Rajin Shalat Tapi Tidak Bahagia? Ini Sebab Dan Solusinya │ Amalan yang menempati urutan teratas dan menjadi poin pertama yang akan dihisab di hari akhir adalah shalat. Hampir dalam Al Quran, perintah melaksanakan shalat selalu diulang-ulang, entah berupa perintah tersendiri ataupun bersama dengan kewajiban yang lainnya.
Kalimat “Dirikanlah Shalat” merupakan sebuah kalimat yang harusnya membuat mereka yang mengerjakannya bisa menggapai bahagia baik untuk kehidupan pribadinya sendiri ataupun untuk kehidupan bermasyarakat.
Akan tetapi tidak sedikit dari kita yang merasakan bahwa meski telah mendirikan shalat, kehidupan yang dijalani tidak bahagia. Apakah yang menjadi penyebabnya? Bagaimana pula solusi untuk mengatasinya?
Untuk menjadikan shalat sebagai sumber kebahagiaan, maka setiap hak dalam shalat haruslah terpenuhi, entah itu hak secara lahir ataupun batin. Sebagai hak secara lahir, maka setiap gerakan shalat haruslah dilakukan dengan tumaninah. Pahami setiap doa yang dibacakan dan lakukan dengan khusyuk.
Sementara hak secara batin, seorang muslim yang mengerjakan shalat haruslah merasa takut kepada Allah. Ini karena ia sedang berkomunikasi dengan sang pencipta langit dan bumi secara langsung. Ia pun sedang menyampaikan apa yang menjadi harapannya untuk bisa bahagia dunia akhirat.
Bagi umat Islam, shalat memiliki posisi yang penting. Bahkan Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar ia dan keluarganya dijadikan hamba-hamba yang mendirikan shalat. Rasulullah pun selalu menyeru agar keluarganya mau mendirikan shalat dan bersabar dalam melaksanakannya hingga tutup usia.
Shalat yang semacam inilah yang akan membuahkan hasil dimana mampu mencegah pelakunya dari keji dan mungkar. Segala kesulitan di dunia ini pun akan dihadapinya dengan tenang tanpa gentar sedikit pun.
Hasil akhir dari shalatnya kemudian akan menjadi pelebur dosa serta kesalahan yang selama ini tak bisa ia hindari. Shalat pun menjadikan dirinya terbentengi dari rasa cemas dan kikir.
Sementara jika shalat sudah kehilangan haknya, maka tidak akan membuah hasil sedikit pun. Ia hanya dikerjakan sekenanya dan jauh dari syariat yang mengaturnya. Seperti inilah shalat orang munafik yang disebutkan dalam Al Quran.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah, kecuali sedikit sekali.”
Kesimpulannya, penuhilah hak dari shalat dan lakukan dengan ikhlas karena Allah Ta’ala. InsyaAllah kehidupan yang kita jalani akan tenang dan bahagia.
Wallahu A’lam
Kalimat “Dirikanlah Shalat” merupakan sebuah kalimat yang harusnya membuat mereka yang mengerjakannya bisa menggapai bahagia baik untuk kehidupan pribadinya sendiri ataupun untuk kehidupan bermasyarakat.
Akan tetapi tidak sedikit dari kita yang merasakan bahwa meski telah mendirikan shalat, kehidupan yang dijalani tidak bahagia. Apakah yang menjadi penyebabnya? Bagaimana pula solusi untuk mengatasinya?
Untuk menjadikan shalat sebagai sumber kebahagiaan, maka setiap hak dalam shalat haruslah terpenuhi, entah itu hak secara lahir ataupun batin. Sebagai hak secara lahir, maka setiap gerakan shalat haruslah dilakukan dengan tumaninah. Pahami setiap doa yang dibacakan dan lakukan dengan khusyuk.
Sementara hak secara batin, seorang muslim yang mengerjakan shalat haruslah merasa takut kepada Allah. Ini karena ia sedang berkomunikasi dengan sang pencipta langit dan bumi secara langsung. Ia pun sedang menyampaikan apa yang menjadi harapannya untuk bisa bahagia dunia akhirat.
Bagi umat Islam, shalat memiliki posisi yang penting. Bahkan Nabi Ibrahim memohon kepada Allah agar ia dan keluarganya dijadikan hamba-hamba yang mendirikan shalat. Rasulullah pun selalu menyeru agar keluarganya mau mendirikan shalat dan bersabar dalam melaksanakannya hingga tutup usia.
Shalat yang semacam inilah yang akan membuahkan hasil dimana mampu mencegah pelakunya dari keji dan mungkar. Segala kesulitan di dunia ini pun akan dihadapinya dengan tenang tanpa gentar sedikit pun.
Hasil akhir dari shalatnya kemudian akan menjadi pelebur dosa serta kesalahan yang selama ini tak bisa ia hindari. Shalat pun menjadikan dirinya terbentengi dari rasa cemas dan kikir.
Sementara jika shalat sudah kehilangan haknya, maka tidak akan membuah hasil sedikit pun. Ia hanya dikerjakan sekenanya dan jauh dari syariat yang mengaturnya. Seperti inilah shalat orang munafik yang disebutkan dalam Al Quran.
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah dan allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah, kecuali sedikit sekali.”
Kesimpulannya, penuhilah hak dari shalat dan lakukan dengan ikhlas karena Allah Ta’ala. InsyaAllah kehidupan yang kita jalani akan tenang dan bahagia.
Wallahu A’lam