Aksi penolakan warga terhadap pembongkaran dan autopsi jenazah terduga teroris Siyono (34) ternyata tak berbukti dan hanya merupakan rekayasa belaka, Hal ini diungkap oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Klaten, Husni Thamrin.
"Surat pernyataan penolakan outopsi itu, ternyata penuh dengan kepalsuan," ujar Husni Thamrin, seperti dilansir dari Republika, Ahad (3/4).
Husni Thamrin membuktikan kalau surat penolakan itu hanya surat palsu belaka. Buktinya, jelas dia, semua warga di desa Pogung ikut membantu proses autopsi jenazah Siyono yang dilaksanakan oleh PP. Muhammadiyah, Bahkan sejak persiapan pelaksanaan outopsi, sampai selesai proses autopsi, warga ikut membantu secara sukarela.
"Kami semalam sampai tidak bisa tidur, menyiapkan tenda diatas lokasi makam almarhum. Tenda terpal, bambu, selang, ember, air, cangkul, dan semua peralatan yang menyiapkan warga sekitar. Mereka membantu kami sampai selesai" kata Husni.
Komandan FUI (Front Umat Islam) Kabupaten Klaten, Basyuno, mengamini pernyataan Husni Thamrin. Sejak Sabtu malam, dia menunggu pekerja untuk menyiapkan lokasi. Warga bahu membahu saling bergotong-royong, persis seperti acara pemakaman jenazah pada umumnya. Mereka membantu peralatan apa yang dibutuhkan untuk membuka lagi pemakaman Siyono.
Yang membuat hati trenyuh, tambah Basyuno, banyak diantara ibu-ibu kampung menyiapkan makanan. Ada yang menyuguhkan teh hangat dan kopi, pisang rebus, ketela rebus, bungkusan nasi. Pokoknya, ada bahan makanan tanaman kebun, dimasak bersama.
"Ini bentuk kepedulian warga terhadap keluarga almarhum," ungkap Basuno.
Jadi, lanjut Basuno, sikap penolakan tokoh masyarakat tidak terbukti adanya. Atau tidak segegap-gempita yang disiarkan media massa. Ternyata informasi itu penuh kepalsuan, atau rekayasa dari pihak tertentu saja.
Salah satu warga Dukung Brengkungan, RT 11, RW 05 Suparni (50), kaget mendengar berita bahwa warga menolak pembongkaran jenazah Siyono.
"Mboten wonten niku yen wargo menolak. Sedoyo wargo mesake keluarga almarhum, dados korban / (tidak ada kalau warga menolak. Semua warga belas kasihan keluarga almarhum, jadi korban," terang wanita yang jadi buruh serabutan tersebut.
Sebagian laki-laki dewasa, kemarin membantu membelah bambu untuk membendung lumpur makam almarhum. Mereka tidak ada yang memerintah. Kerja ini atas kesadaran sendiri.
"Ini kebutuhan bersama warga," kata seorang warga.
Hanya saja, petugas yang mengeruk makam ditangani anggota Kokam. Puluhan Kokam bermandikan lumpur. Seragam celana dan baju doreng penuh dengan lumpur. Mereka berjam-jam berjuang melawan derasnya sumber air yang ada dimakam. Setelah berhasil mengangkat jenazah. Mereka membersihkan lumpur dalam kubangan sebelah utara makam.
Proses Autopsi Jenazah Siyono / Republika |
"Surat pernyataan penolakan outopsi itu, ternyata penuh dengan kepalsuan," ujar Husni Thamrin, seperti dilansir dari Republika, Ahad (3/4).
Husni Thamrin membuktikan kalau surat penolakan itu hanya surat palsu belaka. Buktinya, jelas dia, semua warga di desa Pogung ikut membantu proses autopsi jenazah Siyono yang dilaksanakan oleh PP. Muhammadiyah, Bahkan sejak persiapan pelaksanaan outopsi, sampai selesai proses autopsi, warga ikut membantu secara sukarela.
"Kami semalam sampai tidak bisa tidur, menyiapkan tenda diatas lokasi makam almarhum. Tenda terpal, bambu, selang, ember, air, cangkul, dan semua peralatan yang menyiapkan warga sekitar. Mereka membantu kami sampai selesai" kata Husni.
Komandan FUI (Front Umat Islam) Kabupaten Klaten, Basyuno, mengamini pernyataan Husni Thamrin. Sejak Sabtu malam, dia menunggu pekerja untuk menyiapkan lokasi. Warga bahu membahu saling bergotong-royong, persis seperti acara pemakaman jenazah pada umumnya. Mereka membantu peralatan apa yang dibutuhkan untuk membuka lagi pemakaman Siyono.
Yang membuat hati trenyuh, tambah Basyuno, banyak diantara ibu-ibu kampung menyiapkan makanan. Ada yang menyuguhkan teh hangat dan kopi, pisang rebus, ketela rebus, bungkusan nasi. Pokoknya, ada bahan makanan tanaman kebun, dimasak bersama.
"Ini bentuk kepedulian warga terhadap keluarga almarhum," ungkap Basuno.
Jadi, lanjut Basuno, sikap penolakan tokoh masyarakat tidak terbukti adanya. Atau tidak segegap-gempita yang disiarkan media massa. Ternyata informasi itu penuh kepalsuan, atau rekayasa dari pihak tertentu saja.
Salah satu warga Dukung Brengkungan, RT 11, RW 05 Suparni (50), kaget mendengar berita bahwa warga menolak pembongkaran jenazah Siyono.
"Mboten wonten niku yen wargo menolak. Sedoyo wargo mesake keluarga almarhum, dados korban / (tidak ada kalau warga menolak. Semua warga belas kasihan keluarga almarhum, jadi korban," terang wanita yang jadi buruh serabutan tersebut.
Baca Juga: Setelah Diautopsi, Jenazah Siyono Utuh Dan Tak Berbau Sama Sekali
Sebagian laki-laki dewasa, kemarin membantu membelah bambu untuk membendung lumpur makam almarhum. Mereka tidak ada yang memerintah. Kerja ini atas kesadaran sendiri.
"Ini kebutuhan bersama warga," kata seorang warga.
Hanya saja, petugas yang mengeruk makam ditangani anggota Kokam. Puluhan Kokam bermandikan lumpur. Seragam celana dan baju doreng penuh dengan lumpur. Mereka berjam-jam berjuang melawan derasnya sumber air yang ada dimakam. Setelah berhasil mengangkat jenazah. Mereka membersihkan lumpur dalam kubangan sebelah utara makam.