KabarMakkah.Com – Islam ternyata merupakan agama yang mudah untuk diamalkan setelah melihat bahwa agama tersebut adalah agama yang bersifat universal dan integral. Islam merupakan agama yang memahami kodrat manusia yang tidak sempurna sehingga kita akan mendapatkan berbagai rumusan yang mempermudah dalam pengamalan beragama. Contohnya seperti bagaimana menata niat sebelum melakukan suatu pekerjaan karena dari sanalah sebuah orientasi beramal bisa diketahui apakah untuk Allah atau selainNya.
Islam pun agama yang adil dan mengetahui kadar fitrah manusia yang tidak bisa luput dari salah dan dosa. Sejumlah rumus pun dibeberkan dengan jelas bagaimana untuk bisa bersih dan suci kembali dari kotornya noda dosa. Allah pun selain menyuruh kita untuk selalu beribadah kepadanya dan ternyata ada rumusan ibadah yang mudah dikerjakan namun sesungguhnya berpahala besar.
Rumusan Pertama
Niat merupakan rumusan pertama yang harus diketahui oleh umat muslim. Hal ini bisa kita lihat dalam kitab Arba’in Nawawi yang berisi kumpulan hadist pilihan dan menjadi pokok dalam masalah ibadah.
“Sesungguhnya segala pekerjaan tergantung pada niat. Siapa yang hijrahnya karena Allah, maka ia mendapatkan Allah. Dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia dan isinya atau perempuan yang ingin ia nikahi maka ia mendapatkannya.” (HR Bukhari Muslim)
Inilah yang menjadi pokok dalam beragama jika kita mau menyadarinya. Dengan hadist tersebut, kita diingatkan untuk meluruskan niat dalam melakukan suatu amalan. Niatkanlah hanya karena Allah sehingga nantinya akan bernilai pahala di sisiNya. Bukan hanya dalam ibadah yang sudah jelas diperintah oleh Allah, namun juga dalam berbagai aktivitas dunia dalam rangka mencari keridhaan Allah dan pastinya ada dalam batas yang diperbolehkan Islam.
Sebaliknya jika suatu amalan atau perbuatan diniatkan hanya untuk duniawi, maka sama sekali tidak ada pahalanya meski apa yang ia inginkan bisa tercapai.
Rumusan Kedua
Rumusan yang kedua adalah menyertakan keburukan yang kita lakukan dengan kebaikan. Rasulullah telah bersabda dalam hadist At Tirmidzi.
“Bertakwalah engkau dimana pun engkau berada. Sertailah keburukan itu dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan. Dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi)
Dengan keterangan tersebut, kita diarahkan untuk selalu konsisten dalam kebenaran. Islam mengetahui bahwa kita akan selalu dilanda kesalahan dan dosa. Karena itulah Allah akan menghapus kesalahan ketika kita menyertakan kebaikan sesudahnya. Inilah toleransi yang Allah berikan kepada sisi kemanusiaan hambaNya.
Dengan keterangan ini pula kita dibangkitkan untuk segera tersadar dari keterpurukan dosa. Jangan sampai setelah melakukan dosa lalu kita diam disana, karena Allah sendiri telah memberikan penawaran terbaik kepada hambaNya agar mau kembali dan memperbaiki diri.
Akan tetapi dalil tersebut bukan berarti kita boleh dengan sengaja melakukan keburukan kemudian memperbaikinya tanpa ada penyesalan sedikit pun. Hal ini nantinya akan membuat hati kita menjadi keras dan mungkin kedepannya akan sulit mendapatkan hidayah Allah. Jadi segeralah menyesali perbuatan buruk itu dengan melakukan kebaikan dan kebaikan lagi.
Rumusan Ketiga
Rumusan yang terakhir adalah penerapan ibadah dalam setiap sendi-sendi kehidupan. Inilah yang menjadi alasan syariat Islam harus tegak dan sempurna (kaffah). Dengan menerapkannya, maka Allah akan mengkaruniakan negeri yang “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur”.
Salah satu contohnya adalah ketika masuk ataupun keluar toilet, ada adab yang harus dipenuhi namun ringan dilaksanakan seperti melangkah masuk toilet menggunakan kaki kiri dahulu dan membaca doa serta adab yang lainnya. Meski kecil dan sederhana, namun amalan berupa syariat tersebut sangat besar pahalanya di sisi Allah.
Jelaslah bahwa manusia dan jin diciptakan hanya untuk beribadah
“Dan tidaklah Kuciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk menyembah kepadaKu.” (QS Adz Dzariyat 56)
Itulah tiga rumus yang mudah, sederhana dan kecil namun perlu konsistensi sehingga kehidupan kita akan penuh dengan ibadah dan bernilai pahala terus menerus.
Jadi Islam memang mudah untuk diamalkan bukan?
Sumber: Teuku Zulkhairi (Mahasiswa Program Doktoral UIN Ar Raniry, Banda Aceh)
Islam pun agama yang adil dan mengetahui kadar fitrah manusia yang tidak bisa luput dari salah dan dosa. Sejumlah rumus pun dibeberkan dengan jelas bagaimana untuk bisa bersih dan suci kembali dari kotornya noda dosa. Allah pun selain menyuruh kita untuk selalu beribadah kepadanya dan ternyata ada rumusan ibadah yang mudah dikerjakan namun sesungguhnya berpahala besar.
Rumusan Pertama
Niat merupakan rumusan pertama yang harus diketahui oleh umat muslim. Hal ini bisa kita lihat dalam kitab Arba’in Nawawi yang berisi kumpulan hadist pilihan dan menjadi pokok dalam masalah ibadah.
“Sesungguhnya segala pekerjaan tergantung pada niat. Siapa yang hijrahnya karena Allah, maka ia mendapatkan Allah. Dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia dan isinya atau perempuan yang ingin ia nikahi maka ia mendapatkannya.” (HR Bukhari Muslim)
Inilah yang menjadi pokok dalam beragama jika kita mau menyadarinya. Dengan hadist tersebut, kita diingatkan untuk meluruskan niat dalam melakukan suatu amalan. Niatkanlah hanya karena Allah sehingga nantinya akan bernilai pahala di sisiNya. Bukan hanya dalam ibadah yang sudah jelas diperintah oleh Allah, namun juga dalam berbagai aktivitas dunia dalam rangka mencari keridhaan Allah dan pastinya ada dalam batas yang diperbolehkan Islam.
Sebaliknya jika suatu amalan atau perbuatan diniatkan hanya untuk duniawi, maka sama sekali tidak ada pahalanya meski apa yang ia inginkan bisa tercapai.
Rumusan Kedua
Rumusan yang kedua adalah menyertakan keburukan yang kita lakukan dengan kebaikan. Rasulullah telah bersabda dalam hadist At Tirmidzi.
“Bertakwalah engkau dimana pun engkau berada. Sertailah keburukan itu dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan. Dan berakhlaklah kepada manusia dengan akhlak yang baik.” (HR Tirmidzi)
Dengan keterangan tersebut, kita diarahkan untuk selalu konsisten dalam kebenaran. Islam mengetahui bahwa kita akan selalu dilanda kesalahan dan dosa. Karena itulah Allah akan menghapus kesalahan ketika kita menyertakan kebaikan sesudahnya. Inilah toleransi yang Allah berikan kepada sisi kemanusiaan hambaNya.
Dengan keterangan ini pula kita dibangkitkan untuk segera tersadar dari keterpurukan dosa. Jangan sampai setelah melakukan dosa lalu kita diam disana, karena Allah sendiri telah memberikan penawaran terbaik kepada hambaNya agar mau kembali dan memperbaiki diri.
Akan tetapi dalil tersebut bukan berarti kita boleh dengan sengaja melakukan keburukan kemudian memperbaikinya tanpa ada penyesalan sedikit pun. Hal ini nantinya akan membuat hati kita menjadi keras dan mungkin kedepannya akan sulit mendapatkan hidayah Allah. Jadi segeralah menyesali perbuatan buruk itu dengan melakukan kebaikan dan kebaikan lagi.
Rumusan Ketiga
Rumusan yang terakhir adalah penerapan ibadah dalam setiap sendi-sendi kehidupan. Inilah yang menjadi alasan syariat Islam harus tegak dan sempurna (kaffah). Dengan menerapkannya, maka Allah akan mengkaruniakan negeri yang “Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur”.
Salah satu contohnya adalah ketika masuk ataupun keluar toilet, ada adab yang harus dipenuhi namun ringan dilaksanakan seperti melangkah masuk toilet menggunakan kaki kiri dahulu dan membaca doa serta adab yang lainnya. Meski kecil dan sederhana, namun amalan berupa syariat tersebut sangat besar pahalanya di sisi Allah.
Jelaslah bahwa manusia dan jin diciptakan hanya untuk beribadah
“Dan tidaklah Kuciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk menyembah kepadaKu.” (QS Adz Dzariyat 56)
Itulah tiga rumus yang mudah, sederhana dan kecil namun perlu konsistensi sehingga kehidupan kita akan penuh dengan ibadah dan bernilai pahala terus menerus.
Jadi Islam memang mudah untuk diamalkan bukan?
Sumber: Teuku Zulkhairi (Mahasiswa Program Doktoral UIN Ar Raniry, Banda Aceh)