan berkeluarga yang sakinah mawaddah warahmah, terlebih lagi kelangsungan hidup di akhirat nanti. Agama dan Akhlaklah yang akan menentukan kebahagiaan dalam berumah tangga.
Apa dengan memiliki pasangan cantik atau ganteng akan berpengaruh pada kecerdasan anak?
Tidak, bukan rupa yang bisa menjadikan anak pandai, bukan rupa tampan yang menjadikan anak shaleh dan shalehah, bukan pula rupa yang menjadikan anak sukses di masa depan. Rupa bukan jaminan suatu keluarga bisa bahagia dan sejahtera.
Apakah dengan memiliki suami kaya raya bisa menentukan suksesnya kepemimpinan rumah tangga dengan baik?
Tentu jawabannya tidak. Karena kekayaan bukanlah jaminan suatu keluarga akan hidup bahagia, bukan kekayaan yang bisa menjadikan seseorang dermawan, bukan pula harta yang bisa menjadikannya bijak dalam menyikapi prahara rumah tangga.
Justru malah harta bisa melenakan akal budi, memperbudak hati dan mengotori jiwa. harta bahkan mampu mengalahkan semuanya, dengan harta manusia bisa jadi gila, dengan harta pula manusia bisa lupa bahwa dunia bukanlah tujuan satu-satunya. Jadi untuk apa memburu suami yang kaya raya?
Untuk bisa hidup bahagia, kita hanya butuh kecukupan materi. memang raga bisa bahagia dengan harta, tapi jiwa? bisakah harta menjamin kebahagiaan jiwa dan ketentraman hati?
Apakah dengan memiliki pasangan yang rupawan, kaya raya, berkedudukan tinggi bisa menjamin kekhusyukan ibadah dan menambah ketakwaan pada Ilahi?
Lalu, untuk apa masih memburu jodoh yang tak perlu, memburu sesuatu yang tidak dapat menjamin kebahagiaan dunia akhirat? Bukan berarti melarang untuk mencari pasangan yang sempurna. Namun, bersikap bijaklah pada diri sendiri. Kita hidup di dunia hanya punya satu tujuan, yakni dunia yang sebenar-benarnya dunia, disanalah manusia harus bersikap kristis dan logis. Bukan hanya tawa dunia yang kita perlukan, bukan hanya cinta dunia yang kita butuhkan, melainkan lebih dari itu.
Baca Juga:
Tentunya, kita memiliki hak dan pendapat yang berbeda, tentu. Tidak semua dari kita mempunyai pemikiran yang sama, menganggap bahwa dunia bukan satu-satunya tujuan akhir, menyadari bahwa sesungguhnya Allah tidak melihat manusia dari apa yang dia miliki, melainkan dari apa yang ia usaha perbaiki.
Semoga bermanfaat, Wallahu A'lam.
Salah satu dari hal yang tak perlu kita buru adalah perkara jodoh. Sah-sah saja kita memburu jodoh dengan kriteria yang disebutkan dalam buku catatan persyaratan calon mempelai. Misalnya adalah terkait dengan kekayaan, keecantikan, ataupun kedudukan, Kriteria seperti itu sah-sah saja dan boleh disyaratkan.
Sebagai manusia, kita diberi hak untuk memilih jodoh sesuai keinginan kita, Namun jangan memburunya dengan nafsu atau menjadikan sesuatu yang tak perlu itu sebagai patokan utama dalam proses pencarian pendamping hidup.
Bukankah Allah sudah pernah menjelaskan bahwa jodoh kita adalah cerminan dari diri kita, dan rezeki akan hadir tergantung dari cara kita mencarinya, seberapa kuat usaha dan ikhtiar yang kita lakukan untuk menggapai rezeki darinya yang melimpah dan berkah.
Sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, “Barangsiapa yang menikahi seorang wanita karena kemuliaannya (martabat kedudukannya) maka Allah tidak menambahnya kecuali kehinaan, dan barangsiapa yang menikahi wanita karena hartanya, maka Allah tidak akan menambah baginya kecuali kefakiran. Dan barangsiapa yang menikahi seorang wanita karena keturunan nasabnya, maka Allah tidak akan menambah baginya kecuali kerendahan. Dan barangsiapa menikahi seorang wanita kecuali untuk menundukkan pandanganya, menjaga kemaluannya atau menyambung silaturahim maka Allah akan memberkahinya dalam (perkawinan dengan) dirinya.” (HR. Thabrani)
Memburu kekayaan, kecantikan, ketampanan, ataupun kedudukan tidak akan berpengaruh pada kehidupan rumah tangga ataupun menjamin kehidupan berkeluarga yang sakinah mawaddah warahmah, terlebih lagi kelangsungan hidup di akhirat nanti. Agama dan Akhlaklah yang akan menentukan kebahagiaan dalam berumah tangga.
Apa dengan memiliki pasangan cantik atau ganteng akan berpengaruh pada kecerdasan anak?
Tidak, bukan rupa yang bisa menjadikan anak pandai, bukan rupa tampan yang menjadikan anak shaleh dan shalehah, bukan pula rupa yang menjadikan anak sukses di masa depan. Rupa bukan jaminan suatu keluarga bisa bahagia dan sejahtera.
Apakah dengan memiliki suami kaya raya bisa menentukan suksesnya kepemimpinan rumah tangga dengan baik?
Tentu jawabannya tidak. Karena kekayaan bukanlah jaminan suatu keluarga akan hidup bahagia, bukan kekayaan yang bisa menjadikan seseorang dermawan, bukan pula harta yang bisa menjadikannya bijak dalam menyikapi prahara rumah tangga.
Justru malah harta bisa melenakan akal budi, memperbudak hati dan mengotori jiwa. harta bahkan mampu mengalahkan semuanya, dengan harta manusia bisa jadi gila, dengan harta pula manusia bisa lupa bahwa dunia bukanlah tujuan satu-satunya. Jadi untuk apa memburu suami yang kaya raya?
Untuk bisa hidup bahagia, kita hanya butuh kecukupan materi. memang raga bisa bahagia dengan harta, tapi jiwa? bisakah harta menjamin kebahagiaan jiwa dan ketentraman hati?
Apakah dengan memiliki pasangan yang rupawan, kaya raya, berkedudukan tinggi bisa menjamin kekhusyukan ibadah dan menambah ketakwaan pada Ilahi?
Lalu, untuk apa masih memburu jodoh yang tak perlu, memburu sesuatu yang tidak dapat menjamin kebahagiaan dunia akhirat? Bukan berarti melarang untuk mencari pasangan yang sempurna. Namun, bersikap bijaklah pada diri sendiri. Kita hidup di dunia hanya punya satu tujuan, yakni dunia yang sebenar-benarnya dunia, disanalah manusia harus bersikap kristis dan logis. Bukan hanya tawa dunia yang kita perlukan, bukan hanya cinta dunia yang kita butuhkan, melainkan lebih dari itu.
Baca Juga:
- Cara Agar Mendapat Jodoh Terbaik
- 8 Dosa Ini Bisa Menghalangi Datangnya Jodoh
- Menyesal Gara-gara Menolak Lamaran Karena Motif Ekonomi
Tentunya, kita memiliki hak dan pendapat yang berbeda, tentu. Tidak semua dari kita mempunyai pemikiran yang sama, menganggap bahwa dunia bukan satu-satunya tujuan akhir, menyadari bahwa sesungguhnya Allah tidak melihat manusia dari apa yang dia miliki, melainkan dari apa yang ia usaha perbaiki.
Semoga bermanfaat, Wallahu A'lam.