Ibadah haji dan umrah memang membutuhkan perjuangan yang besar, baik harta maupun jiwa raga. Karena didalamnya banyak sekali hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil jika kita mau melihatnya dengan mata hati kita.
Menjaga lisan ketika kita sedang berada di tanah suci juga membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Karena sejatinya lidah memang tak bertulang, namun tajamnya bisa melebihi pedang. Efek dari tajamnya lidah bisa sangat dahsyat. Kendati demikian, Lidah juga bisa menjadi sumber kebaikan, jika dimiliki orang yang beriman. Jika tidak maka kebalikannya, lidah akan menjadi sumber fitnah yang bisa mendatangkan malapetaka bagi siapa saja.
Begitupon ketika sedang melaksanakan haji dan umrah. Banyak kejadian sakral dan kesucian proses ibadah yang sering terkotori oleh tajamnya lidah, kalimat caci maki, dan perdebatan kusir yang tak berguna. Padahal, haji dan umrah adalah ibadah yang mempunyai jutaan hikmah. Bahkan dari cara berbicara seseorang, kemabruran haji bisa diukur dengannya. Mereka yang masih tidak bisa menguasai lisannya akan selalu jauh dari rahmat Allah SWT.
Ada banyak kisah nyata saat melaksanakan ibadah di tanah suci yang bisa kita ambil hikmahnya. Seperti beberapa cerita pengalaman dibawah ini.
Salah satu jamaah haji dari kami, seorang ibu berusia sekitar 50 tahunan, tiba-tiba mengeluh lelah karena shalat di Masjidil Haram lebih lama daripada shalat di Masjid Nabawi,
"Suratnya sangat panjang-panjang yang dibaca kayak kereta api, jadi lama deh shalatnya, beda dengan Imam di Masjid Nabawi Madinah." Mungkin karena kecapekan, kata-kata tersebut secara tak sadar keluar dari mulutnya.
Namun, Allah SWT yang Maha Agung memiliki cara unik untuk menegur hamba-Nya agar selalu menjaga lisannya di tanah suci dan tidak gampang berkeluh kesah, Apa yang terjadi kemudian?
Ketika shalat dimulai sampai waktu sujud pertama dalam rekaat pertama ibu tersebut tetap saja sujud. Tangan dan kakinya terasa menempel di lantai masjidil haram dan tak mau digerakkan, Padahal sang imam dan jamaah lainnya sudah berada selesai, usai salam, jamaah lain yang sedang shalat disampingnya menyapa dan memegang tubuh ibu tersebut agar menyudahi shalatnya. Karena memang sudah selesai.
Berkali kali teman yang disampingnya mencoba untuk membangunkan ibu tersebut, sampai sekitar 10 menit, ibu tersebut baru sadar. ketika ditanya oleh teman yang ada di sampingnya, ternyata tangan dan kaki ibu tadi tidak bisa digerakkan sama sekali, bahkan telinganya juga tidak bisa mendengar suara dari imam, sehingga akhirnya sujudnya menjadi panjang. seakan akan seluruh anggota tubuhnya terkunci.
Subhanallah Allahu Akbar, banyak sekali pelajaran dan hikmah yang Allah berikan agar kita pandai menjaga akhlaq juga lisan kita saat ibadah haji maupun umrah di tanah suci.
Sahabatku, Lisan adalah salah satu karunia Allah yang diberikan pada manusia. Ia harus senantiasa disyukuri dengan sebenar-benarnya. Cara mensyukuri lisan ini adalah dengan menggunakannya untuk bicara yang baik atau diam. Bukan dengan mengumbar pembicaraan semau sendiri. Bukan pula dengan memuaskan nafsu dengan mengumbar mulut sesukanya.
Seorang ahli hikmah berkata, Ada 6 sifat untuk mengetahui jika seseorang itu bodoh: marah tanpa sebab, membuka rahasia, suka mengganggu orang lain, memberi bukan pada tempatnya, tidak bisa membedakan lawan atau kawan, dan berbicara tanpa ada manfaatnya.
Wallahu A'lam
Menjaga lisan ketika kita sedang berada di tanah suci juga membutuhkan perjuangan yang luar biasa. Karena sejatinya lidah memang tak bertulang, namun tajamnya bisa melebihi pedang. Efek dari tajamnya lidah bisa sangat dahsyat. Kendati demikian, Lidah juga bisa menjadi sumber kebaikan, jika dimiliki orang yang beriman. Jika tidak maka kebalikannya, lidah akan menjadi sumber fitnah yang bisa mendatangkan malapetaka bagi siapa saja.
Begitupon ketika sedang melaksanakan haji dan umrah. Banyak kejadian sakral dan kesucian proses ibadah yang sering terkotori oleh tajamnya lidah, kalimat caci maki, dan perdebatan kusir yang tak berguna. Padahal, haji dan umrah adalah ibadah yang mempunyai jutaan hikmah. Bahkan dari cara berbicara seseorang, kemabruran haji bisa diukur dengannya. Mereka yang masih tidak bisa menguasai lisannya akan selalu jauh dari rahmat Allah SWT.
Ada banyak kisah nyata saat melaksanakan ibadah di tanah suci yang bisa kita ambil hikmahnya. Seperti beberapa cerita pengalaman dibawah ini.
Salah satu jamaah haji dari kami, seorang ibu berusia sekitar 50 tahunan, tiba-tiba mengeluh lelah karena shalat di Masjidil Haram lebih lama daripada shalat di Masjid Nabawi,
"Suratnya sangat panjang-panjang yang dibaca kayak kereta api, jadi lama deh shalatnya, beda dengan Imam di Masjid Nabawi Madinah." Mungkin karena kecapekan, kata-kata tersebut secara tak sadar keluar dari mulutnya.
Namun, Allah SWT yang Maha Agung memiliki cara unik untuk menegur hamba-Nya agar selalu menjaga lisannya di tanah suci dan tidak gampang berkeluh kesah, Apa yang terjadi kemudian?
Ketika shalat dimulai sampai waktu sujud pertama dalam rekaat pertama ibu tersebut tetap saja sujud. Tangan dan kakinya terasa menempel di lantai masjidil haram dan tak mau digerakkan, Padahal sang imam dan jamaah lainnya sudah berada selesai, usai salam, jamaah lain yang sedang shalat disampingnya menyapa dan memegang tubuh ibu tersebut agar menyudahi shalatnya. Karena memang sudah selesai.
Berkali kali teman yang disampingnya mencoba untuk membangunkan ibu tersebut, sampai sekitar 10 menit, ibu tersebut baru sadar. ketika ditanya oleh teman yang ada di sampingnya, ternyata tangan dan kaki ibu tadi tidak bisa digerakkan sama sekali, bahkan telinganya juga tidak bisa mendengar suara dari imam, sehingga akhirnya sujudnya menjadi panjang. seakan akan seluruh anggota tubuhnya terkunci.
Subhanallah Allahu Akbar, banyak sekali pelajaran dan hikmah yang Allah berikan agar kita pandai menjaga akhlaq juga lisan kita saat ibadah haji maupun umrah di tanah suci.
Sahabatku, Lisan adalah salah satu karunia Allah yang diberikan pada manusia. Ia harus senantiasa disyukuri dengan sebenar-benarnya. Cara mensyukuri lisan ini adalah dengan menggunakannya untuk bicara yang baik atau diam. Bukan dengan mengumbar pembicaraan semau sendiri. Bukan pula dengan memuaskan nafsu dengan mengumbar mulut sesukanya.
Seorang ahli hikmah berkata, Ada 6 sifat untuk mengetahui jika seseorang itu bodoh: marah tanpa sebab, membuka rahasia, suka mengganggu orang lain, memberi bukan pada tempatnya, tidak bisa membedakan lawan atau kawan, dan berbicara tanpa ada manfaatnya.
Wallahu A'lam