Mengharukan! Kisah Bocah Kelas 3 SD Dan Uang Jajannya │ Bacalah kisah mengharukan berikut ini dan renungkanlah baik-baik apakah kita bisa seperti apa yang tertera dalam kisah tersebut.
Dikisahkan seorang ayah hendak mengajari anaknya untuk bisa mengatur uang jajannya sendiri. Kala itu anak tersebut masih berada di kelas 3 SD dan sedikitnya pola pikir anak umur tersebut masih terbilang labil.
Sang ayah senantiasa memberikan anaknya uang jajan sebesar 3 ribu rupiah yang diberikan sehari sebelumnya. Hingga pada suatu hari minggu keluarga tersebut ingin menikmati liburan dengan berjalan-jalan ke kota. Sang ayah pun tidak lupa memberikan uang jajan berupa 3 lembar uang Rp 10.000. Anak itu pun sangat senang dan menyimpan uang tersebut di saku celananya dengan sangat rapi.
Saat menikmati liburan, mereka pun didatangi oleh seorang nenek-nenek pengemis yang terlihat sangat lapar dan lemah. Melihat hal tersebut, sang anak merasa tidak tega dan mengeluarkan 3 lembar uang yang diberikan oleh ayahnya kepada nenek pengemis tersebut.
Sang nenek sangat gembira dengan uang yang dirasanya cukup banyak itu dan mengucapkan syukur kepada Allah serta mendoakan si anak murah hati tersebut.
Nenek itu pun segera berlalu untuk menggunakan uang tersebut demi mengisi perutnya yang cukup lama kosong dari makanan. Setelah cukup jauh, ayah anak itu kemudian berkata, “Nak, kenapa kamu berikan semua uang jajanmu untuk nenek tersebut?”
Namun anak sekecil itu menjawab pertanyaan ayahnya dengan sangat bijak.
“Ayah, kalau nenek tua itu ikhlas menerima yang sedikit, maka aku ikhlas untuk memberikan yang lebih besar.” Ucapnya polos.
Mendengar ucapan anaknya tersebut, sang ayah cukup kaget. Akan tetapi ia mengerti apa yang terbesit dalam diri sang anak dan mencoba mengujinya.
“Nak, lalu bagaimana dengan uang jajanmu untuk seminggu kemudian?” tanya sang ayah
“Aku kan masih memiliki ayah dan ibu! Beda sama nenek tersebut yang hidup sebatang kara di dunia ini.” Jawabnya
“Nak, ayah kan tidak pernah berjanji kepadamu untuk memberikan uang jajan. Mengapa kamu begitu yakin?” sambung sang ayah
“Kalau ayah merasa bahwa aku adalah titipan Allah, tentu ayah dan ibu tidak akan membiarkan aku kelaparan seperti nenek tua itu. Meski aku tidak jajan, tapi ayah tetap memberiku makan.” Tuturnya yang langsung membuat si ayah terpana.
Ayah anak itu pun seakan kehabisan kata-kata dan tidak menyangka bahwa anak yang masih duduk di kelas 3 SD sudah bisa berkata sebijak itu. Sang ayah merasakan bahwa anaknya melebihi guru yang bijak sekalipun.
Sang ayah pun kemudian memegang kedua pundak anaknya seraya berkata, “Nak, ayah dan ibu janji akan selalu merawatmu hingga Allah menetapkan batas umur ayah dan ibu. Ayah sangat sayang kamu Nak.” sembari menahan air mata yang sudah tak tertahan untuk keluar.
Ternyata anaknya pun tak kalah mengharukan. Ia segera memegang pipi ayahnya dan berkata, “Ayah tidak perlu berkata seperti itu. Aku yakin bahwa ayah dan ibu sangat mencintai dan menyayangiku. Jika aku nanti sudah dewasa, aku akan menjaga ayah dan ibu. Aku tidak akan membiarkan ayah dan ibu hidup seperti nenek pengemis itu.”
Ayah dan ibunya tak kuat lagi menahan keharuan tersebut sehingga berlinanglah air mata mereka atas jawaban anaknya yang masih polos. Mereka pun saling berpelukan dan larut dalam kasih sayang yang amat dalam.
Baca Juga:
Semoga kisah mengharukan ini benar-benar bisa mengetuk hati kita semua betapa hubungan antara orang tua dan anak tidak akan pernah lekang oleh waktu dan akan terus saling menjaga hingga maut memisahkan.
Dikisahkan seorang ayah hendak mengajari anaknya untuk bisa mengatur uang jajannya sendiri. Kala itu anak tersebut masih berada di kelas 3 SD dan sedikitnya pola pikir anak umur tersebut masih terbilang labil.
Sang ayah senantiasa memberikan anaknya uang jajan sebesar 3 ribu rupiah yang diberikan sehari sebelumnya. Hingga pada suatu hari minggu keluarga tersebut ingin menikmati liburan dengan berjalan-jalan ke kota. Sang ayah pun tidak lupa memberikan uang jajan berupa 3 lembar uang Rp 10.000. Anak itu pun sangat senang dan menyimpan uang tersebut di saku celananya dengan sangat rapi.
Saat menikmati liburan, mereka pun didatangi oleh seorang nenek-nenek pengemis yang terlihat sangat lapar dan lemah. Melihat hal tersebut, sang anak merasa tidak tega dan mengeluarkan 3 lembar uang yang diberikan oleh ayahnya kepada nenek pengemis tersebut.
Sang nenek sangat gembira dengan uang yang dirasanya cukup banyak itu dan mengucapkan syukur kepada Allah serta mendoakan si anak murah hati tersebut.
Nenek itu pun segera berlalu untuk menggunakan uang tersebut demi mengisi perutnya yang cukup lama kosong dari makanan. Setelah cukup jauh, ayah anak itu kemudian berkata, “Nak, kenapa kamu berikan semua uang jajanmu untuk nenek tersebut?”
Namun anak sekecil itu menjawab pertanyaan ayahnya dengan sangat bijak.
“Ayah, kalau nenek tua itu ikhlas menerima yang sedikit, maka aku ikhlas untuk memberikan yang lebih besar.” Ucapnya polos.
Mendengar ucapan anaknya tersebut, sang ayah cukup kaget. Akan tetapi ia mengerti apa yang terbesit dalam diri sang anak dan mencoba mengujinya.
“Nak, lalu bagaimana dengan uang jajanmu untuk seminggu kemudian?” tanya sang ayah
“Aku kan masih memiliki ayah dan ibu! Beda sama nenek tersebut yang hidup sebatang kara di dunia ini.” Jawabnya
“Nak, ayah kan tidak pernah berjanji kepadamu untuk memberikan uang jajan. Mengapa kamu begitu yakin?” sambung sang ayah
“Kalau ayah merasa bahwa aku adalah titipan Allah, tentu ayah dan ibu tidak akan membiarkan aku kelaparan seperti nenek tua itu. Meski aku tidak jajan, tapi ayah tetap memberiku makan.” Tuturnya yang langsung membuat si ayah terpana.
Ayah anak itu pun seakan kehabisan kata-kata dan tidak menyangka bahwa anak yang masih duduk di kelas 3 SD sudah bisa berkata sebijak itu. Sang ayah merasakan bahwa anaknya melebihi guru yang bijak sekalipun.
Sang ayah pun kemudian memegang kedua pundak anaknya seraya berkata, “Nak, ayah dan ibu janji akan selalu merawatmu hingga Allah menetapkan batas umur ayah dan ibu. Ayah sangat sayang kamu Nak.” sembari menahan air mata yang sudah tak tertahan untuk keluar.
Ternyata anaknya pun tak kalah mengharukan. Ia segera memegang pipi ayahnya dan berkata, “Ayah tidak perlu berkata seperti itu. Aku yakin bahwa ayah dan ibu sangat mencintai dan menyayangiku. Jika aku nanti sudah dewasa, aku akan menjaga ayah dan ibu. Aku tidak akan membiarkan ayah dan ibu hidup seperti nenek pengemis itu.”
Ayah dan ibunya tak kuat lagi menahan keharuan tersebut sehingga berlinanglah air mata mereka atas jawaban anaknya yang masih polos. Mereka pun saling berpelukan dan larut dalam kasih sayang yang amat dalam.
Baca Juga:
- Tidak Akan Miskin Orang Yang Membelanjakan Hartanya Untuk Membahagiakan Orang Tuanya
- Renungan: Kita Tetaplah Seorang Anak..
- Kado Istimewa Untuk Para Ayah Dan Bunda (Orangtua Harus Baca)
Semoga kisah mengharukan ini benar-benar bisa mengetuk hati kita semua betapa hubungan antara orang tua dan anak tidak akan pernah lekang oleh waktu dan akan terus saling menjaga hingga maut memisahkan.