Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengancam akan memerangi Amerika Serikat jika tak mau menyerahkan Fethullah Gulen (75), yang dituding mendalangi upaya kudeta.
Ancaman itu diserukan setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan kembali menegakkan kekuasaannya setelah 1.440 tentara yang diduga terlibat upaya kudeta berhasil ditangkap.
Perdana Menteri Turki, Binali Yildirim, telah mengumumkan berita bahwa Turki menganggap negaranya berperang dengan negara yang melindungi Fethullah Gulen.
"Setiap negara yang melindungi Fethullah Gulen akan menjadi musuh bagi Turki," kata Yildirim, Sabtu (16/7/2016).
Merasa tidak terima dituding sebagai dalang kudeta Turki, Gulen yang tinggal di Pennsylvania, Amerika Serikat (AS) itu menuduh balik Erdogan sebagai dalang di balik kudeta tersebut.
Gulen bahkan menyamakan mantan sahabat dekatnya itu dengan pemimpin Nazi, Adolf Hitler. “Ada kemungkinan bahwa kudeta itu dipentaskan oleh Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pimpinan Erdogan. Tujuannya tidak lain adalah untuk memelihara tuduhan kepada para pengikut Gulen dan pihak militer,” ujar salah satu ulama terkemuka Turki itu di Pennsylvania, seperti dilansir dari Russia Today, Minggu (17/7/2016).
Mendengar kabar tuntutan tersebut, Gulen mengaku tidak resah. Ia memegang kartu hijau AS sehingga mendapatkan status permanent resident meski tidak berstatus warga Negeri Paman Sam.
“Saya tidak yakin dunia akan menganggap serius tuduhan Presiden Erdogan terhadap saya,” tutur pria berusia 75 tahun itu. Pun begitu, Gulen mengutuk aksi kekerasan yang dilakukan untuk menjatuhkan Erdogan dari posisinya.
Seperti diketahui, Lebih 265 orang tewas setelah usaha kudeta militer itu gagal dilaksanakan. Sedikitnya 2.800 personel militer telah ditangkap dan 2.700 di antaranya dibebastugaskan. Selain itu, sekira 2.745 hakim dipecat oleh pemerintah Turki pasca kudeta militer di Turki.
Ancaman itu diserukan setelah Presiden Recep Tayyip Erdogan kembali menegakkan kekuasaannya setelah 1.440 tentara yang diduga terlibat upaya kudeta berhasil ditangkap.
Erdogan dan Gulen |
Perdana Menteri Turki, Binali Yildirim, telah mengumumkan berita bahwa Turki menganggap negaranya berperang dengan negara yang melindungi Fethullah Gulen.
"Setiap negara yang melindungi Fethullah Gulen akan menjadi musuh bagi Turki," kata Yildirim, Sabtu (16/7/2016).
Merasa tidak terima dituding sebagai dalang kudeta Turki, Gulen yang tinggal di Pennsylvania, Amerika Serikat (AS) itu menuduh balik Erdogan sebagai dalang di balik kudeta tersebut.
Gulen bahkan menyamakan mantan sahabat dekatnya itu dengan pemimpin Nazi, Adolf Hitler. “Ada kemungkinan bahwa kudeta itu dipentaskan oleh Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pimpinan Erdogan. Tujuannya tidak lain adalah untuk memelihara tuduhan kepada para pengikut Gulen dan pihak militer,” ujar salah satu ulama terkemuka Turki itu di Pennsylvania, seperti dilansir dari Russia Today, Minggu (17/7/2016).
Mendengar kabar tuntutan tersebut, Gulen mengaku tidak resah. Ia memegang kartu hijau AS sehingga mendapatkan status permanent resident meski tidak berstatus warga Negeri Paman Sam.
“Saya tidak yakin dunia akan menganggap serius tuduhan Presiden Erdogan terhadap saya,” tutur pria berusia 75 tahun itu. Pun begitu, Gulen mengutuk aksi kekerasan yang dilakukan untuk menjatuhkan Erdogan dari posisinya.
Seperti diketahui, Lebih 265 orang tewas setelah usaha kudeta militer itu gagal dilaksanakan. Sedikitnya 2.800 personel militer telah ditangkap dan 2.700 di antaranya dibebastugaskan. Selain itu, sekira 2.745 hakim dipecat oleh pemerintah Turki pasca kudeta militer di Turki.