Untuk Menggambarkannya, Rasulullah Pernah Membuat Garis-garis Seperti Ini
Dalam sebuah riwayat disebutkan, Suatu ketika Rasulullah Shallallahu alaihi Wasallam dan para sahabat sedang berkumpul. Tiba-tiba Rasul mengambil sebatang kayu dan membaginya menjadi tiga. Kemudian beliau menancapkan satu potongan kayu ke tanah, lalu potongan kedua ditancapkan tepat di samping yang pertama.
Setelah itu beliau berdiri dan melempar sisa potongan yang lainnya jauh-jauh, sekuat tenaga, sampai tidak terlihat. Melihat hal itu, para sahabat saling melempar pandang, tidak mengerti apa yang dimaksud Rasul. Tiba-tiba Rasul berujar, "Wahai, sahabatku, apakah engkau mengerti apa maksud yang aku lakukan?" Para sahabat membalas, "Tidak ya Rasulullah. Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui."
Rasul menjawab kebingungan para sahabat, “Ini adalah manusia dan ini ajalnya, sedang yang ini adalah angan-angannya, ia ingin mengambil angan-angannya, sedangkan ajalnya menariknya ketika hampir mendapatkan angan-angannya.” (HR. Bukhari)
Dalam hadits lain disebutkan,
“Jika manusia dapat selamat dan terhindar dari cengkraman satu musibah, musibah lain akan menghadangnya, dan jika ia selamat dari semua musibah, ia tidak akan pernah terhindar dari ajal yang mengelilinginya.”(HR. Bukhari).
Visualisasi gambar diatas hanyalah sebuah ilustrasi, Yang jelas, Rasulullah SAW pernah menjelaskan dengan metode visual kepada para sahabatnya, bagaimana manusia dengan cita-cita dan keinginan-keinginannya yang luas dan banyak, bisa terhalang dengan kedatangan ajal, penyakit-penyakit, atau usia tua. Dengan tujuan memberi nasehat pada mereka untuk tidak (sekedar melamun) berangan-angan panjang saja (tanpa realisasi), dan mengajarkan pada mereka untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian.
Betapa hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Rasulullah SAW merupakan seorang pendidik cerdas yang sangat memahami metode yang baik dalam menyampaikan pengetahuan kepada manusia, beliau menjelaskan suatu informasi melalui gambar agar lebih mudah dipahami dan diserap oleh akal dan jiwa.
Dengan gambar beliau menjelaskan tentang hakikat kehidupan manusia yang memiliki harapan, angan-angan dan cita-cita yang jauh ke depan untuk menggapai segala yang ia inginkan di dalam kehidupan yang fana ini, dan ajal yang mengelilinginya yang selalu mengintainya setiap saat sehingga membuat manusia tidak mampu menghindar dari lingkaran ajalnya.
Sementara itu dalam kehidupannya, manusia selalu menghadapi berbagai musibah yang mengancam eksistensinya, jika ia dapat terhindar dari satu musibah, musibah lainnya siap menghadang dan membinasakannya dan seandainya ia terhindar dari seluruh musibah, suatu saat nanti ajal yang pasti datang untuk merenggut kehidupannya.
Sebenarnya kita hidup di dunia ini, meniti perjalanan waktu, menuju satu tujuan yang pasti. Sebagai muslim, harapan kita, tujuan kita adalah surga. Perjalanan ini tidak pernah mulus. Selalu saja ada gangguan dari syaitan untuk mengalihkan kita dari jalan yang lurus, menuju jurang-jurang kesesatan.
Ali bin Abu Thalib berkata : “Dunia berjalan meninggalkan (manusia) sedangkan akhirat berjalan menjemput (manusia) dan masing-masingnya punya penggemar, karena itu jadilah kamu penggemar akhirat dan jangan menjadi penggemar dunia. Sesungguhnya masa ini (hidup di dunia) adalah masa beramal bukan masa peradilan, sedangkan besok (hari akhirat) adalah masa peradilan bukan masa beramal”.
Abdullah bin Umar berkata : “Rasulullah SAW melihat aku ketika aku dan ibuku sedang memperbaiki salah satu pagar milikku. Beliau bertanya: ‘‘sedang melakukan apa ini wahai Abdullah?’’ Saya jawab: ‘‘Wahai Rasulullah, telah rapuh pagar ini, karena itu kami memperbaikinya’’. Lalu beliau bersabda : ‘‘Kehidupan ini lebih cepat dari rapuhnya pagar ini’’.
Anas berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam pernah membuat beberapa garis, lalu beliau bersabda : “Ini adalah manusia dan ini adalah angan-angannya dan ini adalah ajalnya ketika ia berada dalam angan-angan tiba-tiba datang kepadanya garisnya yang paling dekat (yaitu ajalnya)”.
Bagaimana kawan? Sudah lengkapkah daftar mimpi mu? Bisa jadi daftar mimpi kita selama ini mencerminkan panjang angan-angan kita semata, kalau kita lupa memasukkan persiapan akhirat. Kita lupa kalau umur kita tidak ada yang tahu, apakah semua mimpi di daftar itu bisa kita upayakan?
Mimpi dan kematian seperti semut di seberang lautan terlihat dan gajah di depan mata yang tidak terlihat, yang tidak terlihat selalu dikejar, yang terlihat tidak diindahkan. Mimpi-mimpi kita bisa hanya sekedar angan setinggi awan yang jauh tinggi, padahal diri kita masih berpijak di sisi bumi yang besar dan melekat tepat di bawah kaki kita. Kemana pun kita berjalan, bumi yang besar ini akan tetap kita pijak. Itulah jarak kita dengan kematian, melekat.
Kita memohon kepada Allah semoga kita selalu dirahmati dan dijadikan orang yang zuhud terhadap kehidupan dunia ini demi kebahagiaan sejati di akhirat nanti.. Aamiin.