Inilah Ulama Yang Pertama Kali Menemukan Dan Menuliskan Ilmu Tajwid │ Salah satu ilmu yang harus dimiliki oleh seorang muslim ketika membaca Al Quran adalah ilmu tajwid. Hal ini penting mengingat salah sedikit dalam pengucapannya, maka akan sangat berbeda maknanya.
Dahulu para murid mempelajari ilmu qiraah langsung dari ucapan sang guru ketika membacakan ayat per ayat sehingga tidak bisa langsung mempelajarinya sendiri. merekalah generasi para sahabat dan tabiin yang tidak pernah mempelajari ilmu tajwid dalam bentuk kitab, melainkan langsung bertalaqqi (berguru) kepada guru mereka.
Keterangan ini diperoleh dari Syaikh Muhammad Al Mar’asyi yang berkata: “Tajwid Al Quran terkadang didapatkan oleh seorang penuntut ilmu dengan cara musyafahah (secara lisan) dari Syaikh Mujawwid (ahli tajwid) dengan tanpa mengenal permasalahan-permasalahan ini. Bahkan musyafahah menjadi landasan dalam mendapatkannya. Akan tetapi dengan perantara ilmu tersebut akan memudahkannya dalam musyafahah, bertambah kemahirannya serta (ilmu) yang diambil terjaga dari keraguan dan tahrif (perubahan).
Lantas siapakah yang telah menemukan ilmu tajwid dan membukukannya dalam bentuk kitab?
Ulama yang pertama kali menuliskan ilmu tajwid dan membukukannya bernama Abu Muzahim al Khaqani. Nama lengkap dari ulama tersebut adalah Musa bin Ubaidillah bin Yahya bin Khaqan. Beliau lahir pada tahun 248 H dan wafat pada tahun 325 H.
Keterangan tentang ulama penulis tajwid tersebut diperkuat oleh perkataan Imam Ibnul Jazari, “Dialah orang yang pertama kali menulis tentang tajwid.” Para ulama pun menyebut kitab yang ditulis oleh Abu Muzahim dengan nama Al Qashidah al Khaqaniyah.
Apa yang dilakukan oleh Abu Muzahim benar-benar bermanfaat terutama dalam mempelajari Al Quran secara benar. Bahkan setelah itu, bermunculan beberapa ulama lainnya yang menuliskan ilmu yang serupa.
Mereka antara lain Abul Hasan Ali bin Ja’far Muhammad As Sa’idi ar Razi yang telah wafat pada tahun 410 H. Dalam hidupnya ia menuliskan kitab ilmu tajwid dengan judul at Tanbih ‘ala al Lahnil Jaliy wal Lahnil Khafiy. Kemudian setelahnya muncul ulama bernama Abu Muhammad Makki bin Abu Thalib al Qaisi. Ulama penulis ilmu tajwid ini wafat pada tahun 437 H dan membuat kitab bernama ar Ri’ayah li Tajwidil Qiraah wa Tahqiqi Lafzhit Tilawah.
Baru setelah itu muncul Abu Amr Utsman bin Said ad Dani yang menuliskan kitab at Tahdid fil Itqan wat Tajwid. Beliau menuliskan dalam kitabnya bahwa penulisan ilmu tajwid tersebut ditujukan untuk menyadarkan para qari di jamannya yang banyak menyepelekan ilmu tajwid ketika membaca Al Quran.
Semenjak itulah ilmu yang berkaitan dengan makharijul huruf dan sifat-sifatnya dikenal dengan nama ilmu tajwid.
Wallahu A’lam
Dahulu para murid mempelajari ilmu qiraah langsung dari ucapan sang guru ketika membacakan ayat per ayat sehingga tidak bisa langsung mempelajarinya sendiri. merekalah generasi para sahabat dan tabiin yang tidak pernah mempelajari ilmu tajwid dalam bentuk kitab, melainkan langsung bertalaqqi (berguru) kepada guru mereka.
Keterangan ini diperoleh dari Syaikh Muhammad Al Mar’asyi yang berkata: “Tajwid Al Quran terkadang didapatkan oleh seorang penuntut ilmu dengan cara musyafahah (secara lisan) dari Syaikh Mujawwid (ahli tajwid) dengan tanpa mengenal permasalahan-permasalahan ini. Bahkan musyafahah menjadi landasan dalam mendapatkannya. Akan tetapi dengan perantara ilmu tersebut akan memudahkannya dalam musyafahah, bertambah kemahirannya serta (ilmu) yang diambil terjaga dari keraguan dan tahrif (perubahan).
Lantas siapakah yang telah menemukan ilmu tajwid dan membukukannya dalam bentuk kitab?
Ulama yang pertama kali menuliskan ilmu tajwid dan membukukannya bernama Abu Muzahim al Khaqani. Nama lengkap dari ulama tersebut adalah Musa bin Ubaidillah bin Yahya bin Khaqan. Beliau lahir pada tahun 248 H dan wafat pada tahun 325 H.
Keterangan tentang ulama penulis tajwid tersebut diperkuat oleh perkataan Imam Ibnul Jazari, “Dialah orang yang pertama kali menulis tentang tajwid.” Para ulama pun menyebut kitab yang ditulis oleh Abu Muzahim dengan nama Al Qashidah al Khaqaniyah.
Apa yang dilakukan oleh Abu Muzahim benar-benar bermanfaat terutama dalam mempelajari Al Quran secara benar. Bahkan setelah itu, bermunculan beberapa ulama lainnya yang menuliskan ilmu yang serupa.
Mereka antara lain Abul Hasan Ali bin Ja’far Muhammad As Sa’idi ar Razi yang telah wafat pada tahun 410 H. Dalam hidupnya ia menuliskan kitab ilmu tajwid dengan judul at Tanbih ‘ala al Lahnil Jaliy wal Lahnil Khafiy. Kemudian setelahnya muncul ulama bernama Abu Muhammad Makki bin Abu Thalib al Qaisi. Ulama penulis ilmu tajwid ini wafat pada tahun 437 H dan membuat kitab bernama ar Ri’ayah li Tajwidil Qiraah wa Tahqiqi Lafzhit Tilawah.
Baru setelah itu muncul Abu Amr Utsman bin Said ad Dani yang menuliskan kitab at Tahdid fil Itqan wat Tajwid. Beliau menuliskan dalam kitabnya bahwa penulisan ilmu tajwid tersebut ditujukan untuk menyadarkan para qari di jamannya yang banyak menyepelekan ilmu tajwid ketika membaca Al Quran.
Semenjak itulah ilmu yang berkaitan dengan makharijul huruf dan sifat-sifatnya dikenal dengan nama ilmu tajwid.
Wallahu A’lam