Masyaallah, Inilah 7 Kunci Masuk Surga Menurut Hasan Al Bashri │ Hasan Al Bashri merupakan seorang tabi’in sekaligus ulama yang sangat mendalam ilmunya. Tak salah jika banyak tutur katanya yang bisa menjadi sebuah renungan untuk kita semua.
Salah satunya adalah ketika seseorang sedang menguburkan jenazah istrinya. Hasan Al Bashri pun bertanya kepada laki-laki tersebut, “Apa yang sudah engkau persiapkan untuk menghadapi hari ini (kematian)?” Laki-laki itu menjawab, “Laa Ilaaha Illallaah (Tiada Tuhan selain Allah).” Maka Hasan Al Bashri pun berkata, “Itu adalah sebaik-baik persiapan. Akan tetapi kalimat Laa Ilaaha Illallaah memiliki syarat-syarat.”
Maksud perkataan Hasan Al Bashri tersebut adalah bisa saja bahwa yang disebut kunci surga adalah lafadz Laa Ilaaha Illallaah. Akan tetapi lafadz tersebut memiliki hak dan kewajiban yang harus ditunaikan sehingga bukan hanya menghafal lafadz tersebut saja, lantas merasa langsung dijamin masuk surga.
Sesungguhnya syarat ataupun kunci masuk surga menurut Hasan Al Bashri ada 7 perkara dan semuanya haruslah ditunaikan oleh seorang muslim.
1. Berilmu
Lafadz Laa Ilaaha Illallah bukanlah hanya terucap di lisan saja, akan tetapi menghujam dalam diri dan perbuatan untuk menafikan/ menghilangkan seluruh illah selain Allah. Karena saat ini banyak yang mengaku tiada Tuhan selain Allah, namun dalam prakteknya mereka telah menuhankan yang lain.
“Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan.” (QS Al Fatihah 5)
“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah.” (QS Muhammad 19)
Illah merupakan sesuatu yang mendominasi hati sehingga membuatnya selalu teringat siang dan malam, enggan berpisah dan gelisah jika jauh darinya. Bahkan seseorang bisa rela berkorban karenanya. Illah selain Allah sekarang ini tak lain adalah harta, jabatan, cinta, nafsu, pasangan dan yang lainnya. Bahkan barang-barang seperti ponsel atau media sosial bisa menjadi illah karena sudah memenuhi hati dan melupakan hal lainnya.
Namun bukan berarti kita harus meninggalkan semua itu karena memang sebagian ada yang menjadi kebutuhan hidup. Cara yang aman adalah dengan menghubungkan hal tersebut langsung kepada Allah. Sebagai contoh ketika mendapatkan uang, ingatlah langsung bahwa Allah yang telah memberinya. Yang jelas jangan kesampingkan peranan Allah dalam setiap kehidupan kita.
2. Yakin
Sesungguhnya keyakinan mampu menghantarkan kita kepada surga. Keyakinan kepada Allah dan segala yang telah ditentukanNya sudah menjadi keharusan dalam hati seorang muslim.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS Al Hujurat 15)
Karenanya jangan sedikit pun memiliki pemikiran bahwa Allah tidak adil ataupun menyangka bahwa rezeki kita telah tertukar. Hal ini menjadi sebuah penghinaan kepada Dzat yang Maha Teliti.
3. Ikhlas
Ikhlas menjadi tumpuan utama dalam beribadah. Apalah artinya ibadah yang begitu banyak namun dibarengi dengan riya ataupun syirik.
“Mereka tidak disuruh menyembah Allah kecuali dengan memurnikan (ikhlas) ketaatan kepadaNya.” (QS Al Bayyinah 5)
Karenanya janganlah seseorang memperdagangkan ketauhidannya hanya karena ingin dipuji oleh orang lain. Ini karena hanya Allah saja yang pantas untuk dipuji.
4. Jujur
Jujur merupakan satu paket dengan keimanan. Karena jika seseorang telah jujur, berarti ia yakin bahwa ada yang mengawasiNya setiap saat yakni Allah Ta’ala. Seseorang yang beda perkataan lisan dengan hatinya, maka dikategorikan sebagai seorang munafik dan bukanlah ia menjadi golongan ahli surga.
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata: kami mengakui bahwa engkau adalah Rasulullah. Dan Allah mengetahui bahwa kamu benar-benar RasulNya dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.” (QS Al Munafiqun 1)
Jika pun kejujuran harus beresiko seperti dipecat dari pekerjaan, maka boleh jadi itu merupakan cara Allah agar kita mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dalam pandanganNya.
5. Cinta
Benarkah cinta kita kepada Allah melebihi segalanya?
Allah berfirman: “Katakanlah jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya serta berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada-orang yang fasik.” (QS At Taubah 24)
Bagaimana bisa seseorang bisa mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallaah, sementara hatinya tertambat kecintaan pada keduniaan?
6. Menerima
Maksudnya adalah menerima kebenaran akan makna kalimat tauhid tersebut seutuhnya, baik dalam pengamalan maupun aturan yang telah Allah tetapkan. Sehingga jangan ada lagi kata yang seakan tidak rela mengenai waktu yang digunakan untuk beribadah. Contohnya seperti bertanya mengapa shalat subuh atau sahur harus dini hari dan kenapa tidak lebih siang saja agar bisa dilaksanakan dengan mudah.
7. Patuh
Syarat atau kunci yang terakhir adalah mematuhi apa yang telah diperintahkanNya. Sebagai contoh keharusan menuntut ilmu, maka sesungguhnya kebaikan ilmu tersebut untuk kita sendiri dan bukan untuk Allah. Selain itu doa dan ampunan dari para malaikat maupun makhluk Allah yang lainnya turut menyertai perjalanan menuju ilmu tersebut.
Wallahu A’lam
Salah satunya adalah ketika seseorang sedang menguburkan jenazah istrinya. Hasan Al Bashri pun bertanya kepada laki-laki tersebut, “Apa yang sudah engkau persiapkan untuk menghadapi hari ini (kematian)?” Laki-laki itu menjawab, “Laa Ilaaha Illallaah (Tiada Tuhan selain Allah).” Maka Hasan Al Bashri pun berkata, “Itu adalah sebaik-baik persiapan. Akan tetapi kalimat Laa Ilaaha Illallaah memiliki syarat-syarat.”
Maksud perkataan Hasan Al Bashri tersebut adalah bisa saja bahwa yang disebut kunci surga adalah lafadz Laa Ilaaha Illallaah. Akan tetapi lafadz tersebut memiliki hak dan kewajiban yang harus ditunaikan sehingga bukan hanya menghafal lafadz tersebut saja, lantas merasa langsung dijamin masuk surga.
Sesungguhnya syarat ataupun kunci masuk surga menurut Hasan Al Bashri ada 7 perkara dan semuanya haruslah ditunaikan oleh seorang muslim.
1. Berilmu
Lafadz Laa Ilaaha Illallah bukanlah hanya terucap di lisan saja, akan tetapi menghujam dalam diri dan perbuatan untuk menafikan/ menghilangkan seluruh illah selain Allah. Karena saat ini banyak yang mengaku tiada Tuhan selain Allah, namun dalam prakteknya mereka telah menuhankan yang lain.
“Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan.” (QS Al Fatihah 5)
“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah.” (QS Muhammad 19)
Illah merupakan sesuatu yang mendominasi hati sehingga membuatnya selalu teringat siang dan malam, enggan berpisah dan gelisah jika jauh darinya. Bahkan seseorang bisa rela berkorban karenanya. Illah selain Allah sekarang ini tak lain adalah harta, jabatan, cinta, nafsu, pasangan dan yang lainnya. Bahkan barang-barang seperti ponsel atau media sosial bisa menjadi illah karena sudah memenuhi hati dan melupakan hal lainnya.
Namun bukan berarti kita harus meninggalkan semua itu karena memang sebagian ada yang menjadi kebutuhan hidup. Cara yang aman adalah dengan menghubungkan hal tersebut langsung kepada Allah. Sebagai contoh ketika mendapatkan uang, ingatlah langsung bahwa Allah yang telah memberinya. Yang jelas jangan kesampingkan peranan Allah dalam setiap kehidupan kita.
2. Yakin
Sesungguhnya keyakinan mampu menghantarkan kita kepada surga. Keyakinan kepada Allah dan segala yang telah ditentukanNya sudah menjadi keharusan dalam hati seorang muslim.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan RasulNya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS Al Hujurat 15)
Karenanya jangan sedikit pun memiliki pemikiran bahwa Allah tidak adil ataupun menyangka bahwa rezeki kita telah tertukar. Hal ini menjadi sebuah penghinaan kepada Dzat yang Maha Teliti.
3. Ikhlas
Ikhlas menjadi tumpuan utama dalam beribadah. Apalah artinya ibadah yang begitu banyak namun dibarengi dengan riya ataupun syirik.
“Mereka tidak disuruh menyembah Allah kecuali dengan memurnikan (ikhlas) ketaatan kepadaNya.” (QS Al Bayyinah 5)
Karenanya janganlah seseorang memperdagangkan ketauhidannya hanya karena ingin dipuji oleh orang lain. Ini karena hanya Allah saja yang pantas untuk dipuji.
4. Jujur
Jujur merupakan satu paket dengan keimanan. Karena jika seseorang telah jujur, berarti ia yakin bahwa ada yang mengawasiNya setiap saat yakni Allah Ta’ala. Seseorang yang beda perkataan lisan dengan hatinya, maka dikategorikan sebagai seorang munafik dan bukanlah ia menjadi golongan ahli surga.
“Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata: kami mengakui bahwa engkau adalah Rasulullah. Dan Allah mengetahui bahwa kamu benar-benar RasulNya dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.” (QS Al Munafiqun 1)
Jika pun kejujuran harus beresiko seperti dipecat dari pekerjaan, maka boleh jadi itu merupakan cara Allah agar kita mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dalam pandanganNya.
5. Cinta
Benarkah cinta kita kepada Allah melebihi segalanya?
Allah berfirman: “Katakanlah jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya serta berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusanNya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada-orang yang fasik.” (QS At Taubah 24)
Bagaimana bisa seseorang bisa mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallaah, sementara hatinya tertambat kecintaan pada keduniaan?
6. Menerima
Maksudnya adalah menerima kebenaran akan makna kalimat tauhid tersebut seutuhnya, baik dalam pengamalan maupun aturan yang telah Allah tetapkan. Sehingga jangan ada lagi kata yang seakan tidak rela mengenai waktu yang digunakan untuk beribadah. Contohnya seperti bertanya mengapa shalat subuh atau sahur harus dini hari dan kenapa tidak lebih siang saja agar bisa dilaksanakan dengan mudah.
7. Patuh
Syarat atau kunci yang terakhir adalah mematuhi apa yang telah diperintahkanNya. Sebagai contoh keharusan menuntut ilmu, maka sesungguhnya kebaikan ilmu tersebut untuk kita sendiri dan bukan untuk Allah. Selain itu doa dan ampunan dari para malaikat maupun makhluk Allah yang lainnya turut menyertai perjalanan menuju ilmu tersebut.
Baca Juga: Bukan Amalan Yang Bisa Mengantarkan Manusia Masuk SurgaKarenanya, bagi yang menginginkan bisa masuk kedalam surga, raihlah kunci dan syarat masuk tersebut. Sebarkan pula kepada keluarga dan yang lainnya sehingga Allah pun akan menurunkan karuniaNya kepada kita.
Wallahu A’lam