Tak Mau Bersyukur, Rasul Pun Enggan Untuk Mendoakannya │ Salah satu keutamaan bersyukur seperti yang telah dijelaskan oleh Allah dalam al Qur’an adalah semakin ditambahkannya nikmat yang akan Allah beri. Namun tak hanya itu saja, bersyukur pun akan mendatangkan berbagai macam kebaikan.
Kisah yang berasal dari Ishak bin Abdullah bin Abi Thalhah bisa menjadi renungan untuk kita semua bagaimana Rasulullah sendiri enggan mendoakan orang yang tidak mau bersyukur.
Diceritakan bahwa suatu hari datang seorang laki-laki kepada Rasulullah. Maka Rasulullah kemudian bertanya kepada laki-laki tersebut, “Bagaimana keadaanmu?”. Laki-laki itu menjawab, “Alhamdulillah, saya bersyukur kepada Allah untukmu Wahai Nabi.” Mendengar jawaban tersebut, Rasulullah kemudian mendoakannya.
Keesokan harinya, laki-laki itu pun menemui Rasulullah dan Rasul menanyakan kembali kabarnya. Dengan singkat laki-laki itu menjawab, “Baik”. Maka Rasulullah kemudian terdiam dan tak sedikit pun melakukan seperti hari kemarin.
Melihat hal tersebut, si laki-laki heran dan bertanya, “Ya Rasulullah, kemarin engkau menanyakan keadaanku lalu engkau mendoakanku. Hari ini engkau bertanya kepadaku, tetapi tidak mendoakanku. Mengapa demikian?” Rasulullah kemudian menjawab, “Ketika aku bertanya kepadamu, engkau bersyukur kepada Allah. Sedangkan hari ini aku bertanya, tetapi engkau diam saja, tidak bersyukur kepadaNya.”
Kisah yang terdapat dalam Kitabusy Syukur karya Abu Bakar Abdullah bin Muhammad di atas merupakan kisah yang sarat akan hikmah dan bisa diambil sebagai pelajaran. Pertama adalah selalu mengucap syukur kepada Allah meski hanya berupa ucapan lisan saja. Sementara hal yang kedua adalah kesadaran untuk selalu merasakan nikmat yang Allah beri berupa kesehatan dan kesempatan untuk menikmati hidup. Inilah dua nikmat yang seringkali terlupa untuk disyukuri sehingga Rasulullah pun berpesan dalam sabdanya.
“Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu olehnya, yakni kesehatan dan kesempatan.” (HR Bukhari)
Rasa sehat hanya akan bisa terasa ketika seseorang mengalami sakit. Bagaimana nikmatnya bernapas ketika hidung sedang flu, bagaimana enaknya makan ketika sedang sariawan dan bagaimana enaknya berjalan dengan normal ketika kaki sedang keseleo. Semua itu baru terasa ketika tubuh mengalami hal yang sebaliknya.
Kita pun sering melupakan nikmat diberi kesempatan. Hal ini baru terasa ketika hidup disibukkan dengan berbagai urusan sehingga tidak ada waktu untuk melakukan kegiatan yang ingin dilakukan.
Wallahu A’lam
Kisah yang berasal dari Ishak bin Abdullah bin Abi Thalhah bisa menjadi renungan untuk kita semua bagaimana Rasulullah sendiri enggan mendoakan orang yang tidak mau bersyukur.
Diceritakan bahwa suatu hari datang seorang laki-laki kepada Rasulullah. Maka Rasulullah kemudian bertanya kepada laki-laki tersebut, “Bagaimana keadaanmu?”. Laki-laki itu menjawab, “Alhamdulillah, saya bersyukur kepada Allah untukmu Wahai Nabi.” Mendengar jawaban tersebut, Rasulullah kemudian mendoakannya.
Keesokan harinya, laki-laki itu pun menemui Rasulullah dan Rasul menanyakan kembali kabarnya. Dengan singkat laki-laki itu menjawab, “Baik”. Maka Rasulullah kemudian terdiam dan tak sedikit pun melakukan seperti hari kemarin.
Melihat hal tersebut, si laki-laki heran dan bertanya, “Ya Rasulullah, kemarin engkau menanyakan keadaanku lalu engkau mendoakanku. Hari ini engkau bertanya kepadaku, tetapi tidak mendoakanku. Mengapa demikian?” Rasulullah kemudian menjawab, “Ketika aku bertanya kepadamu, engkau bersyukur kepada Allah. Sedangkan hari ini aku bertanya, tetapi engkau diam saja, tidak bersyukur kepadaNya.”
Kisah yang terdapat dalam Kitabusy Syukur karya Abu Bakar Abdullah bin Muhammad di atas merupakan kisah yang sarat akan hikmah dan bisa diambil sebagai pelajaran. Pertama adalah selalu mengucap syukur kepada Allah meski hanya berupa ucapan lisan saja. Sementara hal yang kedua adalah kesadaran untuk selalu merasakan nikmat yang Allah beri berupa kesehatan dan kesempatan untuk menikmati hidup. Inilah dua nikmat yang seringkali terlupa untuk disyukuri sehingga Rasulullah pun berpesan dalam sabdanya.
“Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu olehnya, yakni kesehatan dan kesempatan.” (HR Bukhari)
Rasa sehat hanya akan bisa terasa ketika seseorang mengalami sakit. Bagaimana nikmatnya bernapas ketika hidung sedang flu, bagaimana enaknya makan ketika sedang sariawan dan bagaimana enaknya berjalan dengan normal ketika kaki sedang keseleo. Semua itu baru terasa ketika tubuh mengalami hal yang sebaliknya.
Kita pun sering melupakan nikmat diberi kesempatan. Hal ini baru terasa ketika hidup disibukkan dengan berbagai urusan sehingga tidak ada waktu untuk melakukan kegiatan yang ingin dilakukan.
Baca Juga: Belajarlah Mensyukuri Nikmat Allah Setiap SaatKarenanya sudah sepatutnya bagi kita semua untuk senantiasa bersyukur masih diberi kesempatan hidup dan nikmat sehat sebelum ajal menjemput. Terapkanlah kesyukuran dalam bentuk ucapan lisan, bertobat dan senantiasa beribadah kepadaNya.
Wallahu A’lam