Ilustrasi setan dibelenggu |
Jika Setan Dibelenggu Ketika Ramadhan, Mengapa Masih Banyak Yang Berbuat Maksiat?
إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ
Dalam hadist Bukhari Muslim lainnya pun Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda,
إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الرَّحْمَةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ جَهَنَّمَ وَسُلْسِلَتِ الشَّيَاطِينُ
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa masih ada maksiat yang dilakukan di bulan Ramadhan jika setan telah dibelenggu?
Dalam menjawab hal tersebut, ada beberapa poin yang harus dijelaskan berkaitan hadist Rasulullah diatas.
1. Setan Bukan Satu-Satunya Sumber Kemaksiatan
Jika ada yang berpikir bahwa ketika setan telah dibelenggu kemudian kemaksiatan otomatis menjadi hilang, maka hal tersebut sangatlah salah besar. Ketahuilah bahwa setan bukan satu-satunya sumber yang menyebabkan seseorang berbuat maksiat. Justru hawa nafsu manusia itu sendiri yang menjadi penyebabnya.
Imam As Sindi ketika membuat catatan untuk Sunan An Nasai, ia mengatakan:
“Hadis ‘setan dibelenggu’ tidak berarti menghilangkan segala bentuk maksiat. Karena bisa saja maksiat itu muncul disebabkan adanya pengaruh jiwa yang buruk dan jahat. Dan timbulnya maksiat, tidak selalu berasal dari setan. Jika semua maksiat berasal dari setan, berarti ada setan yang mengganggu setan (setannya setan), dan seterusnya bersambung. Sementara kita tahu, tidak ada setan yang mendahului maksiat Iblis. Sehingga maksiat Iblis murni dari dirinya. Allahu a’lam.”(An Nasai)
2. Setan Bisa Mengganggu Meski Dibelenggu
Pembelengguan setan tidak 100% menghilangkan gerak langkah setan untuk menggoda manusia. Sesungguhnya setan tetap bisa mengganggu, namun pergerakannya tak seperti ketika saat lepas dari belenggu. Karena umumnya pembelengguan hanya akan terjadi pada beberapa bagian tubuh saja seperti tangan dan leher. Sedangkan mulutnya masih tetap membisikkan pikiran jahat kepada manusia.
Dalam Syarah Muwatha, Imam Al Baji yang merupakan ulama Malikiyah mengatakan:
“Sabda beliau, ‘Setan dibelenggu’ bisa dipahami bahwa itu dibelenggu secara hakiki. Sehingga dia terhalang untuk melakukan beberapa perbuatan yang tidak mampu dia lakukan kecuali dalam kondisi bebas. Dan hadis ini bukan dalil bahwa setan terhalang untuk mengganggu sama sekali. Karena orang yang dalam kondisi dibelenggu, dia hanya terikat dari leher sampai tangan. Dia masih bisa bicara, membisikkan ide maksiat atau gangguan lainnya.”
3. Makna Dibelenggu Tidak Hakiki
Makna setan dibelenggu ketika Ramadhan disebutkan pula hanya berupa kiasan atau tidak hakiki. Ucapan Rasulullah tersebut kemungkinan didasarkan atas kondisi bulan Ramadhan yang penuh dengan rahmat dan ampunanNya sehingga seakan-akan setan tidak memiliki daya atau bisa dikatakan terbelenggu.
Keterangan yang memperkuatnya dikemukakan oleh Imam Al Baji yang menulis dalam Al Muntaqa Syarh Al Muwatho melalui kalimat berikut.
“Bisa juga kita maknai bahwa mengingat bulan ini bulan yang penuh dengan berkah, pahala amal, banyak ampunan dosa. Sehingga menyebabkan setan seperti terbelenggu selama Ramadhan. Karena upaya yang setan lakukan dengan menggoda tidak berefek, dan upaya setan menyesatkan tidak membahayakan manusia…” (al-Muntaqa Syarh al-Muwatha’)
4. Tidak Semua Setan Dibelenggu
Beberapa ulama menyebutkan bahwa hanya setan kelas atas atau kakap saja yang dibelenggu. Sedangkan setan yang levelnya biasa-biasa saja masih tetap berkeliaran membisikkan kejahatan dan kemaksiatan kepada manusia. Sehingga kemaksiatan yang terjadi di bulan Ramadhan bisa jadi karena bisikan setan-setan yang rendahan tersebut.
Demikian penjelasan mengapa meski setan telah dibelenggu ketika Ramadhan, kemaksiatan masih terus terjadi dan bahkan semakin banyak.
Baca Juga:
- Beberapa Kesalahan Yang Sering Kita Kerjakan Di Bulan Ramadhan
- Ternyata Manusia Memang Membutuhkan Puasa. Ini Alasannya
- Hikmah Menakjubkan Di Balik Puasa Ramadhan
Semoga kita semua dapat menghindari kemaksiatan semaksimal mungkin sehingga puasa yang dijalankan dapat menjadi puasa yang berkualitas. Aamiin
Wallahu A’lam