Ketika terjadi gerhana matahari di jaman Nabi, banyak masyarakat jahiliyah menghubungkan fenomena tersebut dengan meninggalnya Ibrahim, putra tercinta Rasulullah SAW. Dugaan ini langsung dibantah oleh Nabi sembari menjelaskan pada mereka bahwa gerhana matahari tidak ada hubungannya dengan kematian dan kehidupan siapa pun.
Gerhana matahari hanyalah fenomena alam biasa, yang terjadi atas kehendak Sang Pencipta Alam. “Jika kalian mendapati fenomena ini, ingatlah Allah,” demikian pesan Nabi Muhammad SAW, (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Di antara ibadah paling afdhal untuk mengingat Allah adalah sholat. Oleh karena itu, sholat gerhana sangat dianjurkan, sunnah mu’akkadah. Bahkan salah satu madzhab fiqh ada yang menganggap wajib.
Usau terjadi gerhana matahari dan kaum muslimin bersama beliau SAW telah melaksanakan shalat gerhana dan mengikuti khutbah, Nabi Muhammad SAW menyempatkan diri untuk berbincang-bincang sejenak dengan para sahabatnya. Hasil perbincangan nab idan para sahabat tersebut diabadikan dalam kitab Sunan Annasa'i. Kisah ini diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Abbas yang turut hadir mengikuti sholat gerhana matahari bersama Rasulullah SAW. Berikut petikan obrolan diantara mereka,
قالو: يارسول الله رأيناك شيئا في مقامك هذا، ثم رأيناك كففت، فقال: إني رأيت الجنة، فتناولت منها عقودا، ولو أخذته لأكلتم منه ما بقيت الدنيا، ورأيت النار فلم أر كاليوم منظرا قط، ورأيت أكثر أهلها النساء، قالوا بم يا رسول الله، قال: بكفرهن، قيل: أيكفرن بالله؟ قال: بكفر العشير، وبكفر الإحسان، لو أحسنت إلى إحداهن الدهر، ثم رأت منك شيئا، قالت: ما رأيت منك خيرا قط
Artinya, “Wahai Rasulullah, kami melihat engkau seperti mendapatkan sesuatu di tempat anda berdiri ini. Kami juga melihat Anda menahan kedua tangan?” tanya sahabat.
“Sesungguhnya aku melihat surga. Aku mendapati satu tanda darinya. Jika Kuambil, maka kalian akan memakannya selama dunia ini berputar. Aku juga melihat neraka, sebuah pemandangan mengerikan yang belum pernah kusaksikan sebelumnya. Kulihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita,” kata Rasulullah SAW.
“Kenapa bisa begitu?” tanya para sahabat
“Karena kekufuran mereka,” jawab Rasul.
“Apakah mereka kufur kepada Allah?”
“Mereka kufur pada suaminya dan mengingkari kebaikan suaminya. Seandainya kamu berbuat baik kepada salah seorang dari mereka (wanita) sepanjang masa, Lalu dia melihat suatu (keburukan) pada dirimu', Maka dia akan berkata: 'Aku tak melihat suatu kebaikanpun pada dirimu!” jawab Nabi.
Perbincangan antara Nabi dan para sahabatnya diatas mempunyai makna yang sangat mendalam, terutama bagi kaum hawa. Ternyata kufur tidak hanya berobjek pada Allah SWT, Namun ada juga yang ditujukan kepada suami. Dua jenis kufur ini termasuk perbuatan yang dilarang keras dalam Islam.
Sudah seharusnya seorang istri menghargai dan menghormati setiap jerih payah dan keringat suaminya. Karena bagaimana pun mereka adalah tulang punggung keluarga, Mereka rela dan ikhlas bersusah payah banting tulang demi kebahagian seorang istri dan anak-anaknya. Wallahu a’lam.
Gerhana matahari hanyalah fenomena alam biasa, yang terjadi atas kehendak Sang Pencipta Alam. “Jika kalian mendapati fenomena ini, ingatlah Allah,” demikian pesan Nabi Muhammad SAW, (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Di antara ibadah paling afdhal untuk mengingat Allah adalah sholat. Oleh karena itu, sholat gerhana sangat dianjurkan, sunnah mu’akkadah. Bahkan salah satu madzhab fiqh ada yang menganggap wajib.
Usau terjadi gerhana matahari dan kaum muslimin bersama beliau SAW telah melaksanakan shalat gerhana dan mengikuti khutbah, Nabi Muhammad SAW menyempatkan diri untuk berbincang-bincang sejenak dengan para sahabatnya. Hasil perbincangan nab idan para sahabat tersebut diabadikan dalam kitab Sunan Annasa'i. Kisah ini diriwayatkan oleh Abdullah bin ‘Abbas yang turut hadir mengikuti sholat gerhana matahari bersama Rasulullah SAW. Berikut petikan obrolan diantara mereka,
قالو: يارسول الله رأيناك شيئا في مقامك هذا، ثم رأيناك كففت، فقال: إني رأيت الجنة، فتناولت منها عقودا، ولو أخذته لأكلتم منه ما بقيت الدنيا، ورأيت النار فلم أر كاليوم منظرا قط، ورأيت أكثر أهلها النساء، قالوا بم يا رسول الله، قال: بكفرهن، قيل: أيكفرن بالله؟ قال: بكفر العشير، وبكفر الإحسان، لو أحسنت إلى إحداهن الدهر، ثم رأت منك شيئا، قالت: ما رأيت منك خيرا قط
Artinya, “Wahai Rasulullah, kami melihat engkau seperti mendapatkan sesuatu di tempat anda berdiri ini. Kami juga melihat Anda menahan kedua tangan?” tanya sahabat.
“Sesungguhnya aku melihat surga. Aku mendapati satu tanda darinya. Jika Kuambil, maka kalian akan memakannya selama dunia ini berputar. Aku juga melihat neraka, sebuah pemandangan mengerikan yang belum pernah kusaksikan sebelumnya. Kulihat kebanyakan penghuninya adalah kaum wanita,” kata Rasulullah SAW.
“Kenapa bisa begitu?” tanya para sahabat
“Karena kekufuran mereka,” jawab Rasul.
“Apakah mereka kufur kepada Allah?”
“Mereka kufur pada suaminya dan mengingkari kebaikan suaminya. Seandainya kamu berbuat baik kepada salah seorang dari mereka (wanita) sepanjang masa, Lalu dia melihat suatu (keburukan) pada dirimu', Maka dia akan berkata: 'Aku tak melihat suatu kebaikanpun pada dirimu!” jawab Nabi.
Perbincangan antara Nabi dan para sahabatnya diatas mempunyai makna yang sangat mendalam, terutama bagi kaum hawa. Ternyata kufur tidak hanya berobjek pada Allah SWT, Namun ada juga yang ditujukan kepada suami. Dua jenis kufur ini termasuk perbuatan yang dilarang keras dalam Islam.
Baca Juga: Hikmah di Balik Terjadinya Gerhana Matahari
Sudah seharusnya seorang istri menghargai dan menghormati setiap jerih payah dan keringat suaminya. Karena bagaimana pun mereka adalah tulang punggung keluarga, Mereka rela dan ikhlas bersusah payah banting tulang demi kebahagian seorang istri dan anak-anaknya. Wallahu a’lam.