KabarMakkah.Com – Sebuah renungan islam yang patut kita perhatikan dan pelajari sehingga dengannya kita akan meraih sebuah pembelajaran yang berharga. Sebuah perbuatan yang sejatinya dahulu amat dibenci oleh kaum jahiliyah, namun kini banyak digandrungi oleh orang-orang, termasuk mereka yang mengaku-ngaku muslim.
Adalah Hindun binti Khuss Al Iyadiyyah, seorang wanita berketurunan bangsawan yang berada pada masa jahiliyah, sebuah masa kebodohan dalam akidah. Wanita ini tak hanya dikenal karena nasabnya yang mulia, namun juga memiliki pribadi yang cerdas, bijaksana dan fasih. Hampir semua pesona telah ia miliki, kecuali keimanan yang menjadi cikal bakal pesona yang sesungguhnya.
Meski memiliki segudang gelar kehormatan, ternyata ia melakukan sesutu yang sangat fatal dan bisa dibilang bodoh. Ia telah melakukan sebuah kesalahan yang amat dibenci oleh bangsanya saat itu. Yang lebih mengherankan adalah, perbuatan tersebut kini seakan menjadi gaya hidup dan kesenangan oleh manusia saat ini.
Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah menjelaskan bahwa Hindun binti Khuss telah melakukan sebuah perzin4h4n. Namun bukan dengan sesama bangsawan, melainkan dengan seorang yang menjadi budak atau pembantunya sendiri dimana sudah jelas-jelas amat berbeda dari segi strata.
Memang benar bahwa di jaman jahiliyah, perzin4h4n amat dibenci karena menunjukkan sebuah selera yang rendah dan menurunkan derajat kehormatan seseorang yang berdarah biru. Ketika ditanya mengenai penyebabnya, sang wanita menjawab, “Karena dekatnya bantal dan panjangnya percakapan.”
“Dekatnya bantal” memiliki makna bahwa antara dirinya dengan sang budak sangatlah dekat dalam hal jarak. Mereka terbiasa bersama-sama dalam masa yang panjang dan seringkali melakukan kegiatan bersama-sama. Bahkan dikatakan bahwa kamar yang mereka tempati pun berdekatan.
Dengan kedekatan tersebut memberikan kesempatan kepada setan untuk menjerumuskan dengan berbagai akal bulusnya. Alhasil keduanya pun terjangkiti syahwat hingga akhirnya melakukan zin4.
Sementara “Panjangnya percakapan” menunjukkan bahwa sering terjadinya interaksi verbal diantara keduanya. Canda dan tawa membuat sebuah kedekatan yang menjerumuskan tanpa sedikit pun memberikan celah kepada pihak ketiga untuk mendampingi. Dengan begitu kebersamaan mereka secara otomatis telah didampingi oleh pihak ketiga yang sangat jahat yaitu setan.
Sama halnya dengan keadaan sekarang dimana alat komunikasi telah membuat seorang laki-laki bisa berbicara sepuasnya dengan seorang perempuan yang buka mahramnya. Mereka pun bisa sehari semalam melakukan pecakapan berupa teks ataupun video visual tanpa ada orang lain yang melihat.
Pertunjukan aurat pun kini tidak perlu mendatangi karena bisa dilakukan dalam jarak yang jauh sekalipun. Sebuah jarak yang bisa menghubungkan antar negara dan antar benua.
Sungguh sebuah fenomena yang membuat miris dan memilukan karena sudah tidak ada lagi yang bisa mengawasi kecuali kesadarannya sendiri untuk memahami bahwa hal tersebut sesungguhnya tidak diperbolehkan.
Akan tetapi bukan perkara mudah mengingatkan generasi muda ataupun pengguna teknologi agar terhindar dari taktik setan ini. Perlu adanya sebuah bimbingan yang berkesimbungan sehingga setiap hari mereka akan teringat dan tersadar atas kemauan mereka sendiri tanpa perlu adanya paksaan.
Semoga Allah memudahkan para generasi yang mau saling mengingatkan saudaranya atas dasar Lillahi Ta’ala tentang bahaya zin4. Aamiin
Wallahu A’lam
Adalah Hindun binti Khuss Al Iyadiyyah, seorang wanita berketurunan bangsawan yang berada pada masa jahiliyah, sebuah masa kebodohan dalam akidah. Wanita ini tak hanya dikenal karena nasabnya yang mulia, namun juga memiliki pribadi yang cerdas, bijaksana dan fasih. Hampir semua pesona telah ia miliki, kecuali keimanan yang menjadi cikal bakal pesona yang sesungguhnya.
Meski memiliki segudang gelar kehormatan, ternyata ia melakukan sesutu yang sangat fatal dan bisa dibilang bodoh. Ia telah melakukan sebuah kesalahan yang amat dibenci oleh bangsanya saat itu. Yang lebih mengherankan adalah, perbuatan tersebut kini seakan menjadi gaya hidup dan kesenangan oleh manusia saat ini.
Syaikh Abdul Fattah Abu Ghuddah menjelaskan bahwa Hindun binti Khuss telah melakukan sebuah perzin4h4n. Namun bukan dengan sesama bangsawan, melainkan dengan seorang yang menjadi budak atau pembantunya sendiri dimana sudah jelas-jelas amat berbeda dari segi strata.
Memang benar bahwa di jaman jahiliyah, perzin4h4n amat dibenci karena menunjukkan sebuah selera yang rendah dan menurunkan derajat kehormatan seseorang yang berdarah biru. Ketika ditanya mengenai penyebabnya, sang wanita menjawab, “Karena dekatnya bantal dan panjangnya percakapan.”
“Dekatnya bantal” memiliki makna bahwa antara dirinya dengan sang budak sangatlah dekat dalam hal jarak. Mereka terbiasa bersama-sama dalam masa yang panjang dan seringkali melakukan kegiatan bersama-sama. Bahkan dikatakan bahwa kamar yang mereka tempati pun berdekatan.
Dengan kedekatan tersebut memberikan kesempatan kepada setan untuk menjerumuskan dengan berbagai akal bulusnya. Alhasil keduanya pun terjangkiti syahwat hingga akhirnya melakukan zin4.
Sementara “Panjangnya percakapan” menunjukkan bahwa sering terjadinya interaksi verbal diantara keduanya. Canda dan tawa membuat sebuah kedekatan yang menjerumuskan tanpa sedikit pun memberikan celah kepada pihak ketiga untuk mendampingi. Dengan begitu kebersamaan mereka secara otomatis telah didampingi oleh pihak ketiga yang sangat jahat yaitu setan.
Sama halnya dengan keadaan sekarang dimana alat komunikasi telah membuat seorang laki-laki bisa berbicara sepuasnya dengan seorang perempuan yang buka mahramnya. Mereka pun bisa sehari semalam melakukan pecakapan berupa teks ataupun video visual tanpa ada orang lain yang melihat.
Pertunjukan aurat pun kini tidak perlu mendatangi karena bisa dilakukan dalam jarak yang jauh sekalipun. Sebuah jarak yang bisa menghubungkan antar negara dan antar benua.
Sungguh sebuah fenomena yang membuat miris dan memilukan karena sudah tidak ada lagi yang bisa mengawasi kecuali kesadarannya sendiri untuk memahami bahwa hal tersebut sesungguhnya tidak diperbolehkan.
Akan tetapi bukan perkara mudah mengingatkan generasi muda ataupun pengguna teknologi agar terhindar dari taktik setan ini. Perlu adanya sebuah bimbingan yang berkesimbungan sehingga setiap hari mereka akan teringat dan tersadar atas kemauan mereka sendiri tanpa perlu adanya paksaan.
Semoga Allah memudahkan para generasi yang mau saling mengingatkan saudaranya atas dasar Lillahi Ta’ala tentang bahaya zin4. Aamiin
Wallahu A’lam