Hebat! Remaja Ini Berangkat Ke Sekolah Sambil Jualan Slondok
Namun hal ini tidak nampak dari sosok remaja bernama Desi Priharyana yang masih berumur 17 tahun. Siswa kelas 1 SMKN 2 Jetis ini termasuk sosok remaja yang patut dicontoh oleh yang lainnya. Betapa tidak, selain bersekolah ia juga bekerja keras untuk kehidupannya.
Kehidupannya sungguh jauh berbeda karena ia harus bangun lebih awal dari teman-temannya yang lain. Desi yang tinggal di sebuah toko sembako tempat ia menumpang, harus bangun pukul 3 dini hari setiap harinya. Memang ia disana bekerja paruh waktu setiap malam hari. Apapun akan ia lakukan asal pekerjaan tersebut halal. Tak ayal, kadang ia bekerja sebagai buruh bangunan hingga jualan slondok.
Desi merupakan remaja warga Dusun Taino, Desa Pendowoharjo Kecamatan Sleman. Setiap harinya ia berangkat ke sekolah dengan mengayuh sepeda. Tak hanya itu, di belakang sepeda tersebut ia simpan krombong atau keranjang hijau yang ia isi dengan bungkusan slondok. Meski hujan deras, tak menyurutkan niat pelajar Teknik Konstruksi Batu dan Beton ini untuk berangkat ke SMKN 2 Jetis Yogyakarta yang berjarak sekitar 15 kilometer.
Desi kini tinggal bersama dengan ayahnya yang bernama Pak Kamto. Sementara adiknya yang bernama Rini Dwi Lestari dititipkan di bibinya. Tak ada kata menyerah dalam hidupnya, terutama ketika harus mengayuh sepeda dengan jarak yang cukup jauh. Yang ada di pikirannya hanyalah bagaimana supaya bisa cepat sampai ke sekolah.
Sebuah semangat yang luar biasa dari seorang remaja dan jauh lebih dewasa dari rekan-rekan sebayanya yang terkadang manja serta enggan bekerja keras.
Ketika ditanya tentang sejak kapan ia mulai berjualan slondok, Desi menjawab bahwa ia memulai usahanya tersebut sejak SMP dan setiap hari ia membawa 25 bungkus slondok dalam keranjangnya. Dalam sehari ia bisa menjual 10 hingga 25 bungkus dan setiap bungkusnya ia hargai sebesar 7 ribu rupiah.
Kadang-kadang bungkusan slondoknya habis terjual di jalan oleh orang yang memberhentikan dirinya sebelum sampai ke sekolah. Tak hanya pengguna jalan, teman-teman dan gurunya pun seringkali membeli slondok dagangannya.
Dari penjualannya, ia mendapatkan uang 200 ribu rupiah yang keuntungannya akan ia belikan alat tulis dan uang saku untuk adiknya.
Meski hidup di jaman yang sudah serba mementingkan gengsi, namun Desi tidak sedikit pun malu dengan apa yang dilakukannya. Ia pun tidak minder ketika melihat teman-temannya telah menggunakan motor, sementara dirinya masih menggunakan sepeda onthel. Karena sesungguhnya apa yang ia lakukan bukanlah sebuah pekerjaan yang hina.
Baca Juga: Masya Allah, Sekolah Sambil Jualan Bubur Dan BakwanSemoga kisah Desi Priharyana bisa memotivasi para remaja lain untuk lebih giat belajar dan bersyukur masih diberi kehidupan yang layak. Dan semoga juga Desi bisa meraih cita-citanya dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Aamiin