Hikmah Diculik Abu Sayyaf: Dulu Jarang Shalat Kini Rajin Shalat Tepat Waktu
Dilansir dari Tempo, Bayu memiliki pengalaman yang berkesan selama menjadi sandera Abu Sayyaf.
“Dalam kondisi perang dan terus berpindah tempat persembunyian di hutan, mereka tetap menunaikan shalat wajib berjamaah dan tepat waktu.” Ucap Bayu.
Bayu juga menjelaskan bahwa keadaan hutan yang sulit mendapatkan air membuat mereka dan para sandera bersuci dengan cara bertayamum. Tak ada perbedaan antara mereka dengan para sandera dimana sama-sama melaksanakan shalat berjamaah.
Sementara tiga sandera yang mengaku sebagai mualaf seperti Peter Tonsen juga ikut melaksanakan shalat meski terlihat kaku. Kelompok Abu Sayyaf memang sebelumnya telah mengetahui karena ketika hari penangkapan, kapten kapal tersebut mengenakan kalung salib. Akan tetapi para sandera memang tidak dibeda-bedakan, meski bukan dari non muslim.
Citra kejam dan brutal yang ada dalam diri kelompok Abu Sayyaf sebenarnya masih memiliki jiwa kemanusiaan. Hal ini nampak jelas seperti yang dialami oleh Bayu dimana beberapa dari anggota Abu Sayyaf pernah bertanya kepada Bayu tentang keluarga di Indonesia.
“Namun mereka langsung terdiam saat saya bilang istri saya baru mengandung anak pertama. Mereka sepertinya kasihan kepada saya.” Tutur Bayu.
Meski telah mengalami penyanderaan, Bayu tidak gentar untuk menjadi juru mudi kembali di PT Patria Maritim Lines. Baginya, hal tersebut sudah menjadi cita-citanya sejak kecil. Jika pun memang terjadi masalah lagi seperti dahulu, ia serahkan saja kepada Allah.
Sementara itu pihak keluarga Bayu yakni Sutomo selaku ayahnya tidak melarang anaknya untuk kembali bekerja sebagai pelayar. Mereka senantiasa mendukung semua keputusan yang dipilih Bayu, apapun resikonya.
Baca Juga: