Renungan Islami: Inilah Ilmu Kebaikan Yang Justru Membawa Bencana │ Ilmu yang didapat meskipun berupa kebaikan, namun kadangkala akhirnya tidak bisa memberikan kemanfaatan. Bahkan justru membawa dirinya dalam jurang bencana yang berkepanjangan.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman:
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda) maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.” (QS Al Arof 175)
Dalam firman Allah tersebut, Ibnu Abbas menyatakan bahwa orang yang dimaksud tak lain adalah Bal’am bin Ba’ura. Berdasarkan ulama tafsir seperti Ibnu Katsir, diketahui bahwa Bal’am bin Ba’ura merupakan seorang wali Allah di jaman Nabi Musa dan berasal dari kalangan Bani Israil. Karena keilmuannya tersebut, setiap doa yang dipanjatkannya selalu mustajab atau dikabulkan. Ia pun termasuk salah seorang yang diberi ilmu tentang Ismul A’dham atau nama-nama Allah yang paling agung.
Dari keterangan Ibnu Mas’ud, Wali Allah Bani Israil ini juga merupakan seorang ahli ibadah yang diutus oleh Nabi Musa untuk menyampaikan dakwah tauhid kepada Raja Madyan. Ketika menyampaikan dakwahnya, sang Raja justru memberikan sejumlah fasilitas duniawi kepada ulama tersebut sehingga merasa nyaman di sana. Sang Raja pun akan memberikan sejumlah fasilitas berupa harta dan jabatan jika Bal’am mau meninggalkan ajaran Nabi Musa ‘Alaihi Salam.
Karena godaan duniawi tersebut, akhirnya Bal’am bin Ba’ura pun tak kuat memegang keimanannya dan menerima tawaran dari Raja Madyan. Dengan kata lain ia telah meninggalkan ajaran Nabi Musa dan menjadi orang yang tersesat dalam akidah.
***
Kisah tersebut seharusnya menjadi peringatan bagi umat Islam bahwa godaan nafsu keduniaan mampu melenakan, meski kepada mereka yang dianugerahi ilmu kebaikan oleh Allah.
Seorang alim yang sekaligus ahli ibadah tidak akan memberikan jaminan bahwa ia mampu tahan terhadap godaan duniawi. Keindahan dunia seperti harta berlimpah, jabatan yang tinggi serta wanita yang mempesona bisa saja menjerumuskan orang yang berilmu dan rajin beribadah sekali pun.
Semua godaan itu hanya bisa ditepis dengan keimanan dan ketakwaan yang telah menghujam dalam hati sanubari setiap muslim. Karena setiap kali dunia menggoda, maka ia pun langsung teringat kepada Allah yang Maha Mengetahui.
Orang yang telah mendapatkan ilmu dan kemudian melepaskan ilmu kebaikan tersebut maka laksana seperti ular yang melepaskan diri dari kulitnya. Ia sebelumnya begitu memahami ayat demi ayat yang ia pelajari, namun karena dunia begitu menggoda, akhirnya ia pun meninggalkannya. Sungguh sangat buruk perumpamaan orang seperti itu karena disamakan dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya setiap saat. Na’udzu Billahi Min Dzalik.
Karenanya ketika mendapatkan suatu ilmu kebaikan dan belajar untuk memahaminya, sertailah dengan keimanan yang kuat agar Allah meninggiikan derajat dan perlindungan kepada kita. Sementara jika keilmuan tidak didasari dengan keimanan, hal itu hanya akan menjadi sumber malapetaka dan bencana semata.
Wallahu A’lam
Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah berfirman:
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda) maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat.” (QS Al Arof 175)
Dalam firman Allah tersebut, Ibnu Abbas menyatakan bahwa orang yang dimaksud tak lain adalah Bal’am bin Ba’ura. Berdasarkan ulama tafsir seperti Ibnu Katsir, diketahui bahwa Bal’am bin Ba’ura merupakan seorang wali Allah di jaman Nabi Musa dan berasal dari kalangan Bani Israil. Karena keilmuannya tersebut, setiap doa yang dipanjatkannya selalu mustajab atau dikabulkan. Ia pun termasuk salah seorang yang diberi ilmu tentang Ismul A’dham atau nama-nama Allah yang paling agung.
Dari keterangan Ibnu Mas’ud, Wali Allah Bani Israil ini juga merupakan seorang ahli ibadah yang diutus oleh Nabi Musa untuk menyampaikan dakwah tauhid kepada Raja Madyan. Ketika menyampaikan dakwahnya, sang Raja justru memberikan sejumlah fasilitas duniawi kepada ulama tersebut sehingga merasa nyaman di sana. Sang Raja pun akan memberikan sejumlah fasilitas berupa harta dan jabatan jika Bal’am mau meninggalkan ajaran Nabi Musa ‘Alaihi Salam.
Karena godaan duniawi tersebut, akhirnya Bal’am bin Ba’ura pun tak kuat memegang keimanannya dan menerima tawaran dari Raja Madyan. Dengan kata lain ia telah meninggalkan ajaran Nabi Musa dan menjadi orang yang tersesat dalam akidah.
***
Kisah tersebut seharusnya menjadi peringatan bagi umat Islam bahwa godaan nafsu keduniaan mampu melenakan, meski kepada mereka yang dianugerahi ilmu kebaikan oleh Allah.
Seorang alim yang sekaligus ahli ibadah tidak akan memberikan jaminan bahwa ia mampu tahan terhadap godaan duniawi. Keindahan dunia seperti harta berlimpah, jabatan yang tinggi serta wanita yang mempesona bisa saja menjerumuskan orang yang berilmu dan rajin beribadah sekali pun.
Semua godaan itu hanya bisa ditepis dengan keimanan dan ketakwaan yang telah menghujam dalam hati sanubari setiap muslim. Karena setiap kali dunia menggoda, maka ia pun langsung teringat kepada Allah yang Maha Mengetahui.
Orang yang telah mendapatkan ilmu dan kemudian melepaskan ilmu kebaikan tersebut maka laksana seperti ular yang melepaskan diri dari kulitnya. Ia sebelumnya begitu memahami ayat demi ayat yang ia pelajari, namun karena dunia begitu menggoda, akhirnya ia pun meninggalkannya. Sungguh sangat buruk perumpamaan orang seperti itu karena disamakan dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya setiap saat. Na’udzu Billahi Min Dzalik.
Karenanya ketika mendapatkan suatu ilmu kebaikan dan belajar untuk memahaminya, sertailah dengan keimanan yang kuat agar Allah meninggiikan derajat dan perlindungan kepada kita. Sementara jika keilmuan tidak didasari dengan keimanan, hal itu hanya akan menjadi sumber malapetaka dan bencana semata.
Wallahu A’lam