Terkait dengan pemberitaan razia warteg bu Saeni yang di blow up secara besar-besaran di media kompas, Sejumlah perwakilan Umat Islam yang tergabung dalam Front Pembela Islam (FPI) dan Forum Umat Islam (FUI) akhirnya mendatangi kantor Kompas Group, kamis (16/6/2016).
Kedatangan mereka adalah untuk menanyakan pemberitaan Kompas yang sangat tendensius dan memojokkan umat Islam terkait berita razia warteg oleh Satpol PP Serang.
Dalam acara tersebut, Pihak FPI diterima langsung oleh Direktur Humas PT. Kompas Gramedia Widi Kristawan, Pemred Kompas Budiman Tanuredjo, dan beberapa awak dari Kompas TV
Juru Bicara FPI Munarman menungkapkan secara terbuka dihadapan perwakilan Kompas mengawali pembicaraan dengan mempertanyakan mengapa Kompas sering menyakiti perasaan Umat Islam dalam berbagai pemberitaannya.
Jika terus menerus mempermainkan perasaan umat Islam dengan selalu mencitrakan Islam negatif, kata Munarman. Maka jangan salahkan Umat Islam berbuat lebih.
“Hati-hati dengan persepsi yang ada di Umat Islam, Kompas mewakili pihak non Muslim. Apa ingin Kompas dianggap seperti itu, Kompas Komando Pastor. Apa ingin diulangi seperti yang dulu lagi, ini kan nantinya malah jadi SARA” tegas Munarman dalam acara tersebut, kamis (16/6/2016).
Munarman juga menjelaskan, Bahwa kedatangannya bersama umat Islam yang lain ke kantor Kompas adalah sebagai alarm. Jangan sampai kita diam, masyarakat marah kemudian pecah seperti tragedi 1998. Bahkan lebih mengerikan karena dasarnya SARA yang ditujukan kepada Kompas. “Kompas jika dipersepsikan sebagai Komando Pastor akhirnya yang akan jadi sasaran” kata Munarman.
Lebih lanjut Munarman menambahkankan bahwa kaum muslimin tidak menuntut banyak kepada Kompas, kita hanya minta Kompas berlaku adil dan proporsional dalam pemberitaan yang berkaitan dengan syariat Islam.
“Kita tidak minta Kompas untuk membela Islam, karena kita tau itu tidak mungkin. Kita hanya minta Kompas adil dan proporsional” tambah Munarman
Sementara itu, Ustadz Awit Mashuri menantang redaksi Kompas untuk berlaku adil dengan memberitakan juga pelaksanaan ritual Nyepi di Bali.
“Jika anda buat peliputan di Bali, wawancarai penjaga warung yang ditutup selama ritual nyepi, lalu mereka berkomentar, bila perlu ada lagi sumbangan seperti di Serang, kita mungkin tidak protes. Oo.. Berarti adil nih, berarti bukan hanya Islam saja.” kata Ustadz Awit.
Ustadz Awit mempertanyakan standar ganda Kompas yang kerap mencitrakan Islam sebagai agama yang tidak toleran dan tidak humanis, dengan mengulang-ulang pemberitaan tentang razia Warung Tegal milik Bu Saeni di Serang.
Sejak pertama kali muncul berita warteg di Serang, kata Ustadz Awit, Sebenarnya kita ingin langsung bergerak dengan mendatangi Kompas, namun dibatalkan karena ingin menampung terlebih dahulu aspirasi Umat Islam yang lain.
Ustadz Awit juga menyampaikan bahwa akibat dari penggiringan opini yang dilakukan pihak Kompas, kini muncul spanduk bertuliskan “Hormati orang yang tidak berpuasa” dan pemerintah juga gencar mencabut perda yang berkaitan dengan syariat Islam
Sebagaimana ramai diberitakan, Banyak media-media mainstream seperti Kompas yang mencitrakan Islam sebagai agama intoleran dengan mengekspos besar-besaran berita razia warteg di Serang. Dan hasilnya, Pedagang Warteg yang melanggar aturan Perda Serang justru malah menjadi pahlawan yang seakan-akan harus dibela dan dikasihani banyak orang.
Berikut adalah video isi pertemuan antara Perwakilan Umat Islam dengan pihak Kompas.com,
Kedatangan mereka adalah untuk menanyakan pemberitaan Kompas yang sangat tendensius dan memojokkan umat Islam terkait berita razia warteg oleh Satpol PP Serang.
Dalam acara tersebut, Pihak FPI diterima langsung oleh Direktur Humas PT. Kompas Gramedia Widi Kristawan, Pemred Kompas Budiman Tanuredjo, dan beberapa awak dari Kompas TV
Juru Bicara FPI Munarman menungkapkan secara terbuka dihadapan perwakilan Kompas mengawali pembicaraan dengan mempertanyakan mengapa Kompas sering menyakiti perasaan Umat Islam dalam berbagai pemberitaannya.
Jika terus menerus mempermainkan perasaan umat Islam dengan selalu mencitrakan Islam negatif, kata Munarman. Maka jangan salahkan Umat Islam berbuat lebih.
“Hati-hati dengan persepsi yang ada di Umat Islam, Kompas mewakili pihak non Muslim. Apa ingin Kompas dianggap seperti itu, Kompas Komando Pastor. Apa ingin diulangi seperti yang dulu lagi, ini kan nantinya malah jadi SARA” tegas Munarman dalam acara tersebut, kamis (16/6/2016).
Munarman juga menjelaskan, Bahwa kedatangannya bersama umat Islam yang lain ke kantor Kompas adalah sebagai alarm. Jangan sampai kita diam, masyarakat marah kemudian pecah seperti tragedi 1998. Bahkan lebih mengerikan karena dasarnya SARA yang ditujukan kepada Kompas. “Kompas jika dipersepsikan sebagai Komando Pastor akhirnya yang akan jadi sasaran” kata Munarman.
Lebih lanjut Munarman menambahkankan bahwa kaum muslimin tidak menuntut banyak kepada Kompas, kita hanya minta Kompas berlaku adil dan proporsional dalam pemberitaan yang berkaitan dengan syariat Islam.
“Kita tidak minta Kompas untuk membela Islam, karena kita tau itu tidak mungkin. Kita hanya minta Kompas adil dan proporsional” tambah Munarman
Sementara itu, Ustadz Awit Mashuri menantang redaksi Kompas untuk berlaku adil dengan memberitakan juga pelaksanaan ritual Nyepi di Bali.
“Jika anda buat peliputan di Bali, wawancarai penjaga warung yang ditutup selama ritual nyepi, lalu mereka berkomentar, bila perlu ada lagi sumbangan seperti di Serang, kita mungkin tidak protes. Oo.. Berarti adil nih, berarti bukan hanya Islam saja.” kata Ustadz Awit.
Ustadz Awit mempertanyakan standar ganda Kompas yang kerap mencitrakan Islam sebagai agama yang tidak toleran dan tidak humanis, dengan mengulang-ulang pemberitaan tentang razia Warung Tegal milik Bu Saeni di Serang.
Sejak pertama kali muncul berita warteg di Serang, kata Ustadz Awit, Sebenarnya kita ingin langsung bergerak dengan mendatangi Kompas, namun dibatalkan karena ingin menampung terlebih dahulu aspirasi Umat Islam yang lain.
Ustadz Awit juga menyampaikan bahwa akibat dari penggiringan opini yang dilakukan pihak Kompas, kini muncul spanduk bertuliskan “Hormati orang yang tidak berpuasa” dan pemerintah juga gencar mencabut perda yang berkaitan dengan syariat Islam
Sebagaimana ramai diberitakan, Banyak media-media mainstream seperti Kompas yang mencitrakan Islam sebagai agama intoleran dengan mengekspos besar-besaran berita razia warteg di Serang. Dan hasilnya, Pedagang Warteg yang melanggar aturan Perda Serang justru malah menjadi pahlawan yang seakan-akan harus dibela dan dikasihani banyak orang.
Berikut adalah video isi pertemuan antara Perwakilan Umat Islam dengan pihak Kompas.com,