KabarMakkah.Com – Ajal ataupun musibah akan selalu menjadi misteri. Kita tak tahu kapan, dimana dan sedang apa ketika hal tersebut terjadi. Ia tak perlu harus mengetuk pintu ataupun meminta izin untuk mencabut nyawa. Tak akan ada waktu untuk bisa diundur ataupun dimajukan barang sedetik pun. Tak ada satu pun makhluk Allah yang bisa mengetahuinya meski banyak yang mengaku bisa meramal hidup seseorang.
Ajal tak memandang tempat, apakah kita sedang berada di tempat tidur, kamar mandi ataupun dalam perjalanan. Semuanya telah tertulis dengan jelas dan terperinci, tercantum di dalam Lauh Mahfuzh.
Ajal kadang bisa hadir ketika seseorang telah dilingkupi dengan kemaksiatan. Di saat seorang manusia tengah melakukan zina, merampok dan meminum khamr. Ia juga akan datang kepada seorang hamba yang shaleh dan sedang bermunajat kepada Allah. Tak jarang seorang yang tengah bersujud ketika shalat, tiba-tiba malaikat cabut nyawanya tanpa ada satu pun orang yang mengetahui.
Misteri inilah yang seharusnya menjadi pembelajaran hikmah bagi kita yang masih hidup. Karena kita tak tahu apakah ajal atau musibah akan datang esok atau lusa. Bahkan bisa jadi satu jam setelah ini, Allah perintahkan malaikat Izrail mencabut nyawa kita. Siapkah diri kita?
Ingatkah dengan kejadian tenggelamnya Kapal Rafelia 2 di Selat Bali bersama dengan para penumpangnya. Kendaraan mewah tidak mampu melindungi musibah itu datang. Pun dengan kekayaan di tangan, semuanya hanya bisa menjadi pemberat menuju dasar laut yang dalam.
Dari sekitar 81 korban, 76 orang dinyatakan selamat. Sementara 5 orang tak mampu diselamatkan dengan berbagai sebab. Dari empat korban yang ditemukan pertama kali, salah satunya membuat keharuan bagi siapapun yang melihatnya.
Korban tersebut bernama Masrurah (28 tahun) yang merupakan seorang ibu muda. Ia ditemukan di dalam bangkai kapal dalam keadaan memeluk anaknya yang masih berusia 18 bulan. Keduanya tampak berpelukan begitu erat di tengah keheningan dalamnya laut. Pelampung yang dipakai tak mampu membuat keduanya muncul ke permukaan.
Sebuah bukti kecintaan dan pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya. Bahkan meski kondisinya dalam keadaan genting, sang ibu tetap menaruh perhatian kepada keselamatan anaknya. Tak jarang ia rela melakukan apapun demi sang anak.
Lantas bagaimanakah perlakuan kita terhadap seorang ibu? Sadarkah bahwa selama ini kita menelantarkan bahkan menyakiti hati terdalamnya?
Semoga kita segera tersadar dan mulai memperbaiki hubungan kepada orang tua sebagaimana mestinya.
Wallahu A’lam
Ajal tak memandang tempat, apakah kita sedang berada di tempat tidur, kamar mandi ataupun dalam perjalanan. Semuanya telah tertulis dengan jelas dan terperinci, tercantum di dalam Lauh Mahfuzh.
Ajal kadang bisa hadir ketika seseorang telah dilingkupi dengan kemaksiatan. Di saat seorang manusia tengah melakukan zina, merampok dan meminum khamr. Ia juga akan datang kepada seorang hamba yang shaleh dan sedang bermunajat kepada Allah. Tak jarang seorang yang tengah bersujud ketika shalat, tiba-tiba malaikat cabut nyawanya tanpa ada satu pun orang yang mengetahui.
Misteri inilah yang seharusnya menjadi pembelajaran hikmah bagi kita yang masih hidup. Karena kita tak tahu apakah ajal atau musibah akan datang esok atau lusa. Bahkan bisa jadi satu jam setelah ini, Allah perintahkan malaikat Izrail mencabut nyawa kita. Siapkah diri kita?
Ingatkah dengan kejadian tenggelamnya Kapal Rafelia 2 di Selat Bali bersama dengan para penumpangnya. Kendaraan mewah tidak mampu melindungi musibah itu datang. Pun dengan kekayaan di tangan, semuanya hanya bisa menjadi pemberat menuju dasar laut yang dalam.
Dari sekitar 81 korban, 76 orang dinyatakan selamat. Sementara 5 orang tak mampu diselamatkan dengan berbagai sebab. Dari empat korban yang ditemukan pertama kali, salah satunya membuat keharuan bagi siapapun yang melihatnya.
Korban tersebut bernama Masrurah (28 tahun) yang merupakan seorang ibu muda. Ia ditemukan di dalam bangkai kapal dalam keadaan memeluk anaknya yang masih berusia 18 bulan. Keduanya tampak berpelukan begitu erat di tengah keheningan dalamnya laut. Pelampung yang dipakai tak mampu membuat keduanya muncul ke permukaan.
Sebuah bukti kecintaan dan pengorbanan seorang ibu terhadap anaknya. Bahkan meski kondisinya dalam keadaan genting, sang ibu tetap menaruh perhatian kepada keselamatan anaknya. Tak jarang ia rela melakukan apapun demi sang anak.
Lantas bagaimanakah perlakuan kita terhadap seorang ibu? Sadarkah bahwa selama ini kita menelantarkan bahkan menyakiti hati terdalamnya?
Semoga kita segera tersadar dan mulai memperbaiki hubungan kepada orang tua sebagaimana mestinya.
Wallahu A’lam