Renungan: Mengundang Berkah Dengan Maksiat │ Sepintas judul ini sangatlah bertentangan dengan pemahaman dan ilmu yang telah kita pelajari. Bagaimana bisa sebuah keberkahan akan didapat dengan menunaikan maksiat? Namun kenyataannya seperti itulah yang kini dilakukan oleh masyarakat, bahkan oleh mereka yang menganggap dirinya seorang ulama.
Sudah kita ketahui bahwa diri manusia itu sangatlah lemah, akan tetapi kita selalu merasa besar, tidak tahu diri, bahkan bersikap sombong. Tak hanya di hadapan manusia yang lain saja, melainkan berani melakukannya di hadapan Allah Ta’ala.
Kesombongan kita nampak terlihat ketika mencari hiburan lewat berbagai alat musik yang justru dimainkan ketika sang muadzin mengundangkan panggilan untuk shalat. Sebagian lagi terlalu asyik dengan tayangan televisi hingga waktu shalat pun diundur-undur. Mereka berdalih akan melaksanakan ketika terpotong oleh iklan ataupun tanggung. Sebuah dalih yang sangat konyol bagi seorang yang mengaku beriman.
Bukankah perkataan mereka sama saja dengan ucapan, “Tak apalah, shalat kan masih panjang dan tidak harus tepat waktu. Bahkan besok pun kita masih bisa melaksanakannya. Nah kalo sinetron kan cuma hari ini aja selesainya. Kita pun masih muda dan banyak waktu buat ibadah esok hari. Tinggal bertaubat, beres deh.”
Astaghfirullah.. Ucapan mereka seakan waktu adalah milik mereka sendiri. padahal tidak sedikit Allah mencabut manusia tanpa harus menunggu tua. Bahkan Allah bebas berkehendak mencabut nyawa makhlukNya kapan saja.
Sungguh manusia kini telah menjelma layaknya Tuhan dikarenakan kebodohan yang terus mereka pupuk dan tidak sadari.
Kemudian banyak kita lihat di berbagai forum yang terlihat Islami, namun sebenarnya penuh kedurhakaan kepada Allah Ta’ala. Mereka yang hadir dengan mudahnya menyebutkan, “Semoga kita semua semakin diberkahi lewat acara ini.” Sementara acara yang mereka adakan telah mengganggu jalannya ibadah berjamaah di masjid. Bahkan suara adzan pun nyaris tak terdengar karena bertabrakan dengan kerasnya suara musik.
Lebih aneh lagi, bagaimana bisa mereka berjingkrak dan berjoget tanpa merasa bersalah telah meninggalkan kewajiban mereka sebagai seorang muslim, namun marah jika disebut murtad? Bahkan lebih parahnya mereka adalah kaum wanita berjilbab yang pakaiannya menutupi seluruh badan.
Belum lagi di sana ada oknum para pemuka agama yang harusnya mendidik muridnya untuk lebih dekat kepada sang Khaliq dengan cara yang telah dicontohkan Rasulullah, bukannya menjerumuskan muridnya dalam acara yang justru melalaikan.
Atau barangkali mungkin mereka telah terbiasa mengingat Allah dan hafalan Quran sembari mendengarkan musik yang dipenuhi dengan joget gemulai? Ataupun tengah memikirkan permasalahan moral bangsa ini sembari mendengarkan nyanyian yang memekakkan telinga?
Lantas pantaskah mereka mengundang berkah dengan maksiat seperti itu?
Wallahu A’lam
Sudah kita ketahui bahwa diri manusia itu sangatlah lemah, akan tetapi kita selalu merasa besar, tidak tahu diri, bahkan bersikap sombong. Tak hanya di hadapan manusia yang lain saja, melainkan berani melakukannya di hadapan Allah Ta’ala.
Kesombongan kita nampak terlihat ketika mencari hiburan lewat berbagai alat musik yang justru dimainkan ketika sang muadzin mengundangkan panggilan untuk shalat. Sebagian lagi terlalu asyik dengan tayangan televisi hingga waktu shalat pun diundur-undur. Mereka berdalih akan melaksanakan ketika terpotong oleh iklan ataupun tanggung. Sebuah dalih yang sangat konyol bagi seorang yang mengaku beriman.
Bukankah perkataan mereka sama saja dengan ucapan, “Tak apalah, shalat kan masih panjang dan tidak harus tepat waktu. Bahkan besok pun kita masih bisa melaksanakannya. Nah kalo sinetron kan cuma hari ini aja selesainya. Kita pun masih muda dan banyak waktu buat ibadah esok hari. Tinggal bertaubat, beres deh.”
Astaghfirullah.. Ucapan mereka seakan waktu adalah milik mereka sendiri. padahal tidak sedikit Allah mencabut manusia tanpa harus menunggu tua. Bahkan Allah bebas berkehendak mencabut nyawa makhlukNya kapan saja.
Sungguh manusia kini telah menjelma layaknya Tuhan dikarenakan kebodohan yang terus mereka pupuk dan tidak sadari.
Kemudian banyak kita lihat di berbagai forum yang terlihat Islami, namun sebenarnya penuh kedurhakaan kepada Allah Ta’ala. Mereka yang hadir dengan mudahnya menyebutkan, “Semoga kita semua semakin diberkahi lewat acara ini.” Sementara acara yang mereka adakan telah mengganggu jalannya ibadah berjamaah di masjid. Bahkan suara adzan pun nyaris tak terdengar karena bertabrakan dengan kerasnya suara musik.
Lebih aneh lagi, bagaimana bisa mereka berjingkrak dan berjoget tanpa merasa bersalah telah meninggalkan kewajiban mereka sebagai seorang muslim, namun marah jika disebut murtad? Bahkan lebih parahnya mereka adalah kaum wanita berjilbab yang pakaiannya menutupi seluruh badan.
Belum lagi di sana ada oknum para pemuka agama yang harusnya mendidik muridnya untuk lebih dekat kepada sang Khaliq dengan cara yang telah dicontohkan Rasulullah, bukannya menjerumuskan muridnya dalam acara yang justru melalaikan.
Atau barangkali mungkin mereka telah terbiasa mengingat Allah dan hafalan Quran sembari mendengarkan musik yang dipenuhi dengan joget gemulai? Ataupun tengah memikirkan permasalahan moral bangsa ini sembari mendengarkan nyanyian yang memekakkan telinga?
Lantas pantaskah mereka mengundang berkah dengan maksiat seperti itu?
Wallahu A’lam