Bahaya Media Yang Kaitkan Islam Dengan Pemalsu Vaksin │ Baru-baru ini Indonesia digegerkan dengan pemberitaan ditangkapnya pembuat vaksin palsu di daerah Bekasi Timur.
Diketahui bahwa pembuatan vaksin tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2003 oleh sepasang suami istri bernama Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustina. Keduanya berhasil ditangkap oleh Bareskrim Polri di perumahan mewah Jalan Kumala 2 Perumahan Kemang Pratama Regency, Bekasi Timur pada hari Selasa (21/06/2016).
Masyarakat pun mengapresiasi atas tindakan polisi yang telah berhasil membongkar kasus yang meresahkan masyarakat, terutama anak-anak yang sejak dulu sudah menjadi korban.
Namun ternyata pemberitaan tersebut justru membuat sebagian media mengaitkannya dengan penampilan dan juga agama dari pelakunya. Tentu saja ini nampak dari sosok Rita Agustina yang mengenakan jilbab.
Dalam salah satu media nasional disebutkan bahwa pembuat vaksin palsu tersebut ‘Rajin Shalat’. Sementara di media lainnya disebutkan bahwa pemalsu vaksin merupakan sosok yang ‘Religius’.
Hal ini tentu saja bertolak belakang dengan keutamaan ibadah seperti shalat dimana jika dilakukan dengan benar maka mampu mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar.
Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar.” (QS Al Ankabut 45)
Media-media tersebut terlalu mengeneralisasikan permasalahan sehingga sampai menyangkut ibadahnya, bukan pribadinya. Padahal yang menjadi kesalahan utama adalah pribadinya masing-masing dan tidak berkaitan sama sekali dengan agama seseorang.
Boleh jadi meskipun agamanya islam, belum tentu perilaku dan hatinya islam. Banyak terlihat saat ini dimana umat islam ada yang enggan mengikuti aturan Allah dan RasulNya. Hal itu menandakan bahwa bukan islam dan ajarannya yang salah, melainkan individunya sendiri karena tidak mengikuti aturan Allah dan RasulNya.
Pemalsu vaksin yang kini menjadi pemberitaan sesungguhnya termasuk orang yang lalai dalam shalatnya dan tidak menjadikan shalat sebagai benteng dari perbuatannya untuk melakukan kekejian dan kejahatan.
Al Hasan berkata
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat, lantas shalat tersebut tidak mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, maka ia hanya akan semakin menjauh dari Allah.” (Dikeluarkan oleh Ath Thobari dengan sanad yang shahih dari jalur Sa’id bin Abi ‘Urubah dari Qotadah dari Al Hasan)
Sementara Abul Aliyah berkata:
“Dalam shalat ada tiga hal di mana jika tiga hal ini tidak ada maka tidak disebut shalat. Tiga hal tersebut adalah ikhlas, rasa takut dan dzikir pada Allah. Ikhlas itulah yang memerintahkan pada yang ma’ruf (kebaikan). Rasa takut itulah yang mencegah dari kemungkaran. Sedangkan dzikir melalui Al Qur’an yang memerintah dan melarang sesuatu.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 65).
Atas pemberitaan yang menyudutkan umat islam itu, berbagai pihak pun menyayangkan dan mengkritik media-media tersebut lewat media sosial seperti di Twitter.
Akun @rendranila menulis, “Yang terjadi kejahatan atas vaksin palsu, tapi dikaitkan dengan jilbab dan nilai relijius adalah spin ampuh dari para Islamic Haters.”
Sementara akun @capi_zul320 menulis, “Waktu yang berulah non muslim, nobody bats an eye. Tapi giliran muslim yang kena, everybody loses their mind.”
Bahkan seorang advokat senior, Mahendradatta menyatakan sikapnya atas pemberitaan tersebut.
“Expose berita kasus penggrebekan vaksin palsu, diplintir & dilebay-lebaykan tentang kaitan agama tersangkanya. Saya tidak suka,” dalam akun @mahendradatta.
Diketahui bahwa pembuatan vaksin tersebut sudah dilakukan sejak tahun 2003 oleh sepasang suami istri bernama Hidayat Taufiqurahman dan Rita Agustina. Keduanya berhasil ditangkap oleh Bareskrim Polri di perumahan mewah Jalan Kumala 2 Perumahan Kemang Pratama Regency, Bekasi Timur pada hari Selasa (21/06/2016).
Masyarakat pun mengapresiasi atas tindakan polisi yang telah berhasil membongkar kasus yang meresahkan masyarakat, terutama anak-anak yang sejak dulu sudah menjadi korban.
Namun ternyata pemberitaan tersebut justru membuat sebagian media mengaitkannya dengan penampilan dan juga agama dari pelakunya. Tentu saja ini nampak dari sosok Rita Agustina yang mengenakan jilbab.
Dalam salah satu media nasional disebutkan bahwa pembuat vaksin palsu tersebut ‘Rajin Shalat’. Sementara di media lainnya disebutkan bahwa pemalsu vaksin merupakan sosok yang ‘Religius’.
Hal ini tentu saja bertolak belakang dengan keutamaan ibadah seperti shalat dimana jika dilakukan dengan benar maka mampu mencegah seseorang dari perbuatan keji dan mungkar.
Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
Media-media tersebut terlalu mengeneralisasikan permasalahan sehingga sampai menyangkut ibadahnya, bukan pribadinya. Padahal yang menjadi kesalahan utama adalah pribadinya masing-masing dan tidak berkaitan sama sekali dengan agama seseorang.
Boleh jadi meskipun agamanya islam, belum tentu perilaku dan hatinya islam. Banyak terlihat saat ini dimana umat islam ada yang enggan mengikuti aturan Allah dan RasulNya. Hal itu menandakan bahwa bukan islam dan ajarannya yang salah, melainkan individunya sendiri karena tidak mengikuti aturan Allah dan RasulNya.
Pemalsu vaksin yang kini menjadi pemberitaan sesungguhnya termasuk orang yang lalai dalam shalatnya dan tidak menjadikan shalat sebagai benteng dari perbuatannya untuk melakukan kekejian dan kejahatan.
Al Hasan berkata
مَنْ صَلَّى صَلاَةً لَمْ تَنْهَهُ عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمنْكَرِ، لَمْ يَزْدَدْ بِهَا مِنَ اللهِ إِلاَّ بُعْدًا
Sementara Abul Aliyah berkata:
إِنَّ الصَّلاَةَ فِيْهَا ثَلاَثُ خِصَالٍ فَكُلُّ صَلاَةٍ لاَ يَكُوْنُ فِيْهَا شَيْءٌ مِنْ هَذِهِ الخَلاَل فَلَيْسَتْ بِصَلاَةٍ: الإِخْلاَصُ، وَالْخَشْيَةُ، وَذِكْرُ اللهِ. فَالإِخْلاَصُ يَأْمُرُهُ بِاْلمعْرُوْفِ، وَالخَشْيَةُ تَنْهَاهُ عَنِ المنْكَرِ، وَذِكْرُ القُرْآنِ يَأْمُرُهُ وَيَنْهَاهُ.
Atas pemberitaan yang menyudutkan umat islam itu, berbagai pihak pun menyayangkan dan mengkritik media-media tersebut lewat media sosial seperti di Twitter.
Akun @rendranila menulis, “Yang terjadi kejahatan atas vaksin palsu, tapi dikaitkan dengan jilbab dan nilai relijius adalah spin ampuh dari para Islamic Haters.”
Sementara akun @capi_zul320 menulis, “Waktu yang berulah non muslim, nobody bats an eye. Tapi giliran muslim yang kena, everybody loses their mind.”
Bahkan seorang advokat senior, Mahendradatta menyatakan sikapnya atas pemberitaan tersebut.
“Expose berita kasus penggrebekan vaksin palsu, diplintir & dilebay-lebaykan tentang kaitan agama tersangkanya. Saya tidak suka,” dalam akun @mahendradatta.
Baca Juga: Vaksin Palsu, Belasan Tahun Beredar Baru Terungkap SekarangSemoga media-media tersebut segera menyadari kesalahan mereka untuk bersikap netral dan memandang kesalahan seseorang atas pribadinya, bukan agamanya. Wallahu A’lam