Awas! Jangan Mengejek Orang Yang Berbuat Dosa │ Ada bahaya besar yang tersembunyi ketika kita merasa diri lebih baik daripada orang lain yang telah berbuat dosa. Lebih-lebih ketika kita menjelek-jelekkan dan meremehkannya. Misalnya saja dengan ucapan-ucapan: “kok bisa sih kamu berbuat zin4 seperti itu? Bukankah kamu tahu bahwa itu adalah dosa besar? Kalau aku sih jelas tak mungkin berbuat demikian.”
Memang sifat manusia ketika mengetahui bahwa saudaranya telah terjerumus dalam dosa, hal pertama yang dipikirkan adalah kok bisa dia berbuat demikian? Kemudian kita menyayangkan akan perbuatan tersebut. Hal selanjutnya dan yang berbahaya adalah ketika kita bersyukur karena bukan kita yang berbuat dosa itu lalu kita menilai orang yang berbuat dosa lebih rendah dan kita lebih baik darinya.
Jika kita pernah berbuat demikian, cepat-cepatlah memohon ampun kepada Allah. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut.” (Madarijus Salikin, 1: 176)
Jadi jika kita mengejek orang yang berbuat dosa, maka kemungkinan kita juga bisa berpeluang besar untuk melakukan dosa yang sama. Maksud jangan mengejek orang yang berbuat dosa di sini beda halnya dengan mengingkari kemungkaran. Mengingkari dosa atau kemungkaran dilakukan dengan cara lillahi Ta‘ala, ikhlas karena Allah dengan mengharap orang yang berbuat dosa bertaubat memperbaiki diri dan kembali pada jalan kebenaran.
Sedangkan Ta’yir (menjelek-jelekkan) mengandung maksud meremehkan orang lain dan merasa diri lebih bersih dari segala macam noda dan dosa. Dalam Ta’yir terkandung kesombongan. Padahal kita tidak pernah tahu mungkin saja pelaku dosa tersebut telah bertaubat dengan taubatan nasuha yang diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sedangkan sifat Allah sungguh Ghofurur Rohiimm, Maha Pengampun dan Maha penyayang.
Bukankah dosa sepenuh lautan pun akan Allah ampuni jika seorang hamba mau bersungguh-sungguh memohon ampunanNya?
Jika kita mengejek dan menjelek-jelekkan serta merasa diri lebih baik, maka hal tersebut telah mendahului ketentuan Allah. Allah pun bisa membuat kita berbuat yang lebih buruk dari orang yang kita ejek.
Wallahu A’lam
Memang sifat manusia ketika mengetahui bahwa saudaranya telah terjerumus dalam dosa, hal pertama yang dipikirkan adalah kok bisa dia berbuat demikian? Kemudian kita menyayangkan akan perbuatan tersebut. Hal selanjutnya dan yang berbahaya adalah ketika kita bersyukur karena bukan kita yang berbuat dosa itu lalu kita menilai orang yang berbuat dosa lebih rendah dan kita lebih baik darinya.
Jika kita pernah berbuat demikian, cepat-cepatlah memohon ampun kepada Allah. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: “Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut.” (Madarijus Salikin, 1: 176)
Jadi jika kita mengejek orang yang berbuat dosa, maka kemungkinan kita juga bisa berpeluang besar untuk melakukan dosa yang sama. Maksud jangan mengejek orang yang berbuat dosa di sini beda halnya dengan mengingkari kemungkaran. Mengingkari dosa atau kemungkaran dilakukan dengan cara lillahi Ta‘ala, ikhlas karena Allah dengan mengharap orang yang berbuat dosa bertaubat memperbaiki diri dan kembali pada jalan kebenaran.
Sedangkan Ta’yir (menjelek-jelekkan) mengandung maksud meremehkan orang lain dan merasa diri lebih bersih dari segala macam noda dan dosa. Dalam Ta’yir terkandung kesombongan. Padahal kita tidak pernah tahu mungkin saja pelaku dosa tersebut telah bertaubat dengan taubatan nasuha yang diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sedangkan sifat Allah sungguh Ghofurur Rohiimm, Maha Pengampun dan Maha penyayang.
Bukankah dosa sepenuh lautan pun akan Allah ampuni jika seorang hamba mau bersungguh-sungguh memohon ampunanNya?
Jika kita mengejek dan menjelek-jelekkan serta merasa diri lebih baik, maka hal tersebut telah mendahului ketentuan Allah. Allah pun bisa membuat kita berbuat yang lebih buruk dari orang yang kita ejek.
Baca Juga: Hukum Menganggap Kafir dan Mengkafirkan Orang LainKarenanya sudah sepatutnya bagi kita untuk saling mengingatkan tanpa harus mengejek. Kita pun harus senantiasa berhati-hati dan terus meminta perlindungan Allah karena dosa yang lebih buruk bisa jadi akan menimpa diri kita.
Wallahu A’lam