KabarMakkah.Com – Ketidakhadiran seorang anak atau keturunan seringkali menjadi persoalan yang sulit untuk diatasi. Persoalan tersebut muncul sedikit demi sedikit dan lambat laun akan berujung pada perceraian. Pandangan masyarakat umum memang memperlihatkan bahwa pasangan yang memiliki keturunan merupakan pasangan yang sukses, sedangkan pasangan yang belum dikaruniai buah hati dikatakan sebagai pasangan yang gagal.
Padahal dalam Islam, pernyataan tersebut tidaklah benar.
Dalam menjalani sebuah pernikahan, keyakinan kepada diri dan juga pasangan menjadi sangat penting. Terlebih lagi jika kondisinya ditambah dengan ketidakhadiran seorang anak, semakin pentinglah keyakinan tersebut. Ini karena jika suami istri telah sama-sama memiliki keyakinan yang benar, maka secara langsung itu akan berpengaruh pada lamanya usia rumah tangga yang akan dijalani. Ketahuilah bahwa perceraian merupakan sesuatu yang Allah benci meski diperbolehkan. Sementara jika menikah lagi, tidak ada jaminan ia akan mendapatkan seorang anak dari pernikahannya yang kedua.
Sadarilah bahwa dengan tidak adanya anak, barangkali Allah sengaja agar tidak ada yang menyeret kita menuju jurang neraka dikarenakan tidak mampunya kita mengajarkan ilmu agama secara benar dan justru anak menjadi ladang dosa bagi keduanya. Dalam berbagai kisah, terlihat berapa banyak anak yang menyeret orang tuanya dalam api yang membara dikarenakan tidak mampu menjaga amanat Allah tersebut.
Dengan begitu kita harus berkhusnudzan dan jika pun belum dikaruniai anak, kita bisa terbebas dari bahaya tersebut.
Kemudian rajinlah selalu mengucapkan istighfar. Ucapkanlah permohonan ampun kepada Allah atas dosa dengan sebanyak-banyaknya. Usahakan untuk sebanyak-banyaknya. Akan tetapi jangan mengejar target tanpa meresapinya. Maknai dan hayatilah setiap ucapan istighfar yang keluar dari lisan. Bisa saja dosa kita menjadi penghambat sulitnya untuk mendapatkan keturunan.
Allah telah menjelaskan bahwa barang siapa yang bertaubat dan memohon ampun kepadaNya, maka akan dijanjikan ampunan, bertambahnya harta dan keturunan.
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memberikan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh 10-12)
Tak hanya itu saja, kepercayaan juga sangat penting. Jangan pernah berburuk sangka kepada pasangan dan berikanlah kepercayaan yang lebih. Sadari dan bergegaslah untuk memperbaiki kesalahan atau kekurangan diri. Raihlah segala upaya maksimal demi terwujudnya seorang keturunan yang didambakan lewat berbagai ibadah sunat selain yang wajib seperti tahajud, dhuha dan bersedekah.
Setelah itu mulailah mencari ikhtiar dengan berobat ke dokter dan berbagai cara yang sekiranya dapat membantu terwujudnya seorang anak di dalam rumah tangga. Jika semuanya telah dilakukan, maka yang terakhir adalah bertawakal. Berikanlah dan serahkanlah semua keluh kesah dan usaha kita hanya kepada Allah semata. Biarkanlah Allah memutuskan kehendakNya dan yakinlah bahwa Allah tidak akan dan tidak mungkin mendzalimi hamba-hambaNya yang senantiasa mengingat dan bersujud kepadaNya.
Wallahu ‘Alam
Padahal dalam Islam, pernyataan tersebut tidaklah benar.
Dalam menjalani sebuah pernikahan, keyakinan kepada diri dan juga pasangan menjadi sangat penting. Terlebih lagi jika kondisinya ditambah dengan ketidakhadiran seorang anak, semakin pentinglah keyakinan tersebut. Ini karena jika suami istri telah sama-sama memiliki keyakinan yang benar, maka secara langsung itu akan berpengaruh pada lamanya usia rumah tangga yang akan dijalani. Ketahuilah bahwa perceraian merupakan sesuatu yang Allah benci meski diperbolehkan. Sementara jika menikah lagi, tidak ada jaminan ia akan mendapatkan seorang anak dari pernikahannya yang kedua.
Sadarilah bahwa dengan tidak adanya anak, barangkali Allah sengaja agar tidak ada yang menyeret kita menuju jurang neraka dikarenakan tidak mampunya kita mengajarkan ilmu agama secara benar dan justru anak menjadi ladang dosa bagi keduanya. Dalam berbagai kisah, terlihat berapa banyak anak yang menyeret orang tuanya dalam api yang membara dikarenakan tidak mampu menjaga amanat Allah tersebut.
Dengan begitu kita harus berkhusnudzan dan jika pun belum dikaruniai anak, kita bisa terbebas dari bahaya tersebut.
Kemudian rajinlah selalu mengucapkan istighfar. Ucapkanlah permohonan ampun kepada Allah atas dosa dengan sebanyak-banyaknya. Usahakan untuk sebanyak-banyaknya. Akan tetapi jangan mengejar target tanpa meresapinya. Maknai dan hayatilah setiap ucapan istighfar yang keluar dari lisan. Bisa saja dosa kita menjadi penghambat sulitnya untuk mendapatkan keturunan.
Allah telah menjelaskan bahwa barang siapa yang bertaubat dan memohon ampun kepadaNya, maka akan dijanjikan ampunan, bertambahnya harta dan keturunan.
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memberikan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh 10-12)
Tak hanya itu saja, kepercayaan juga sangat penting. Jangan pernah berburuk sangka kepada pasangan dan berikanlah kepercayaan yang lebih. Sadari dan bergegaslah untuk memperbaiki kesalahan atau kekurangan diri. Raihlah segala upaya maksimal demi terwujudnya seorang keturunan yang didambakan lewat berbagai ibadah sunat selain yang wajib seperti tahajud, dhuha dan bersedekah.
Setelah itu mulailah mencari ikhtiar dengan berobat ke dokter dan berbagai cara yang sekiranya dapat membantu terwujudnya seorang anak di dalam rumah tangga. Jika semuanya telah dilakukan, maka yang terakhir adalah bertawakal. Berikanlah dan serahkanlah semua keluh kesah dan usaha kita hanya kepada Allah semata. Biarkanlah Allah memutuskan kehendakNya dan yakinlah bahwa Allah tidak akan dan tidak mungkin mendzalimi hamba-hambaNya yang senantiasa mengingat dan bersujud kepadaNya.
Wallahu ‘Alam