Ini 7 Syarat Agar Bertetangga Bisa Berbuah Surga │ Di kehidupan dunia ini, kita tidak bisa lepas dari yang namanya bertetangga. Ini karena kita termasuk makhluk sosial yang senantiasa saling membutuhkan kehadiran orang lain. Memang dalam prakteknya kita akan membutuhkan kehadiran tetangga baik dalam bidang keduniaan ataupun dalam menggapai akhirat.
Salah seorang tabi’in bernama Abu Jahm telah menceritakan bagaimana bertetangga bisa berbuah surga. Kisah ini bermula ketika dirinya ditawari menjual rumahnya kepada seseorang. Pembeli itu menghargai rumah tersebut dengan harga seratus ribu dirham.
Namun selain harga itu, Abu Jahm juga meminta harga pertetanggaan kepada calon pembelinya. “Nah berapa harga yang engkau berikan untuk membeli pertetanggaanku dengan Said bin Ash?" Tanyanya.
Pembeli rumah itu keheranan karena Abu Jahm menambahkan harga bertetangga dengan Abu Ash. Karena tak mampu membeli nilai bertetangga dengan Abu Ash, Abu Jahm pun mengurungkan niatnya menjual rumah yang kini ia tempati.
Setelah itu ia pun mengungkapkan alasan atau sebab mengapa ia mengajukan harga pertetanggaan tersebut.
“Ketika aku berdiam diri di rumah, dia bertanya tentang kabarku”
“Ketika melihatku, dia menyambutku”
“Ketika aku tidak ada, dia menjaga rumahku”
“Ketika aku ada, dia mendekatiku”
“Ketika aku meminta sesuatu kepadanya, dia memenuhi keperluanku”
“Saat aku tidak meminta kepadanya, dia mulai menawarkan bantuan”
“Ketika aku didesak oleh kebutuhan, dia memberikan solusi kepadaku.”
Seperti inilah bertetangga yang mampu mencerahkan, membawa manfaat dan di hari akhir akan berbuah surga.
Sebuah kehidupan bertetangga yang sangat jarang sekali ditemui sekarang ini dimana kehidupan bertetangga telah dipenuhi dengan keegoisan dan menyepelekan orang lain.
Justru kita harus menciptakan bagaimana tetangga kita begitu enggan menjual rumahnya atau jauh dari kehidupan kita dikarenakan sikap baik yang kita berikan kepada mereka.
Wallahu A'lam
Salah seorang tabi’in bernama Abu Jahm telah menceritakan bagaimana bertetangga bisa berbuah surga. Kisah ini bermula ketika dirinya ditawari menjual rumahnya kepada seseorang. Pembeli itu menghargai rumah tersebut dengan harga seratus ribu dirham.
Namun selain harga itu, Abu Jahm juga meminta harga pertetanggaan kepada calon pembelinya. “Nah berapa harga yang engkau berikan untuk membeli pertetanggaanku dengan Said bin Ash?" Tanyanya.
Pembeli rumah itu keheranan karena Abu Jahm menambahkan harga bertetangga dengan Abu Ash. Karena tak mampu membeli nilai bertetangga dengan Abu Ash, Abu Jahm pun mengurungkan niatnya menjual rumah yang kini ia tempati.
Setelah itu ia pun mengungkapkan alasan atau sebab mengapa ia mengajukan harga pertetanggaan tersebut.
“Ketika aku berdiam diri di rumah, dia bertanya tentang kabarku”
“Ketika melihatku, dia menyambutku”
“Ketika aku tidak ada, dia menjaga rumahku”
“Ketika aku ada, dia mendekatiku”
“Ketika aku meminta sesuatu kepadanya, dia memenuhi keperluanku”
“Saat aku tidak meminta kepadanya, dia mulai menawarkan bantuan”
“Ketika aku didesak oleh kebutuhan, dia memberikan solusi kepadaku.”
Seperti inilah bertetangga yang mampu mencerahkan, membawa manfaat dan di hari akhir akan berbuah surga.
Sebuah kehidupan bertetangga yang sangat jarang sekali ditemui sekarang ini dimana kehidupan bertetangga telah dipenuhi dengan keegoisan dan menyepelekan orang lain.
Baca Juga: Begini Adab Bertetangga Menurut RasulullahKarenanya melalui kisah ini kita diajarkan untuk bertetangga dengan baik dan menjadikan kehidupan bertetangga dipenuhi dengan keberkahan. Jangan sampai kita menjadi seorang tetangga yang tidak diinginkan oleh orang lain sehingga mereka pun tidak betah bertetangga dengan kita dan menjual rumahnya karena merasa lebih baik jika jauh dari rumah kita.
Justru kita harus menciptakan bagaimana tetangga kita begitu enggan menjual rumahnya atau jauh dari kehidupan kita dikarenakan sikap baik yang kita berikan kepada mereka.
Wallahu A'lam