Seringkali saya melihat sebuah 'perang' komentar yang begitu ramai di sosial media, seperti di status FB, Instagram dan media lainnya.
Perang tersebut kadang terlihat konyol karena orang yang saling berseteru ternyata berbeda arah alias berbeda maksud dari isi tulisan (tautan atau link). Ada juga yang ramai-ramai memberi komentar miring terhadap satu tulisan (tautan) yang sebenarnya juga kalau disimak dari isi dan maksud tulisan tidak seperti yang dituduhkan para komentator.
Dengan enteng orang memberi komentar yang sudah kemana mana padahal isi tulisan juga tidak kemana-mana. Ya, hasilnya tidak nyambung. Yang kasihan si penulisnya yang dibully ramai-ramai karena sesuatu yang sebenarnya tidak ia tulis.
Jika diteliti lebih lanjut ternyata sumber perang tersebut adalah karena mayoritas komentator tidak membaca dengan teliti apa yang ditulis. Malah kadang tidak membaca sama sekali hanya melihat judul saja langsung memborbardir si penulis dengan kata kata kotor yang memancing orang lain untuk berkomentar.
Kalau cuma tidak nyambung masih tidak terlalu berbahaya, yang berbahaya adalah jika komentar sudah men-judge dan memberi kesimpulan yang memancing emosi. Sebenarnya mudah sekali melihat sebuah komentar yang asal saja. Asal si penulis senang, asal menumpahkan kekesalan, asal berbeda, asal jadi pusat perhatian, asal terlihat kebencian, asal ikut kemana angin berhembus dan asal asal lainnya. Ke-asalan tersebut salah satunya karena si komentator sebenarnya tidak membaca tulisan sebelum berkomentar.
Membaca Masih Menjadi Momok
Dugaan saya karena kegiatan membaca masih menjadi momok. Kemalasan, keengganan, ribet baca tulisan, bikin capek, bikin ngantuk, gak kenal sama nama penulis, tidak ada waktu dan bermacam alasan lainnya. Egoisme, rasa tinggi hati, meremehkan tulisan penulis lain menjadi alasan seorang yang berada dilingkar dunia literasi malas membaca tulisan orang lain.
Tak ada yang salah dari penulis yang beropini selagi bisa membuktikan opininya benar dan didukung fakta dan bukti yang valid. Yang sering terjadi adalah terkadang opini yang asal semaunya saja. Hanya mengikuti kebencian yang sudah tertanam sebelumnya. Ketidaksukaan terhadap tokoh, institusi lembaga, partai hingga budaya tertentu.
Kalau sudah begitu maka tak ada lagi yang positif bagi yang membacanya. Semuanya serba hitam pekat. Semuanya serba salah. Orang yang berkomentar harusnya sadar, bahwa apa yang telah ditulis dalam ruang komentar akan terekam dengan baik. Akan diingat dengan baik dalam sejarah hidupnya.
Nah, seperti halnya tulisan, Dalam berkomentar pun juga dibutuhkan kebijakan dan kecerdasan. Jangan asal berkomentar padahal tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang sebenarnya ditulis. Kebanyakan dari mereka hanya ingin terlihat berbeda dan terlihat melawan mainstream. Atau sebaliknya asal ikut pendapat mainstream tanpa membaca apa yang sebenarnyanya ditulis dan dibagikan.
Oleh karena itu, Sebaiknya sebelum Membagikan tautan, Bacalah Terlebih Dahuluisinya, Karena sering saya lihat banyak orang suka membagikan -share- tautan di sosial media seperti Facebook. Hal ini sah sah saja. Apalagi membagikan tautan yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Dengan begitu banyak kebaikan yang dapat dibaca orang lain.
Namun sayang, banyak pula orang yang tidak membaca secara baik apa tautan yang akan dibagikan. Apakah berisi hal yang benar. Karena kadang yang dibagikan adalah berita hoax. Berita yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. Bisa jadi isinya berbeda dengan judul dan sebagainya.
Kalau sudah terjadi seperti itu, Maka berita yang salah akan terus menyebar dan akan membentuk opini yang juga salah kaprah di masyarakat. Maka membaca dengan teliti apa yang akan dikomentari atau akan dibagikan menjadi sebuah keharusan. Jangan pernah menjadi orang yang gagal paham karena malas membaca. Salam internet sehat.
Perang tersebut kadang terlihat konyol karena orang yang saling berseteru ternyata berbeda arah alias berbeda maksud dari isi tulisan (tautan atau link). Ada juga yang ramai-ramai memberi komentar miring terhadap satu tulisan (tautan) yang sebenarnya juga kalau disimak dari isi dan maksud tulisan tidak seperti yang dituduhkan para komentator.
Dengan enteng orang memberi komentar yang sudah kemana mana padahal isi tulisan juga tidak kemana-mana. Ya, hasilnya tidak nyambung. Yang kasihan si penulisnya yang dibully ramai-ramai karena sesuatu yang sebenarnya tidak ia tulis.
Jika diteliti lebih lanjut ternyata sumber perang tersebut adalah karena mayoritas komentator tidak membaca dengan teliti apa yang ditulis. Malah kadang tidak membaca sama sekali hanya melihat judul saja langsung memborbardir si penulis dengan kata kata kotor yang memancing orang lain untuk berkomentar.
Kalau cuma tidak nyambung masih tidak terlalu berbahaya, yang berbahaya adalah jika komentar sudah men-judge dan memberi kesimpulan yang memancing emosi. Sebenarnya mudah sekali melihat sebuah komentar yang asal saja. Asal si penulis senang, asal menumpahkan kekesalan, asal berbeda, asal jadi pusat perhatian, asal terlihat kebencian, asal ikut kemana angin berhembus dan asal asal lainnya. Ke-asalan tersebut salah satunya karena si komentator sebenarnya tidak membaca tulisan sebelum berkomentar.
Membaca Masih Menjadi Momok
Dugaan saya karena kegiatan membaca masih menjadi momok. Kemalasan, keengganan, ribet baca tulisan, bikin capek, bikin ngantuk, gak kenal sama nama penulis, tidak ada waktu dan bermacam alasan lainnya. Egoisme, rasa tinggi hati, meremehkan tulisan penulis lain menjadi alasan seorang yang berada dilingkar dunia literasi malas membaca tulisan orang lain.
Tak ada yang salah dari penulis yang beropini selagi bisa membuktikan opininya benar dan didukung fakta dan bukti yang valid. Yang sering terjadi adalah terkadang opini yang asal semaunya saja. Hanya mengikuti kebencian yang sudah tertanam sebelumnya. Ketidaksukaan terhadap tokoh, institusi lembaga, partai hingga budaya tertentu.
Kalau sudah begitu maka tak ada lagi yang positif bagi yang membacanya. Semuanya serba hitam pekat. Semuanya serba salah. Orang yang berkomentar harusnya sadar, bahwa apa yang telah ditulis dalam ruang komentar akan terekam dengan baik. Akan diingat dengan baik dalam sejarah hidupnya.
Nah, seperti halnya tulisan, Dalam berkomentar pun juga dibutuhkan kebijakan dan kecerdasan. Jangan asal berkomentar padahal tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang sebenarnya ditulis. Kebanyakan dari mereka hanya ingin terlihat berbeda dan terlihat melawan mainstream. Atau sebaliknya asal ikut pendapat mainstream tanpa membaca apa yang sebenarnyanya ditulis dan dibagikan.
Oleh karena itu, Sebaiknya sebelum Membagikan tautan, Bacalah Terlebih Dahuluisinya, Karena sering saya lihat banyak orang suka membagikan -share- tautan di sosial media seperti Facebook. Hal ini sah sah saja. Apalagi membagikan tautan yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Dengan begitu banyak kebaikan yang dapat dibaca orang lain.
Namun sayang, banyak pula orang yang tidak membaca secara baik apa tautan yang akan dibagikan. Apakah berisi hal yang benar. Karena kadang yang dibagikan adalah berita hoax. Berita yang tidak bisa dipertanggung jawabkan. Bisa jadi isinya berbeda dengan judul dan sebagainya.
Kalau sudah terjadi seperti itu, Maka berita yang salah akan terus menyebar dan akan membentuk opini yang juga salah kaprah di masyarakat. Maka membaca dengan teliti apa yang akan dikomentari atau akan dibagikan menjadi sebuah keharusan. Jangan pernah menjadi orang yang gagal paham karena malas membaca. Salam internet sehat.