Ilustrasi |
Lantaran Beda Rakaat, Tarawih Di Dua Masjid Ini Punya Cara Yang Unik Menyiasatinya
Di Indonesia sendiri, shalat tarawih memiliki perbedaan jumlah rakaat dimana ada yang melakukan 23 rakaat beserta witir dan ada juga yang 11 rakaat beserta witir. Meski berbeda jumlah rakaat, hendaknya hal tersebut bukan menjadi pemisah antara umat islam yang satu dengan umat islam yang lainnya.
Karena berusaha saling menghargai tersebut, dua buah masjid di Yogyakarta ini memiliki cara yang unik untuk menyikapinya.
Masjid Kauman Yogyakarta
Masjid ini memiliki cara unik untuk menyatukan umat islam yang berbeda pemahaman dalam menentukan jumlah rakaat shalat tarawih. Caranya adalah dengan membagi shalat tarawih menjadi dua sesi dimana sesi yang pertama dilakukan setelah sholat isya. Sementara sesi yang kedua dilakukan sekitar pukul 2 dini hari.
Takmir atau pengurus masjid memang melakukan hal tersebut agar setiap warga yang dekat dengan masjid Kauman bisa melaksanakan shalat tarawih di sana meskipun berbeda dalam pemahaman jumlah rakaat.
Masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jika shalat tarawih di masjid Kauman dilakukan dengn rentang waktu yang cukup jauh, maka lain halnya dengan shalat tarawih di masjid UIN Sunan kalijaga Yogyakarta yang menggelar shalat tarawih berbeda rakaat secara bersama-sama.
Caranya adalah sholat tarawih dimulai dahulu dengan imam yang 11 rakaat. Setelah selesai, imam dan makmum yang 11 rakaat mundur ke belakang. Sementara posisi imam dan shaf depan digantikan serta diteruskan sisanya oleh yang biasa melakukan shalat tarawih 23 rakaat.
Kedua metode ini pun dijadikan panduan oleh beberapa masjid yang memiliki keanekaragaman pemahaman sehingga mampu mengakomodir antusiasme masyarakat di bulan yang suci tersebut, terutama dalam perkara shalat tarawih.
Baca Juga:
- Begini Niat Sholat Tarawih Berjamaah Maupun Munfarid Beserta Witirnya
- Imam Masjid Ini Meninggal Setelah Mengisi Kultum Tarawih Pertama
- Ribuan Jamaah Padati Masjid Istiqlal Guna Laksanakan Sholat Tarawih Perdana
Semoga masjid yang ada di sekitar kita pun bisa melakukan yang demikian sehingga warga yang berbeda pemahaman dalam jumlah rakaat bisa tetap bersama-sama dalam satu masjid.
Wallahu A’lam